21 - TOGETHER

3.7K 451 86
                                    

Setelah guru matematika hilang dari pandangan, barulah mereka keluar kelas dengan tergesa-gesa menuju kantin yang kini mungkin sudah ramai orang yang mengantri makanan untuk mengisi perut kosong masing-masing.

Di kelas hanya tersisa Echa, Fahmi, Althaf, Arjuna, Arga, Fadhil, Gavin, Renifa, Lisa, Levi, dan Jejes saja.

Echa menghampiri mejanya untuk mengambil uang dan handphone yang berada di dalam tas. Setelah dapat apa yang ingin dia ambil, ditaruhnya kembali tas itu ke tempat semula.

“Kantin?” ajak Arga menghampiri meja Jejes.

Jejes yang tadinya sedang bicara dengan para sahabatnya pun menoleh, gadis itu hanya mengangguk singkat sembari tersenyum.

“Aby,” panggil Echa setengah berteriak pada Fahmi yang sudah mau keluar kelas.

Menghentikan langkahnya dan berbalik badan untuk menoleh pada sumber suara itu berasal, lantas Fahmi berdecak kesal kala melihat tatapan semua orang yang masih ada di dalam kelas menoleh ke arahnya. Pemuda itu kemudian memfokuskan pandangannya pada gadis yang tadi memanggilnya. ”Apa?” sahutnya dengan nada ketus yang membuat Echa jadi tertawa kecil.

“Ikut.” Echa segera berlari kecil menghampiri Fahmi.

Menghela nafas pasrah, kemudian Fahmi mengangguk.

“Duluan, ya.” Echa tersenyum sekilas saat melewati yang lain. Dan mau tak mau mereka juga balas tersenyum dan ada juga yang mengangguk seolah mengiyakan.

“Iya, hati-hati, ya,” balas Gavin tersenyum manis yang memperlihatkan lesung dikedua pipinya.

“Dikira mau ke mana kali, ye. Kantin doang dihati-hatiin, buset dah, Gapin,” gumam Fadhil geleng-geleng.

“Ayo, By.” Echa tanpa sadar menarik tangan Fahmi untuk dia genggam, lalu mengajak pemuda itu berjalan keluar kelas menuju kantin.

Terus berjalan di koridor sekolah yang tampak sepi karena mungkin sebagian dari mereka sudah ada di kantin, atau ada pula yang hanya berdiam diri di dalam kelas.

“Ngapain belok kiri?” tanya Fahmi heran saat Echa menariknya untuk belok ke kiri bukannya ke kanan.

Lantas gadis itu jadi berhenti melangkah. “Lho, emang harusnya ke mana?” Echa balik bertanya sembari menggaruk pipinya bingung.

“Kalo mau ke kantin mah belok kanan, pe'ak. Fahmi menepuk dahi Echa pelan.

“Oh, iyakah? Ya sayakan mana tau,” gumam gadis itu.

“Mangkanya cari tau dulu.”

“Males. Ayo kantin, udah laper banget nih,” ajak Echa melangkah kembali dengan tangan mereka berdua yang entah sadar atau tidak masih saling mengenggam satu sama lain.

* * *

Sedangkan diwaktu yang sama, tapi di tempat yang berbeda, terdapat empat pemuda tampan yang sedang duduk di kursi taman belakang sekolah. Mereka yang tak lain adalah Ravindra, Arqian, Rayden, dan Bastian.

Bastian yang sekarang tengah berguling-guling di tanah yang ditumbuhi rumput hijau merengek, “kangen Echa.”

“Lebay lo, ah,” cibir Arqian menatap Bastian sinis.

“Nggak peduli, pokoknya kangen Echa.”

Video call aja sono,” suruh Arqian memberi saran.

“Di sana sekarang jam istirahat juga?” tanya Rayden memastikan.

“Iya, kayaknya. Nggak tau juga.” Arqian mengangkat bahu acuh.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang