14 - HEADMASTER OFFICE

4K 535 61
                                    

Setelah acara bolos di rooftop sekolah kemarin, kini Echa dan keempat sahabatnya bersekolah kembali. Mereka berlima saat ini sedang berada di kantin yang dikarenakan bel istirahat kedua sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Sembari menunggu Bastian yang tengah memesankan pesanan siomay mereka, seperti biasa Echa dan yang lain mengisi kesibukan dengan handphone masing-masing.

Lalu tak lama Bastian datang kembali menghampiri mereka dengan sedikit kesusahan karena membawa tiga piring kecil berisi siomay dan dua botol aqua di meja kantin.

“Eh, itu tolongin masih ada dua lagi. Tega bener kalian ini sama aku,” kata Bastian mendramatis.

“Biar gue aja,” pungkas Ravindra dan Bastian hanya menganggukkan kepala, lalu duduk di kursi panjang bersebelahan dengan Echa.

Melihat Ravindra yang sudah berdiri guna mengambil dua siomay dan tiga aqua lagi, Echa berkata, “gue makan duluan, ya, Ji. Perut gue nggak bisa diajak kompromi lagi, nih.”

“Iya, abisin.”

Echa langsung saja memakan siomaynya, tidak dengan ketiga sahabat yang duduk dengannya, mereka masih menunggu Ravindra untuk makan bersama. Tak enak juga kalau makan duluan dan tak menunggu pemuda itu. Kalau Echa tak masalah, tuan putri itu butuh asupan makanan yang cepat dan juga banyak. Hingga tak lama dari itu, terdengar suara seseorang dari speaker sekolah membuat mereka semua yang berada di kantin jadi berhenti melakukan kegiatan mereka.

PANGGILAN UNTUK ALVIA DECHA ARZUKNA DARI KELAS XI IPA 2, DIMOHON UNTUK SEGERA KE RUANGAN KEPALA SEKOLAH SEKARANG. TERIMA KASIH!

Seketika itu juga membuat kantin yang tadi ramai langsung hening dan hampir semua penghuni kantin menoleh ke arah meja Echa, Arqian, Rayden, dan Bastian yang kini ketiga dari mereka jadi saling pandang satu sama lain.

Echa berdecak kesal. Suasana hatinya seketika menurun karena acara makannya terganggu, mulutnya juga bergumam, “baru juga dua sendok.”

Echa segera berdiri dari duduknya dan mengambil handphone miliknya yang tadi dia letakkan begitu saja di atas meja.

“Mau ke mana, Cha?” Pertanyaan bodoh itu terlontar dari mulut Bastian yang langsung mendapatkan tabokan di lengannya.

“Ya mau ke ruang kepala sekolahlah, Babasku,” balas Rayden yang tadinya menabok lengan Bastian.

“Ih, biasa aja dong,” tutur Bastian seraya mengelus lengannya.

“Lo buat masalah, Cha?” Kini Arqian yang bertanya dengan wajah polosnya.

“Ini lagi, ah. Ganteng-ganteng bego,” cibir Rayden dan Arqian jadi menatapnya dengan tersenyum manis.

“Makasih, Deden. Gue emang ganteng, tapi lo yang bego.”

Setelah itu Arqian menoleh ke arah Echa, masih meminta jawaban atas pertanyaannya. Echa yang mengerti maksud Arqian pun menjawab, “masalah yang di toilet kemarin itu, lho. Udah, ah, gue mau ke sana dulu.” Echa bergegas pergi meninggalkan kantin dan keempat sahabatnya, termasuk Ravindra yang sudah kembali.

“ECHA, IKUT.” Ravindra, Arqian, Rayden, dan Bastian berteriak kompak, lalu berlari kecil mengejar Echa. Ravindra sendiri sudah meletakkan bawaannya di atas meja dengan tak santai.

Sequoia ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang