"Eugh.." Yaya melenguh pelan, matanya perlahan-lahan terbuka menatap sinar matahari yang tak lagi panas dari celah kereta."Kau sudah bangun?" Yaya menatap orang itu, pandangan yang kabur membuat tangannya menggosok matanya pelan.
"Joon'er!" Seru Yaya dengan suaranya yang serak, khas bangun tidur. Yaya melihat keseluruhan dalam kereta, dirinya seperti mencari sesuatu.
"Kau mencari Putra Mahkota?"
Yaya mengangguk. Bukankah dirinya tadi tidur bersandar di pundak Pangeran Mahkota?
"Setelah kau tidur, dia turun dari kereta dan memanggilku untuk menjagamu." Kata Ling Joon meneruskan ucapannya.
"Ini kita mau kemana?" Gadis cantik itu kembali bersandar ke dinding kereta.
"Ya mau pulang lah, kau kira kita mau kemana?" Ucapan Ling Joon terdengar seperti wanita yang sedang pms.
"Ku kira kita akan berburu ubur-ubur!" Balas Yaya tak kalah julid.
"Ya'er, Ya'er!" Ling Joon menggoyangkan pundak Yaya berulang kali.
"En?" Yaya menjawab dengan malas, tangannya menuju hiasan rambut yang sedari tadi menempel di kepalanya.
"Tadi aku bertemu seorang putri yang sangat cantik dan sangat lemah lembut." Ling Joon mengawali dengan suara yang antusias.
"Terus? Apakah aku harus berkata bahwa aku sangat terkejut?"
"Bukan, kau harus bersedih setelah mendengar kabar dariku ini!" Ling Joon semakin mendekat ke arah Yaya.
"Dia katanya akan menjadi selir dari Pangeran Mahkota." Bisik Ling Joon, nadanya seperti ibu-ibu yang mulai bahan pergibahan.
Yaya melepas satu persatu hiasan rambutnya, perlahan-lahan rambut pendeknya kembali seperti semula. Tangan rampingnya ia gunakan untuk menyisir rambut agar terlihat lebih tertata.
"Kau tidak mendengarkan ku?" Ling Joon yang semula menghadap Yaya kembali bersandar di dinding kereta.
"Terus aku harus bilang apa? Bukankah kau tau jawabannya?" Jawab Yaya seadanya.
"Bukankah kau suka dengan pangeran mahkota?"
"Siapa bilang?"
"Aku kesini cuma menjalankan misi." Lanjut Yaya dalam hatinya."Tapi–—"
"Kau mendengarkan pembicaraanku dengan pangeran mahkota?" Tuntut Yaya mencari jawaban dari pria di sampingnya saat ini.
"Ap–apa?" Jawab Ling Joon gelagapan.
Yaya tersenyum penuh arti. Bodoh jika dirinya tidak tau jika pria ini menyukai dirinya! Tapi ia tidak ingin melibatkan Ling Joon yang sekarang menjadi kakaknya ini dalam masalahnya. Dirinya berasal dari masa depan, bahkan jika ia harus menikah dengan pangeran mahkota, ia hanya menunggu dirinya pulang ke dunia modern.
"Hei bung, jangan terlalu serius! Hahahah!" Yaya tertawa dengan keras melihat Ling Joon yang merah padam.
"Gege,"
"Kenapa sekarang kau sering memanggilku gege?"
"Bukankah kau menyuruhku memanggilmu seperti itu? Kau kan juga gegeku, selamanya akan seperti itu." Jawab Yaya dengan ekspresi yang dibuat-buat bingung.
"En, itu benar." Balas Ling Joon dengan suara lemahnya. Kata-kata dari Yaya menjelaskan jika ia hanya dianggap sebagai kakak, dan tidak ada perasaan yang sama sepertinya disana.
Melihat itu Yaya merasa bersalah, bukan maksudnya untuk membuat Ling Joon patah hati. Lebih baik merasakan sakit seperti ini di awal dari pada merasa menderita di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...