27 - PICKED UP

3.4K 409 136
                                    

Bel pertanda pulang sudah berbunyi yang membuat seluruh siswa maupun siswi SMA Merdeka dengan antusiasnya langsung keluar kelas dan pergi meninggalkan sekolah untuk pulang menuju rumah masing-masing.

“Mari pulang, marilah pulang.” Gavin tiba-tiba bernyanyi dengan berlari-lari kecil keluar dari area mejanya menuju pintu kelas.

“Marilah pulang, bersama-sama.” Fadhil melanjutkan nyanyian Gavin.

“Sayonara, sayonara.” Lisa mengikuti kedua pemuda itu yang menyanyikan lagu Gelang Sipaku Gelang. Tangannya mengapit salah satu lengan Fadhil dan Gavin membuat dia jadi berada di tengah, kemudian ketiganya berlari kecil secara bersamaan keluar kelas.

“IH, IKUT.” Renifa berteriak dan menyusul, segera mengambil tempat di sebelah Gavin, tak lupa pula mengapit lengan kanan pemuda itu. “SAMPAI BERJUMPA PULANG.”

Mendengar Renifa melanjutkan nyanyian tersebut, ketiganya kembali membuka suara dengan berlari-larian di koridor, tangan mereka masih saling mengapit, berlari dengan serempak ke kanan dan ke kiri.

“BUAT APA SUSAH, BUAT APA SUSAH, SUSAH ITU TAK ADA GUNANYA.”

Levi yang masih berada di dalam kelas, sedang membereskan barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas berujar, “gini banget punya temen.”

Jejes yang berdiri sebelahnya lantas tertawa. “Bukan temen lagi, kali. Udah jadi bestie.”

Levi mengangguk ragu membenarkan, “bestie nggak ada yang beneran dikit apa?”

Jejes menunjuk dirinya sendiri. “Ada, gue.”

Levi yang mendengar jadi mencibir, “Cuih. Lo mah kalo udah kumpul sama mereka juga jadi ikutan kagak bener.”

Jejes tak menjawab dan juga tak merasa tersinggung karena ucapan sahabatnya itu, justru dia malah tambah tertawa mendengarnya.

“Lo pulang sama siapa, Na?” tanya seorang pemuda yang tak lain adalah Fahmi pada Echa yang dia panggil dengan sebutan Una.

“Entah, gue juga bingung mau pulang sama siapa,” jawab Echa yang tadi sempat terkekeh melihat tingkah absurd teman sekelasnya.

“Mau gue anter?” tawar Fahmi.

“Nggak deh, makasih.”

Fahmi manggut-manggut. “Ya udah kalo gitu, ayo parkiran bareng.”

Echa hanya mengangguk mengikuti langkah pemuda itu keluar kelas. Suasana hatinya saat ini sedang tidak bagus, entah karena apa. Tapi juga sempat terhibur karena tingkah Fadhil, Gavin, Renifa, dan Lisa tadi.

Dan di belakang Echa dan Fahmi sedikit berjarak juga ada Althaf, Arjuna, Arga, Levi, dan Jejes.

Berjalan beriringan di koridor sekolah yang masih tampak ramai dikarenakan ada beberapa murid yang masih mengikuti ekstrakulikuler dijam pulang sekolah.

“Lo kenapa, sih?” tanya Fahmi heran kala melihat gadis yang berjalan di sebelahnya hanya diam saja dengan wajah murung.

“Kenapa, apanya?” Echa membalas tanpa menatap Fahmi.

“Ya, tumbenan gitu, diem aja, biasanya cerewet.”

“Enak aja, cerewet pale lo,” elak gadis itu mendengkus kesal tak terima, lalu dia berjalan cepat mendahului si pemuda.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang