Pesta ulang tahun sang permaisuri kekaisaran Han sudah selesai, namun para tetua belum juga menyelesaikan bincang-bincang hangatnya. Yaya saat ini hanya bersandar bersama Ling Joon di dinding kereta sebelah samping. Tangan mereka sama-sama bersedekap di dada.
"Lihat para putri itu! Mereka cantik kan?" Tanya Yaya dengan pandangannya mengarah ke depan melihat para putri yang berkumpul.
"Lihat para pangeran itu! Mereka tampan kan?" Aksi serupa Ling Joon utarakan mengikuti Yaya.
"Kau tau Ling Joon, dibalik wajah tampan mereka tersembunyi motif tertentu." Kata Yaya yang masih belum merubah sikap badannya.
"En, kau harus hati-hati." Balas Ling Joon yang sekarang melihat ke wajah cantik Yaya. Sekilas dirinya tersenyum mensyukuri nikmat dewa yang telah memberinya mata untuk bisa melihat wajah gadis di depannya.
Yaya menatap Ling Joon dan membalas senyumannya.
"Kau yakin ingin menikahi pangeran mahkota?"
"Aku tidak yakin, ku harap tuhan segera mengembalikan ku ke duniaku berasal." Dari nada yang di keluarkan Yaya terdengar sangat sedih.
"Tapi sebelum itu, aku ingin melihat dirimu menikah." Yaya tersenyum bodoh, dan dibalas Ling Joon yang tersenyum miris.
"Hahahaha, aku tidak tau takdirku sebenarnya." Yaya mengangkat kedua bahunya seraya menarik napas sedalam-dalamnya. Kakinya melangkah ke arah belakang kereta untuk segera masuk ke dalamnya.
"Kau tidak ingin berpamitan dengan pangeran mahkota?" Tanya Ling Joon menyusul keberadaan Yaya.
"Tidak perlu, lihat itu." Yaya menunjuk posisi pangeran mahkota dengan ujung dagunya.
Terlihat pangeran mahkota yang berbincang dengan salah satu pangeran entah kerajaan mana, dan di samping pangeran itu ada adiknya yang menatap pangeran mahkota dengan malu-malu.
"Kau ingin bersembunyi di sini?"
"Tidak bersembunyi, hanya malas melihat orang dengan segala omong kosongnya." Balas Yaya. Di dalam kereta, kepalanya ia sandarkan di dinding kereta.
Ling Joon melihat wajah Yaya dengan seksama.
"Kau tidak perlu mengasihani ku seperti itu. Lihat, aku baik-baik saja."
"Ya'er..."
"Hem?"
"Kemungkinan besar kau akan menjadi putri mahkota, kau akan menjadi ibu negara–—"
"Ibu negara? Wow aku pulang udah sederajat tuh sama istri presiden." Ucap Yaya yang membuat Ling Joon bingung, siapa presiden?
"Presiden?
"Pemimpin sebuah negara. Di daratan sangat luas. Ada kerajaan-kerajaan lain yang berdiri di sebrang lautan. Tentu harus ada seorang pemimpin." Jelasnya. Ling Joon merespon dengan mengangguk-angguk.
Kali ini mungkin sikap adiknya akan berubah, mungkin lagi jika Ya'er nya akan menjadi pejuang untuk dirinya sendiri setelah 7 hari ke depan.
"Kenapa dengan ibu negara?" Tanya Yaya tiba-tiba.
"Kau harus mengandung seorang pangeran mahkota." Ling Joon membalas pertanyaan Yaya.
Yaya terdiam.
"Coba cubit aku." Yaya memberikan tangannya ke arah wajah Ling Joon.
"Cubit?" Yaya mengangguk.
"Auuuh!" teriak Yaya setelah tangannya dicubit oleh Ling Joon.
"Ternyata selama ini nyata." Eluh Yaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...