Yaya terdiam, duduk melamun di pelaminan. Pelaminan apa? Dirinya tidak menikah. Kalian kira ini lagunya Teteh Desy Ratnasari, Tenda Biru?
Tentu saja gadis cantik berambut pendek itu melihat putri-putri yang ikut mendoakan keberangkatan pangeran mahkota yang ikut ke perbatasan, ah jika seperti ini dirinya seperti melihat drama musikal Antonio Cassano. Apalagi ini? Kalian kira Han Yu Xia pemain bola Real Madrid? Tentu saja drama musikal Marie Antoinette!
Menyembunyikan anak rambutnya yang terbang, Yaya berdiri dan berjalan-jalan ke penjuru istana. Tiba di sebuah taman yang dipenuhi bunga Persik, Yaya tersenyum riang. Bunga pink itu mengembalikan moodnya secepat cahaya. Gadis itu mengambil bunga-bunga yang jatuh di tangannya dan menerbangkan ke atas kepalanya seakan-akan hujan bunga. Apakah dirinya sangat kekanak-kanakan? Tapi kebahagiaan seseorang berbeda-beda.
Wu Yang yang duduk di atas batang bunga Persik namun di pohon yang berbeda itu dapat merasakan aura kebahagian dari tawa gembira perempuan di bawahnya. Walaupun ia tidak bisa melihat, ia bisa membedakan tawa yang asli dan palsu. Jelas yang asli hanya ada gajahnya.
Lelah dengan tingkahnya sendiri, Yaya duduk terdiam lagi. Pikirannya kembali ke zaman dimana dia berasal. Ketika dirinya tertawa, apakah keluarganya juga ikut tertawa? Apakah ayah, ibu dan kakaknya merindukannya seperti yang ia rasakan?
Air matanya terjun ke permukaan pipinya, Terisak-isak karena tidak ada yang bisa ia ajak curhat. Yaya tidak bisa membagi perasaannya pada orang-orang di kediaman Ling karena takut jika ia dianggap tidak betah tinggal disana, tapi ia perlu orang lain mendengar keluh kesahnya.
Yaya tertunduk, wajahnya ia benamkan di kedua tangannya. Suara tangis itu mengganggu Wu Yang yang tidak jauh dari keberadaan Yaya.
"Jangan menangis." Suara bass dari Wu Yang.
Yaya mengangkat wajahnya dan melihat Wu Yang sudah duduk di sampingnya.
"Jika kau menangis, selesaikan dengan cepat. Ketika kau menangis karena sesuatu, jika sesuatu itu buruk untukmu, maka buanglah. Jika sesuatu itu baik untukmu maka kejarlah." Nasehat Wu Yang .
"T-tapi aku tidak bisa meraih sesuatu itu." Kata Yaya dengan suara yang seperti tikus kejepit.
"Bisa, namun hanya perlu usaha lebih." Sambung Wu Yang.
Baik Yaya maupun Wu Yang terdiam sesaat.
"Kau mau bercerita kepadaku?" Tanya Wu Yang tiba-tiba menawarkan dirinya.
Yaya menatap dalam wajah Wu Yang. Dalam raut wajahnya tidak ada kebohongan, tangan Yaya mengusap air mata yang membasahi pipinya.
"Kau janji akan mendengarkanku?"
Wu Yang mengangguk.
"Tidak menceritakan kepada siapapun masalahku?"
Wu Yang mengangguk lagi. "Aku tidak mengenal orang-orang." Jawab Wu Yang.
"Kita sama, hahahah."
Walaupun Yaya terbuka kepada siapapun, ia akan bercerita masalah pribadinya pada orang yang sudah dipercayainya. Padahal dirinya hanya bertemu Wu Yang 3 kali, kenapa rasa percaya itu datang begitu saja di hatinya? Yaya menceritakan apa yang ia rasakan saat ini, raut Wu Yang berubah-ubah. Kadang heran, kadang datar.
"Jadi kau belum bisa kembali?"
"Mungkin belum." Jawab Yaya. Tangan kanannya mencopoti satu persatu kelopak dari bunga persik.
Wu Yang merangkul Yaya dengan menepuk lengan atasnya pelan, bermaksud aksinya bisa menenangkan hati dari gadis disampingnya.
Yaya tercengang. Bukankah pria ini yang bilang jika laki-laki dan perempuan yang tidak ada hubungan tidak boleh dekat-dekat?
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...