"Ya'er, apakah kau gila?" Yaya menatap Ling Joon dengan wajah yang tersenyum lebar. Menjengkelkan!
"Ay--"
"Jai'er, kau salah paham. Aku hanya diajak oleh temenku!" Salah satu pria berteriak dari ambang pintu. Gadis yang diteriakinya berjalan ke arah Yaya dan Ling Joon berjalan.
Mereka berdua yang bagaikan Meimei dan Mail itu menunjukkan wajah cengo nya, terkejut dengan peristiwa yang terjadi di hadapannya.
"Kalau kau tau diajak kesini, kenapa kau mengikutinya?!" Balas gadis itu dengan tak kalah keras.
'Hell, apakah ini pentas teater?'
"Jai'er, tolong jangan tinggalkan aku! Aku tidak bisa hidup tanpamu!" Pria itu masih berdiri di ambang pintu. Hei bodoh, jika dia sungguh-sungguh ingin mencegah kepergian wanita itu, harusnya menyusulnya bodoh. Kenapa jadi patung Pancoran di tengah pintu masuk?
"Hahahahaha!" Yaya tertawa dengan keras.
"Gak bisa hidup tanpa nasi lah, masa tanpa kamu!" Timpal Yaya dengan tatapan julidnya. Gadis yang di dekat Ling Joon dan Yaya tersenyum ke arah Yaya yang berkata seperti itu.Pria diambang pintu terdiam, mungkin tidak ada kata-kata yang akan diucapkan lagi.
"Jai'er--"
"Nona, bukannya aku ikut campur. Tapi dia benar-benar laki-laki yang tidak baik! Jika dia bersungguh-sungguh denganmu, dia akan mengejarmu, bukan malah membiarkanmu." Nasehat Yaya dengan memegang pundak gadis itu.
Perempuan itu mengangguk.
"Lebih baik kau pulang, dan cari pria lain." Kata Yaya dan diiringi kerlipan nakal di matanya. Ah bukankah itu hanya berlaku bagi wanita gudluking?
"Terima kasih, Nona." Gadis itu berpamitan dan pergi dari hadapan Yaya dan Ling Joon.
Ling Joon yang sedari tadi hanya diam, mengikuti arah pergi gadis manis itu.
"Kau menyukainya?" Tanya Yaya tanpa rasa bersalah.
"Aku? Aku hanya kasihan. Bagaimanapun dia seperti dibohongi." Ucap Ling Joon dan diangguki oleh Yaya.
"Kau masih ingin ke sana?" Tanya Ling Joon sekali lagi ingin memastikan.
"Tidak jadi ah, tapi besok aku ingin kesana." Lagi-lagi mata Yaya melakukan wink.
Ling Joon menjitak pelan dahi Yaya. Sepertinya di dunia ini tidak ada yang berkepribadian seperti gadis di hadapannya ini.
Yaya berlari ke kanan dan ke kiri menghampiri tiap makanan yang dijajakan. Pakaiannya yang mencolok karena memakai pakaian laki-laki, rambutnya yang pendek dan berwarna coklat, serta tingkahnya yang menggemaskan. Semua mata seperti tertuju ke arah Yaya yang enerjik.
"Kau kuat makan sebanyak itu?" Tanya Ling Joon yang selalu berjalan di samping Yaya.
Yaya mengangguk dengan mulut yang penuh dengan dimsum, dan semua orang yang berada di sepanjang jalan menatap tertarik ke arah Yaya.
"Kau tidak malu dilihat banyak orang?" Tanya Ling Joon lagi.
Yaya menelan makanannya. "Kenapa harus malu? Aku beli dengan uangku, bukan uang mereka." Kata Yaya. 'sebenarnya uang permaisuri sih' lanjut dalam hatinya.
"Aish!" Ling Joon langsung menarik tangan Yaya ke arah Chou Fangzi. Jika tidak seperti ini, akan banyak orang yang menjadi korban akibat pesona dari adiknya ini.
Sampai di toko wewangian yang dituju, Yaya menarik tangannya.
"Gege, kau menarik ku seperti menarik sapi." Eluh Yaya tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Ficción histórica[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...