Chapter 23 : Dekrit

8.1K 1.5K 392
                                    

Yaya menoleh ke arah sumber suara yang menyebut namanya itu, saat ini permaisuri telah berdiri dah menghadap ke arahnya. Untung menjaga kehormatan, Yaya melangkahkan kakinya sedikit lebih dekat dengan permaisuri Xu A Ning dan membungkuk memberi hormat.

"Apakah kau benar tersesat?" Tanya permaisuri itu. Saat ini dirinya belum tau arah dari pertanyaan permaisuri.

Di dalam hati seorang Maria Su Han saat ini, terdapat eluhan untuk sang pencipta takdir. Bukankah dirinya harus bertime travel ke tubuh seorang permaisuri atau seorang putri? Biasanya drama kolosal yang ia tonton memang seperti itu, si tokoh utama harus memenangkan cinta dari lawannya. Atau sebenarnya dirinya saat ini adalah permaisuri yang tertukar? Harusnya dirinya menjadi permaisuri Xu A Ning. Eh, tapi kaisar saat ini sudah tua. Kepala yang berhiaskan rambut yang di cepol itu menggeleng-geleng untuk menghilangkan pikiran konyol di otaknya.

"Apakah kau tidak tersesat?" Melihat Yaya yang menggelengkan kepalanya memberikan makna lain bagi sang permaisuri.

"Bukan, maksud saya..., saya tadinya tersesat tapi gege menemukanku, jadinya tidak tersesat." Jawab Yaya dengan cengengesan seperti biasa.

Permaisuri tersenyum lembut, ia melangkah lebih dekat ke arah gadis dari kediaman Ling itu. "Bukankah jika seperti ini kau harusnya lebih lama di lingkungan istana, Ya'er?"

Eh apa maksudnya?

"Maaf permaisuri, otak saya over load, jadi tidak paham dengan maksud anda." Yaya menggaruk tengkuknya yang lagi-lagi tidak gatal.

"Over load?"

"Aihh, maksud saya penuh."

"Hahaha, Jendral Utama Ling, bukankah kau mengizinkan putrimu untuk tinggal di istana beberapa hari kedepannya?" Permaisuri Xu A Ning bertanya langsung dengan Jendral Ling.

Jendral Ling berdiri untuk memberi jawaban kepada permaisuri, "Jendral ini menjawab, hal itu hanya bisa dijawab oleh putri saya yang mulia." Jawab Jendral Ling.

"En, baiklah." Permaisuri menghadap Yaya lagi. "Jadi?"

"Jadi?" Tanya Yaya bertanya-tanya?

"Bagaimana jawabanmu?"

"Oh jawaban," Yaya yang berdiri menyangga dagunya dengan tangan kanannya. "Sepertinya saya harus menjaga ibu. Ayah dan Jin Gege pergi, di rumah hanya ada Joon Ge itu sangat membosankan. Jadinya saya harus pulang." Putus Yaya akhirnya.

"Kau sungguh berani menolak permintaan yang mulia permaisuri, nona Ling!" Teriakan itu berhasil mengalihkan topik pembicaraan antara Yaya dan permaisuri.

"Aku?" Tunjuk Yaya pada dirinya sendiri. "Permaisuri, apakah anda tersinggung dengan apa yang saya katakan?" Tanya Yaya pada permaisuri.

"Tidak, kau menolak dengan maksud baik. Bahkan Ben Gong belum pernah melihat putri yang sangat berbakti seperti kau." Bela permaisuri kepada Yaya.

Mendengar itu Yaya tersenyum, ada sebuah kata di otaknya untuk mempermalukan putri Bai.

"Yang mulia permaisuri, sepertinya anda salah mengajak saya tinggal di istana." Yaya melemah lembutkan suaranya supaya akting yang sedang ia lakukan seperti nyata.

"Salah?"

"Yang mulia, saya ini hanya putri seorang jendral dan hanya pendatang baru. Bukankah lebih tepat jika putri Bai yang anda minta tinggal di istana? Ah putri Bai lebih pantas, dia seorang putri dan saya seorang nona muda." Yaya berakting semeyakinkan mungkin.

"Tapi ben gong hanya meminta nona Ling, bukan putri Bai. Walaupun kau seorang putri jendral, ayahmu memiliki posisi yang tinggi di kerajaan ini." Bagus! Itulah jawaban yang Yaya inginkan dari bibir permaisuri. Yaya sedikit membungkukkan badannya dan sedikit menoleh ke arah putri Bai dengan senyuman mengejek.

General's Daughter from FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang