Perempuan berambut pendek duduk dengan nyaman di kediaman Permaisuri Xu A Ning. Menikmati beberapa kue dan secangkir teh adalah kebahagiaan tersendiri. Namun, Ling Yaya lupa jika kakak tirinya sedang menunggu di depan kediaman Permaisuri.
"Ya'er, kau sangat cantik," puji Permaisuri tulus. Mungkin aura kecantikan manusia dunia lain memang berbeda, bahkan wajah perempuan itu sedikit berbeda dari gadis-gadis di dunia ini.
"Xie xie," balas Yaya. Ia masih memasukkan kue-kue kering itu ke dalam mulutnya.
"Bagaimana bisa wajahmu berbeda dengan gadis-gadis di sini?" Permaisuri tidak bisa menahan keingintahuannya untuk menanyakan ini semua.
"En? Wajahku?" Yaya menunjukkan wajahnya sendiri.
Permaisuri mengangguk. Mendengarkan perempuan di depannya bercerita merupakan keseruan dan kebahagiaan sendiri.
"Ayahku keturunan Tiongkok, namun ibuku berasal dari Indonesia." Yaya mencoba menjelaskan, sementara permaisuri menunjukkan wajah bingungnya.
"Di duniaku, negara bisa diartikan sebagai kerajaan. Namun, hanya beberapa negara yang menganut sistem kekaisaran atau kerajaan. Bukan hanya itu, dinasti Han ini juga akan terus berganti nama dinasti." Yaya menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti lagi.
"Aku semakin yakin jika kau orang itu," ucap Xu A Ning dengan senyum-senyum.
"Perubah Rasi Bintang?"
"En."
Yaya mengangguk-anggukkan kepalanya. Sedangkan Permaisuri masih mengagumi kecantikan yang berbeda itu.
"Lalu, kenapa kau ingin segera mati? Apakah amalanmu cukup?" perkataan sadis itu terucap di bibir merah Yaya. Ucapan yang membuat siapapun akan tersinggung karena tidak ada rasa sopan santun.
Senyum pahit tampak di bibir Xu A Ning. Siapapun yang melihat wanita paruh baya itu, pasti akan mengira jika wanita itu memiliki beban berat di dalam hidupnya.
"Aku melakukan kesalahan," aku Permaisuri.
"Manusia tempatnya salah, siapa di dunia ini yang suci dari kesalahan?" Yaya mencoba menenangkan hati dari Permaisuri, tetapi hal itu hanya menambah beban dari orang yang di depannya.
"Apakah di duniamu ada ibu yang membuang anaknya?" tanya Permaisuri Xu A Ning tiba-tiba.
"Banyak! Di duniaku ada kumpulan orang-orang pembawa kabar, dan mereka pasti membicarakan penemuan anak, atau pembunuhan anak." Yaya berkata sambil mengingat-ingat setiap kabar yang ditayangkan di berita. Ah, dirinya jadi teringat dengan mommy-nya. Biasanya mereka berdua saling mengutuk setiap pelaku kejahatan.
"Oh, iya! Anak yang dibuang itu biasanya anak perselingkuhan atau anak di luar pernikahan." Yaya kembali menerangkan dengan antusias yang tinggi, namun ia tidak memperhatikan jika wajah permaisuri sudah memerah menahan tangis.
"Lalu, apakah orang yang membuang anaknya akan ketahuan?"
Yaya mengangguk, seketika wajahnya berubah panik.
"Kenapa Yang Mulia Permaisuri menangis?"
Yaya segera mengusap air mata yang turun di pipi Xu A Ning, perasaannya berkecamuk. Apakah ceritanya sangat menyedihkan? Ia bercerita tentang kasus-kasus di berita, bukan cerita Anandi dan Jagdish.
"Tidak apa." Permaisuri kemudian mengusap air matanya sendiri.
"Ya'er, pulanglah terlebih dahulu. Jika kau ada sesuatu yang disampaikan, kau datanglah lagi kemari. Kakak laki-laki mu juga sudah bosan duduk di luar," kata Xu A Ning mencoba mengusir Yaya secara halus. Dirinya harus memenangkan perasaannya. Bagaimana bisa rahasia yang sudah ia simpan selama ini bisa kembali muncul dalam permukaan?
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...