Besok malam pun tiba, kini Althaf sudah berada di Warning alias warung mak Nining bersama para inti dan anggota geng Warrior lainnya. Mereka sedang menunggu pukul sebelas malam untuk berangkat ke tempat yang biasa digunakan oleh anak geng motor balapan.
Sembari menunggu, seperti biasa mereka mengisi kebosanan dengan mengobrol santai, ada yang bernyanyi, ada juga yang bermain game, ada yang hanya bermain handphone, merokok, serta ada juga yang mengisi kebosanan dengan membicarakan anak orang seperti yang dilakukan ketiga sahabat Althaf yang minim akhlak ini.
“Gile, seksi bener,” monolog Fadhil tanpa mengalihkan pandangan dari layar handphone yang memperlihatkan foto perempuan yang tampak seksi di aplikasi Instagram.
Lantas Arga dan Gavin yang mendengar itu segera mendekati Fadhil dengan wajah antusias mereka. Dan pemuda lainnya yang melihat hanya bisa mengelengkan kepala dengan tingkah ketiga remaja absurd, tapi sayangnya tampan tersebut.
“Mana-mana? Mau liat,” kata Gavin berdiri di sebelah kanan Fadhil dan Arga di sebelah kiri Fadhil.
“Liat, oi, bagi-bagi napa.” Arga langsung saja merebut paksa handphone Fadhil. Gavin yang kalah cepat jadi tak terima dan selanjutnya terjadilah aksi saling rebut-merebut handphone Fadhil itu.
Fadhil yang melihat jadi beranjak berdiri dan mengacak rambutnya kasar dengan tangan kanan. “Jangan berebutan, elah, nanti hp gue jatoh, baru beli itu.”
Arga tak menghiraukan Fadhil, dia malah bergumam, “waw, so sekseh.”
“Gue aduin cewek lo, ya, Ga.”
“Eh.” Arga tersadar dari perbuatannya, lalu dia mencoba tersenyum kalem menatap Fadhil yang barusan berbicara dan setelahnya dia duduk kembali saat handphone Fadhil sudah berpindah tangan ke tangan Gavin.
“Buset, kalem, jangan tegang.”
Perkataan Gavin yang terdengar ambigu itu dapat membuat mereka yang ada di sana jadi cengo, tapi tak lama jadi tertawa.
“Buset dah, Vin.”
“Kalo nggak kuat kagak usah dilihat, goblok,” umpat Althaf.
“Baperan bener anu lo.”
Gavin yang diejek jadi cemberut, lalu berkata, “canda, anjir, serius amat idup lo pada.”
Arga yang melihat Gavin cemberut jadi bergidik ngeri. Lucu sebenarnya, tapi Arga bukannya memuji, melainkan malah mengejek. “Biasa aja tuh bibir. Imut kagak, jelek iya.”
Gavin berdecak, “iye, terserah lo aja. Gue Gavin ganteng, gue diem.”
“Udah, kasihan anak orang,” bela Althaf.
“Omo.” Fadhil menutup mulutnya dengan wajah pura-pura terkejut sebelum kembali membuka suara, “gue kira anak monyet.”
“Kampret,” umpat Gavin. “Sama aja lo ngatain bunda gue monyet juga dong, bangke,” lanjutnya mendelik menatap Fadhil, tak lupa juga menggertakkan giginya.
“Ya nggak gitu juga. Lagian bunda lo munggut anak di mana, sih? Bisa-bisanya dapet modelan yang kayak lo begini.”
“Serah lo, setan.”
“Pasrah amat,” ejek Fadhil.
“Bang Jun, bantuin gue dong. Gue diserang netijen, nih,” adu Gavin pada Arjuna yang kini sudah fokus kembali pada handphone-nya.
Arjuna yang memang sudah terlanjur malas mendengar ocehan mereka pun langsung menatap Fadhil tajam yang membuat pemuda itu jadi menciut seketika.
“Aduan lo, kayak bocil.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia ✔
Teen Fictionೃ⁀➷ ••• Menceritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Alvia Decha Arzukna. Gadis yang biasanya dipanggil Echa oleh orang terdekatnya. Dia gadis cantik kelebihan imut, manja, terkadang polos sedikit bego, berpipi tembam menggemaskan, tapi juga b...