Malam, seperti biasa dengan bulan purnama yang terlihat bercahaya menghiasi langit bersama dengan banyaknya bintang yang memang terkadang selalu melakukan tugasnya bersama-sama pada malam hari.
Ramainya jalanan ibu kota Jakarta malam ini menemani perjalanan kesepuluh motor besar yang berbeda-beda warna dan terlihat menyalip satu-persatu pengendara lainnya dengan satu gadis imut berpipi tembam yang memimpin perjalanan mereka di depan.
“COY, INI ALAMAT RUMAHNYA DI MANA?” teriak salah satu dari pengendara motor tersebut, yang tak lain dan tak bukan adalah Bastian.
Pengendara motor yang kebetulan berada di sebelah Bastian yang tak lain adalah Gavin, jadi balas berteriak.
“NGIKUT ALUR BAE, WAK.”
Bastian tak menjawab, dia hanya mengacungkan jempol kirinya saja pada Gavin.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan kurang lebih lima belas menit, kesepuluh pengendara motor tersebut tiba di depan rumah mewah berlantai dua dan gerbangnya tampak terbuka lebar.
Mereka lantas masuk dan memarkirkan motor masing-masing di tempat yang telah disediakan. Kemudian dengan perlahan dan berbarengan mereka membuka helm masing-masing.
“Waw.” Gavin speechless. “Gede juga rumah nih orang,” lanjut Gavin sembari menatap rumah mewah tersebut.
Fadhil yang sudah turun dari motor dan berdiri di sebelah motor Gavin pun langsung menggeplak kepala pemuda itu.
“Jangan norak.”
“Paan, sih? Yang norak siape? Gue cuma mengapresiasi.”
“Bacot.”
“Ini orang-orangnya pada ke mana, ya? Kok sepi.” Bastian bertanya dengan wajah polosnya.
“Heh, sepi? Mata lo ke mana, cuy? Itu orang rame bener, lo kata sepi?” Arqian menunjuk sekumpulan orang di sebelah sana.
Bastian yang mengikuti arah tunjuk Arqian jadi menunjukkan cengirannya. “Selo, nyet. Gue kagak liat tadi.”
Saat sudah turun dari motor, Kanza langsung menghampiri Echa dengan tangan yang masih menggenggam paper bag.
“Kak,” panggil Kanza sembari tangannya membuka permen karet Big Babol yang selalu dia bawa.
Echa yang masih merapikan rambutnya jadi menoleh ke arah gadis itu.
“Hm?” sahutnya.
“Bareng aja, gue nggak ada temen ngobrol. Bang Al udah asik sendiri sama temennya,” jelas Kanza menatap abangnya yang sedang berbicara pada yang lain sekilas.
Echa terkekeh, kemudian mengangguk. “Iya, gue juga nggak ada temen. Tuh yang lain pada asik sendiri,” ujar gadis itu sembari menunjuk keempat sahabatnya.
Kanza tersenyum tipis. “Mau?” Dia mengulurkan permen karet pada Echa.
“Boleh,” sahut Echa menerimanya dengan mata berbinar, lalu memasukkan ke dalam mulutnya setelah membuka bungkusnya.
Arjuna secara tiba-tiba menghampiri mereka berdua dan langsung merangkul, serta mengecup pipi Echa sekilas yang membuat gadis itu jadi membulatkan mata terkejut.
“Main nyosor aja lo.” Echa menatap Arjuna kesal, tapi hanya dibalas senyuman tipis saja oleh Arjuna.
“Kalian pacaran, ya?” tanya Kanza penasaran.
Echa spontan menggelengkan dan Arjuna langsung mengangguk membuat Kanza jadi mengerutkan dahi bingung.
“Mana yang bener?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia ✔
Teen Fictionೃ⁀➷ ••• Menceritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Alvia Decha Arzukna. Gadis yang biasanya dipanggil Echa oleh orang terdekatnya. Dia gadis cantik kelebihan imut, manja, terkadang polos sedikit bego, berpipi tembam menggemaskan, tapi juga b...