43 - LUCKY

2.7K 311 72
                                    

Perempuan itu ibarat buku yang tebal, hanya lelaki sabar yang mampu membacanya sampai halaman terakhir.

* * *

“Mau minum?” Arjuna menyodorkan gelas yang berisi air putih pada Echa. Echa mengangguk dan menerimanya.

“Dah,” ujar Echa saat sudah selesai minum, lalu menyodorkan gelas itu kembali pada Arjuna dan pemuda itu langsung menaruhnya di atas nakas.

“Udah, kenyang.” Echa menolak saat Arjuna akan menyuapinya kembali.

“Nanggung, sayang. Sisa dikit lagi.”

Echa menggelengkan kepala tetap menolak, kemudian menatap Arjuna dengan wajah memelasnya. “Lo aja yang ngabisinnya, ya.”

Arjuna menggeleng. “Nggak.”

Aish, lo ajalah yang ngabisin. Gue tau, lo belum makan tadi.”

“Aku makannya nanti, ini habisin dulu.”

“Nggak mao, lho,” balas Echa.

Arjuna menarik nafas panjang. Tanpa berkata dia berdiri dan mengambil gelas di atas nakas, kemudian langsung pergi begitu saja keluar dari kamar Echa.

Echa heran, tapi tak peduli. “Bubukyu,” panggilnya saat Arjuna sudah di ambang pintu kamar yang membuat pemuda itu jadi berhenti melangkah, tapi tak menoleh.

“Bantuin gue berdiri, dong, gue tiba-tiba mau pipis. Mau berdiri sendiri, badan gue nggak ada tenaganya.”

Arjuna mendengkus malas mendengarnya. Dia berbalik badan menghampiri Echa, tapi sebelum itu, piring dan gelas yang dia bawa kini dia letakkan di atas meja.

Kemudian berdiri di sisi kanan kasur, dia mengulurkan tangannya pada Echa dan langsung disambut oleh gadis itu.

Setelah Echa sudah berdiri di hadapannya, Arjuna tak sengaja melihat kasur yang gadis itu tiduri kini ada bercak merahnya.

“Kan, bener tebakan aku.” Arjuna berujar pelan tiba-tiba.

“Hah?” Echa mengerjap.

“Lihat itu kasur kamu, ada merah-merah.”

Echa lantas menoleh ke belakang, menatap sprei kasur dan celana belakangnya secara bergantian. Setelahnya dia menatap Arjuna cepat dengan mata yang membulat sempurna dan bibir yang sedikit terbuka.

Oh my gosh. Kok baru bilang, sih, kalo gue bocor.

"Kik biri biling. Kamu tuh, ya. Kan tadi aku udah nanya, kamu lagi dapet? Kamu malah geleng, bukannya langsung di-cek.”

Echa memanyunkan bibirnya yang membuat Arjuna jadi mengacak rambutnya gemas. “Pantes aja sakit perut.” Berdecak, dia kembali melanjutkan, “gue kebelet pipis, gandeng buruan.” Dia langsung memeluk lengan Arjuna yang membuat pemuda itu mau tak mau jadi menuntunnya sampai depan kamar mandi.

Tak lama sampai, Echa membuka pintu, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi dan tak lupa pula menutup pintunya kembali.

Saat Echa sudah masuk ke dalam kamar mandi, Arjuna mendekati kasur guna menyingkirkan selimut, lalu melepaskan sprei yang ada bercak darah merah tadi dan tak lupa pula memasukannya ke dalam keranjang tempat baju kotor yang memang disediakan di dalam kamar Echa.

Setelahnya, Arjuna berjalan keluar kamar dan menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai bawah guna menemui keempat sahabatnya.

“Ngapain pada ke sini?” tanyanya to the point saat sudah duduk di sofa single dan menatap sahabatnya yang asik dengan dunianya sendiri.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang