Libur semester genap telah tiba. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, Namun itu tidak membuat seorang gadis berusia 20 tahun berhenti berkutat dengan file-file yang cukup membingungkan bagi orang yang berusia sepantarannya.
Maria Su Han adalah Nama gadis itu. Cantik, manis, imut dan memiliki kulit putih bersih yang membuat iri wanita-wanita lain. Jika ada yang mengira bahwa berkulit putih turunan dari ibunya itu salah besar. Ibunya berkulit sawo matang khas orang Indonesia.
Ayahnyalah yang menurunkan gen Tiongkok dengan sangat kental kepadanya. Walaupun ayahnya orang China, Jo Su Han tidak pelit seperti apa yang dikatakan orang-orang. Di dalam keluarganya selalu mengajarkan tentang pentingnya rasa dermawan dan berbagi kepada orang lain. Jadi tidak salah jika Maria Su Han memiliki banyak teman yang menyukainya.
Sekitar pukul 3 pagi, Yaya mematikan Laptop kesayangannya. Menarik selimut sampai ke arah leher dan mencoba memejamkan mata bulatnya.
"Yaya! Bangun woi! Cepetan buka pintunya!" suara laki-laki berteriak hingga membangunkan Yaya.
"apasih bang! Malem-malem berisik!" grutu Yaya yang telah membukakan pintu kepada kakaknya, Mario Su Han.
"eh adek bahlul! Liat tu matahari dah nongol. Masih dibilang malem?" kata Mario sengit dengan melipat tangan di depan dadanya.
"iyo. Ngapain kemari?" Yaya berjalan ke arah kasur empuknya untuk kembali tidur.
"liat, sekarang jamber?" Yaya melirik jam dinding yang berada di atas tempat tidurnya. Jarum pendek menunjuk di angka 8 dan jarum panjang menunjuk diangka 6. Jam setengah 9! Whatttttttt
"shit! Kenape abang gak bangunin dari tadi?!" marah Yaya pada kakaknya. Yaya berlari ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sikat gigi.
Tanpa memperdulikan kakaknya yang sedang tiduran di kasurnya, Yaya berganti pakaian dengan cepat. Kaos oblong 3/4 berwarna putih dengan hotpants jeans yang melekat pas di tubuh Yaya. Sekarang di China sedang musim panas, jadi ia tidak perlu pakaian yang berat dan tebal di tubuhnya. Tidak lupa sepatu Converse menambah kesan kasualnya.
"kuy anterin adek ke bandara bang"
"lah lu cuma bawa tas ransel itu doang?" Mario mencoba mengangkat tas ransel yang di bawa Yaya. "keliatan penuh kok ringan?"
"lah isinya cuma laptop sama jajanan doang" kata Yaya santai. Mario membuka Ransel yang berada di gendongan Yaya.
"wtf dek. Lu mau ngekos ato mau ke China etdah! Ini kenapa isinya cuma mie Zedap?""abangkuu.. Di rumah nenek tu susah kali cari mie instan khas Indonesia. Kalo pun ada rasanya beda. Toh ini juga ada roti dan snack lain" kata Yaya membela diri.
"serahhhh. Dasar generasi micin" Mario menjitak keras dahi Yaya.
"Ahh sakit bang! "
Mario dan Maria berjalan ke lantai bawah, dimana ibu dan ayahnya sedang bercengkrama mesra di ruang keluarga.
"akhirnya tuan putri bangun juga!" teriakan serempak dari pasangan tua itu membuat Yaya semakin kesal.
"dad mom!" Yaya menghentakkan kakinya menandakan bahwa dirinya sangat kesal. "loh daddy gak pergi ke kantor?"
"gak lah. Daddy yang punya kantor, terserah mau berangkat ato engga" kata Jo Su Han. Yaya hanya memutar bola matanya mendengar perkataan congkak daddynya.
"hahahaha" tawa keras dari Mario dan Melinda (ibu Yaya) mengudara dengan keras. Entah kenapa satu keluarga itu suka sekali membuat Maria kesal. Alasannya cuma satu: Maria sangat lucu dan imut ketika kesal.
Selesai acara menggoda satu sama lain, mereka mengantarkan Yaya sampai ke bandara. 15 menit sebelum jam keberangkatan, dengan cepat Yaya berpamitan kepada kakak, ibu dan ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...