Tangan kanan Echa bergerak menepuk-nepuk pelan punggung pemuda yang tiba-tiba saja tadi memeluknya sembari menahan tawa. Sama halnya juga dengan ketiga abangnya yang kini juga ikut menahan tawa mereka agar tidak pecah saat mendengar rengekan pemuda di pelukannya tersebut.
“Jun, lepasin pelukannya. Nggak malu apa diliatin orang? Kamu jadi pusat perhatian, lho,” tegur Ethan.
“Nggak.” Suaranya terbenam di bahu Echa, tapi untungnya yang lain masih dapat mendengarnya samar-samar.
“Manja banget, sih, dateng-dateng langsung peluk orang aja.” Evan berniat menggoda.
“Bodo.” Ini Arjuna, dan Evan jadi mendengkus disertai umpatan mendengarnya.
“Lepasin, Jun, itu Echanya jadi sesak nafas kamu peluk erat banget,” titah Arsena yang tentu saja berbohong, tapi dapat membuat Arjuna jadi melepaskan pelukannya.
Pemuda itu kini menatap Echa dan membuat gadis yang ditatap jadi menaikkan alisnya. “Kamu sesak nafas?” tanya Arjuna yang tentu saja dibalas gelengan kepala oleh Echa dengan raut wajah polos.
“Tipu-tipu, Bang Arsen, mah,” ujar Echa yang membuat Arjuna jadi menatap Arsena yang kini sudah terkekeh mengejek.
Arjuna mendengkus kesal. Baru saja dia akan memeluk Echa kembali, tapi tak jadi karena mendengar suara larangan tegas dari Arsena.
“Stop it, Jun.” Arsena menatap Arjuna tajam saat pemuda itu tak sengaja menatap dirinya lagi. Tatapan itu membuat Arjuna langsung menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya sendiri di atas meja kantin.
Mereka yang ada di meja itu jadi tertawa. Bahkan, para cewek-cewek yang masih ada di kantin menahan pekikkan gemas melihatnya.
“Katanya mau diem-diem aja.” Arjuna merengek, bak anak kecil.
“Noh, salahin Bang Evan itu. Dia tadi yang nyuruh kita begitu,” balas Echa menatap Evan dengan tangan yang kini mengelus-elus rambut Arjuna.
“Apaan nama Abang dibawa-bawa?”
“Dih, kan emang Abang yang nyuruh tadi.”
“Iya, sih,” gumam Evan, lalu tertawa pelan.
“Permisi, ini pesenannya.” Kang Maman, penjual bakso di kantin tiba-tiba datang dengan membawa nampan berisikan empat mangkok bakso.
“Ah, terima kasih, Kang.” Ethan tersenyum mewakili yang mendapat anggukan disertai senyuman.
“Makasih, Kang Maman.”
Kang Maman beralih menatap Echa. “Iya, Neng, kalo gitu saya permisi,” pamitnya, kemudian melangkah pergi.
“Nanti kalo bel masuk udah bunyi, mau ikut gue nggak?” bisik Echa di telinga Arjuna.
Arjuna jadi menegakkan tubuhnya dan menatap Echa dengan wajah yang bertanya-tanya. “Ke mana?” tanyanya tanpa peduli sekitar.
Bukannya menjawab, Echa malah mengkode Arjuna untuk melihat Ethan dan Evan.
Ethan dan Evan yang merasa ditatap pun menoleh. “Kenapa?” tanya mereka berdua kompak.
“Mentang-mentang kembar, ngomongnya harus kembaran gitu, ya?” bisik Arjuna pada Echa dengan mata yang masih tertuju pada Ethan dan Evan.
Echa jadi tertawa. “Nggak gitu juga konsepnya, ege.”
“Kenapa?” tanya Ethan sekali lagi.
Arjuna menggelengkan kepala, lalu dia kembali menatap Echa. “Kamu diajak jalan sama bang Eek?” Arjuna kembali berbisik dan hanya Echa yang dapat mendengarnya. Echa yang mendengar itu mendelik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sequoia ✔
Dla nastolatkówೃ⁀➷ ••• Menceritakan kehidupan seorang gadis yang bernama Alvia Decha Arzukna. Gadis yang biasanya dipanggil Echa oleh orang terdekatnya. Dia gadis cantik kelebihan imut, manja, terkadang polos sedikit bego, berpipi tembam menggemaskan, tapi juga b...