Selamat bermalem Jumat!❤️
Yaya menggandeng tangan Ling Shunghin dengan erat, saat di koridor panjang yang berjejer para prajurit dirinya berpapasan dengan pangeran mahkota. Ia sungguh ingin mengabaikan orang itu, namun ini bukanlah dunia nya yang bisa mengabaikan orang seenaknya, apalagi ini seorang pangeran mahkota.
Ling Shunghin segera membungkuk untuk menghormati pangeran Han Yu Xia, bahkan dengan berat hati Yaya juga mengikuti perilaku Ling Shunghin.
Han Yu Xia mengangkat sebelah alisnya, seolah dalam gerakannya bertanya 'apakah gadis ini masih marah padanya?'
Tapi bukankah kata Ling Jin adiknya bukanlah orang yang pendendam?"Ah Jendral Ling, apakah yang mulia kaisar juga bertanya denganmu tentang pemberontakan?" Tanya pangeran mahkota. Bukan jendral Ling yang ditatapnya, namun ke arah Yaya yang sedang mengamati seluruh ruang istana tanpa menatap ke arahnya.
"Jendral ini menjawab pangeran, yang mulia kaisar sudah memutuskan untuk masalah pemberontakan suku Barbara." Jawab Ling Shunghin dengan taat. Hingga Yaya menatap nya dengan heran, betapa begitu besarnya pengabdian ayahnya terhadap pihak istana.
"Oh ya? Baiklah." Respon Han Yu Xia dengan langsung pergi dari hadapan jendral Ling dan Yaya tanpa pamit. Bahkan tidak ada salam embel-embel sedikit pun?
"Bukankah kata terimakasih sangat mudah diucapkan?" Sindir Yaya dengan suara pelan. "Ayo ayah kita pulang!" Yaya langsung mengajak pergi Ling Shunghin dari tempat itu.
Pangeran Han Yu Xia berhenti dari langkahnya. "Jendral Ling terimakasih informasinya." Ucap pangeran akhirnya tanpa menoleh dan segera melanjutkan langkahnya lagi.
Ling Shunghin berbalik badan dan membungkuk.
"Apakah itu kebiasaan barumu?" Tanya Ling Shunghin yang kembali ke arah putri nya.
"Kebiasaan apa, Ayah?" Dengan menggandeng tangan tua ayahnya, Yaya mengeluarkan ekspresi ketidaktahuan nya.
"Tentu saja menggoda pangeran Mahkota." Balas Ling Shunghin dengan bibir yang tersenyum.
"Tidak. " Ucap Yaya dengan bibir manyun nya.
"Lalu?"
"Lalu? Bukankah ini kata sepele yang harus diamalkan setiap harinya?"
Ling Shunghin menganggukkan kepalanya setuju. "Ya itu benar."
"Ya'er..." Panggil Ling Shunghin, matanya menatap ke depan dengan kaki yang masih berjalan beriringan dengan Yaya.
"En?"
"Kau sudah menunjukkan kehebatan mu. Kau sangat pintar menarik orang lain untuk mendekatimu." Kata Jendral Ling dengan senyumannya.
"Ayah, pohon yang berbuah lebat akan semakin banyak yang melemparinya batu." Balas Yaya, nada suaranya sedikit ada ketakutan.
"Ketakutan terbesarku adalah semakin orang sadar akan keberadaan ku semakin besar pula peluangku untuk jatuh."Ling Shunghin menghentikan gerakan kakinya. Tubuhnya ia hadapkan ke hadapan Yaya, tangan nya ia letakkan ke pundak gadis itu.
"Kau masih mempunyai ayah! Apa yang kau lakukan aku akan melindungi mu." Tegas Jendral Ling.
"Terimakasih Ayah." Ucap Yaya dengan memeluk erat lengan Ling Shunghin.
Setelah perbincangan itu, keduanya saling diam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.
Di dalam pikiran Yaya, bermunculan bermacam-macam pemikiran-pemikiran yang sepertinya mustahil jika terjadi. Namun bukankah hal yang kita anggap mustahil cenderung mudah terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...