31 - MINE

3.5K 326 85
                                    

Gengsi kalian berdua sama-sama gede, pantes aja nggak pernah akur.”
---GAVINGANTENG


* * *

Kini sudah pukul dua siang waktu Indonesia bagian Barat. Bel pulang SMA Merdeka sudah berbunyi sedari tadi yang menandakan bahwa jam pelajaran sudah berakhir.

“Ayo,” ajak Lisa pada Echa yang sekarang sedang memasukkan buku tulis milik gadis itu sendiri ke dalam tas.

Echa mengangguk, lalu dia menggendong tas hitamnya di bahu sebelah kanan dan setelahnya mereka berjalan keluar kelas.

Gadis berpipi tembam itu menunduk menatap handphone yang ada di tangan kirinya. Kemudian dia membuka aplikasi WhatsApp dan jari-jemarinya mulai menari di atas keyboard untuk mengirimi pesan di grup yang berisikan dirinya, Ravindra, Arqian, Rayden, dan Bastian.

Echa: nggak usah jemput, gue pulang telat mo ekskul voli dulu.

Tak membutuhkan waktu yang lama, dia sudah mendapat respon dari keempat sahabatnya tersebut.

Iyan: ya udah, iya.

Ajik: chat aja kalo udah mau pulang.

Deden: nah iya, biar kita jemput.

Babas: chat gue aje, Cha, ntar gue ndiri yg jemput.

Echa: iya-iya, serah dah siapa yang mau jemput.

Setelah itu Echa menutup layar handphone yang sekarang berganti menampilkan wallpaper foto dirinya dan keempat sahabatnya yang tengah tersenyum saling merangkul satu sama lain, lalu memasukkan handphone-nya kembali ke dalam tas.

“Kita duluan, ya,” pamit Jejes sambil tersenyum.

“Yaah, kasian yang belum bisa pulang. Kita dong, pulang-pulang langsung nemplok di kasur. Uh, sedap,” ejek Renifa menjulurkan lidahnya di akhir kalimat.

Ketiga gadis itu memang belum bisa pulang dikarenakan Echa dan Lisa ikut ekstrakurikuler voli dan Levi ikut ekstrakurikuler basket. Sedangkan Renifa, dia ikut karate. Jejes? Dia ikut dalam grup musik dengan dirinya yang menjabat sebagai vokalis-nya.

Enyah sana lo,” usir Lisa merasa jengkel.

“Nanti juga gantian, besokkan giliran ekskul karate sama musik,” sambungnya gantian mengejek Renifa dengan tertawa bahagia.

“Nyenyenye,” cibir si gadis bertubuh mungil. Ciri-ciri orang kalah debat, ujung-ujungnya juga gitu ya, kan?

Saat sudah di belokan koridor, Renifa dan Jejes memisahkan diri dari mereka. Renifa dan Jejes yang akan berjalan ke arah parkiran. Sedangkan Echa, Lisa, dan Levi berjalan ke arah toilet perempuan untuk mengganti baju seragam mereka menjadi baju olahraga.

Tapi sebelum itu, Renifa menyempatkan diri untuk mencubit keras pipi Lisa, benar-benar dicubit geram yang membuat gadis itu seketika meringis kesakitan. Dan setelahnya Renifa segera berlalu secepat mungkin untuk menghindari amukan dari seorang Melisa Adelia.

Lisa meringis merasa nyeri, nyut-nyutan, perih, dan panas sekaligus di pipi kanannya.

“Nifasu, GUE DOAIN MOGA LO TAMBAH BONCEL, NGGAK TINGGI-TINGGI YA LO. SYALAN LO, BANGKE.” Lisa berteriak diiringi rengekan sembari mengelus-elus pipinya sendiri.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang