Chapter 41 : Perang Dingin

2.9K 592 84
                                    

Tak tak tak

Naya memukul-mukul dinding kereta dengan sebuah bolpoin di tangannya. Walupun keadaan luar kereta lebih ramai daripada ketika dirinya melewati hutan bersama Wu Yang, di dalam kereta sangatlah sepi. Pangeran mahkota duduk dengan buku di tangannya, sedangkan tidak ada kata untuk mengawali pembicaraan.

"Huft!" eluh Yaya. Gadis itu meletakkan kepalanya di atas meja yang sengaja di letakkan di dalam kereta. Tangannya berhenti memegang bolpoin dan napas berat selalu keluar dari hidungnya.

"Sudah bosan?" tanya Han Yu Xia seraya meletakkan buku strategi perangnya. Pangeran itu melihat ke arah Yaya yang menidurkan kepalanya di atas meja. Sejak tadi, ia ingin sekali mengajaknya berbicara. Namun, gadis itu terus saja berkutat pada selembar kertas dan menulis dengan benda aneh mirip kuas di tangannya.

"Berapa lama lagi kita sampai?" jawab Yaya dengan kembali bertanya.

"Masih lama." Han Yu Xia mengusap kepala Yaya yang masih terletak di atas meja.

Mendengar jawaban itu, kepala Yaya langsung mendongak ke arah wajah Han Yu Xia. "Berapa jam? Ah, maksudku berapa dupa?"

"10?"

"Kau tidak yakin, huh!" Mendengar omelan Yaya, Han Yu Xia tersenyum. Ia mengingat perkataan Ling Jin jika Ling Yaya terbiasa marah-marah dan tertawa dengan keras. Bukankah ini berarti gadis itu tidak lagi marah dengan dirinya?

"Lama sekali." Yaya mengucapkan kata itu berulang kali. 1 dupa kurang lebih 30 menit, jika 10 dupa? Ah, berarti 5 jam lagi.

"Bahkan kau tidak mengeluh saat berjalan ke perbatasan, kenapa sekarang kau mengeluh?" tanya Han Yu Xia.

"Itu karena aku segera ingin bertemu dengan ayah. Jika aku terlambat, ayah akan celaka. Makanya aku bersemangat dan berusaha." Yaya kembali menulis bahan-bahan di atas kertasnya. Cerocosan Yaya membuat kepala dari pangeran mahkota menggeleng-geleng.

"Masuk akal."

"Apa yang kau maksud dengan masuk akal?" Yaya kembali menatap Han Yu Xia.

"Kau putri yang berbakti," balas Han Yu Xia.

"En. Seharusnya dewa melihat kebaikanku, dan mengembalikan ku ke dunia asal ku." Yaya bergumam pelan.

"Lalu, kenapa sekarang kau ingin segera pulang. Padahal kemarin kau tidak ingin pulang." Han Yu Xia bertanya lagi. Yaya menatap pria di depannya dengan jengah. Apakah dirinya sedang melakukan interview?

"Apakah setelah aku meminta untuk kembali ke perbatasan kau akan mengabulkan?"

"Tidak."

Yaya mengangguk puas.

"Pangeran, apakah di sekitar kekaisaran Han ada yang memproduksi karet?"

"Karet? Sepertinya ada, di wilayah Han bagian selatan banyak pohon karet. Tapi, di pusat kota hanya satu toko yang mengelolanya." Ucap Han Yu Xia.

"En."

"Apa yang akan kau buat?" Han Yu Xia mendekatkan kepalanya ke arah hasil karya Yaya.

"Aku ingin membuat mainan," jawab Yaya asal. "Kau suka wangi bunga atau buah apa?"

"Bunga? Melati." Yaya mengangguk menanggapi jawaban Han Yu Xia.

"Buah?"

"Aku suka semua buah," balas Han Yu Xia. Yaya menatap tajam ke arah pria itu.

"Jeruk." Jawaban itu lagi-lagi ditanggapi anggukan oleh Yaya.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Tidak ada, aku hanya ingin bermain-main." Lagi-lagi gadis berambut pendek itu fokus pada tulisan-tulisannya.

General's Daughter from FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang