"Ge, jumlahnya ada 5. Di dalam ada 2, yang lainnya masih ada di luar. Aku dan pangeran akan mengurus dari dalam, gege kau keluarlah. Sementara roti ini..," Yaya melihat ke bungkusan kain yang berisi beberapa kue Bulan. "Nanti kita makan kalau misi sudah selesai." Yaya mengedipkan satu matanya.
"Ada apa?" Pangeran Han Yu Xia yang berada di samping mereka bertanya dengan ekspresi bingung, ia tidak tau apa yang Yaya dan Ling Jin rencanakan.
Yaya tersenyum sangat manis, jika dirinya memberi tau apa yang akan terjadi, Han Yu Xia pasti akan memburunya dengan sejuta pertanyaan.
"Tidak ada. Pangeran bukankah anda punya seorang adik perempuan? Bolehkah saya berteman dengan putri?" Tanya Yaya dengan suara yang seperti biasa.
Han Yu Xia terdiam, ia tidak bodoh jika gadis di depannya menyembunyikan sesuatu darinya. Jika seperti ini, bagaimana cara membuat nona muda ini terbuka pada dirinya?
"Pangeran? Ah baiklah jika tidak boleh." Yaya berucap dengan ekspresi sedihnya, ekspresi yang kontras dengan kebiasaannya yang ceria dan semangat.
"Ting'er sedang sakit, mari aku akan membawamu mengunjunginya." Han Yu Xia menggenggam tangan Yaya kembali dan menariknya. Semua orang yang melihat adegan dimana sang pangeran menarik tangan seorang gadis itu menjadi pusat perhatian, banyak yang menduga bahwa nona muda dari kediaman Ling sebentar lagi akan menjadi permaisuri selanjutnya.
Di dalam kehidupan zaman kuno memang begitu ketat, apalagi di dalam istana. Seorang laki-laki dan perempuan yang bukan saudara dilarang keras bersentuhan secara fisik di depan umum, hal itu dianggap tabu dan membawa dampak buruk. Jika pangeran sendiri sudah memegang tangan seorang gadis, bisa dipastikan bahwa ia bertekad untuk menjadikan gadis itu sebagai pendamping.
"Anda--"
"Kenapa kau selalu memanggilku 'anda'?" Han Yu Xia menghentikan langkahnya, ia menghadap Yaya, ekspresi bingung terlihat di wajah imutnya. Mata cantik itu seakan membius dirinya, tidak bisa ia memalingkan tatapannya dari mata bersinar Yaya.
"Pangeran adalah pangeran." Tangan kanan yang tidak digenggam Han Yu Xia ia gunakan untuk menggaruk kepalanya.
Han Yu Xia menarik Yaya kembali, melanjutkan jalannya menuju kediaman dimana putri Han Yu Ting tinggal.
Di dalam sejarah, Yaya pernah membaca dimana adik dari Han Yu Xia akan terbunuh oleh pembunuh bayaran tepat dimana permaisuri Xu A Ning ulang tahun. Kehilangan adik satu-satunya yang dimiliki, membuat kebengisannya menjadi-jadi.
Jika ditanya dimana Yaya tau tentang jumlah pembunuh bayaran itu, jawabannya adalah ia melihat langsung pembunuh itu masuk ke dalam istana. Kapan? Jawabannya lagi adalah ketika dirinya berbincang-bincang dengan Han Yu Xia tadi.
"Panggil namaku jika kita sendiri!" Kalimat perintah itu keluar dari mulut pangeran mahkota.
"Kenapa? Bukankah itu tidak sopan? Saya tidak ingin dipenggal." Yaya protes dengan perintah itu.
"Jangan panggil 'saya'!" Perintah Yu Xia lagi.
"Saya kan saya."
Han Yu Xia geram dengan tingkah Yaya yang tidak nurut kepadanya, menghentikan langkahnya lagi, kedua tangannya memegang pundak Yaya. Seakan-akan dirinya sangat gemas ingin memakan bibirnya yang cerewet dan selalu senyum polos itu.
"Panggil aku Han Yu Xia! Jangan menggunakan kata yang terlalu sopan ketika kita sendiri!" Kedua tangan yang memegang pundak berpindah ke kedua pipi Yaya, perlakuan Han Yu Xia itu membuat Yaya tersipu, bagaimanapun dirinya perempuan yang bisa terbawa perasaan.
Yaya mengangguk patuh, tidak ada suara yang mampu ia keluarkan.
Tangan Han Yu Xia meraih tangan kiri Yaya dan melanjutkan perjalanannya."Apakah masih lama?" Yaya merasa ini terlalu jauh dari kediaman utama untuk ukuran seorang putri sah.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...