Chapter 45 : Goyah

2.3K 494 89
                                    

"Bagaimana?"

"Kami merasa ada yang janggal dengan kehadiran Nona Ling," tutur salah satu dari kedua orang yang menutupi wajahnya dengan kain hitam. Mereka berdua adalah prajurit bayangan yang sangat setia terhadap Han Yu Xia.

"Pangeran, tidak ada jejak informasi siapa orang tua kandung dari Nona Ling. Kami telah bertanya dengan beberapa orang di kediaman Ling, hanya saja itu sangat aneh." Prajurit lainnya melanjutkan apa yang dikatakan oleh temannya.

"Aneh?" tanya Han Yu Xia dengan penasaran.

"En, mereka mengatakan jika Nona Ling datang ke kediaman dengan pakaian aneh dan seperti orang kebingungan."

"Bukankah wanita itu selalu memakai pakaian yang aneh?" pikiran Han Yu Xia sekilas terbayang diri Yaya yang selalu memakai pakaian pria yang dimodifikasi sedikit feminim.

"Pangeran, bukan itu. Kata mereka, pakaian dari Nona Ling tidak lazim. Dia hanya memakai celana pendek, dan pakaian yang tidak seperti kita pakai." Prajurit itu berdiri memeragakan tinggi celana Yaya yang dipakai saat itu.

"Bukankah itu tidak sopan?"

"Nah, itu! Dia bahkan mengatakan jika pakaian seperti itu digunakan oleh semua orang di dunianya—"

"Rambutnya yang pendek juga lazim di dunianya!"

"Ah, bahkan dia juga marah dipanggil Xiaojie!"

"Hei, dia juga menciptakan permainan baru!"

"Ah! Betapa senangnya aku jika hidup di kediaman Ling. Katanya, mereka selalu bermain permainan yang menyenangkan."

Kedua prajurit itu saling sahut-sahutan tentang keunikan yang ada pada diri Yaya.

"Kenapa kalian berisik?" Han Yu Xia menaikkan nada suaranya. Kedua prajurit itu langsung saja diam, mereka cukup sadar tidak akan membuat orang di depannya lebih marah lagi.

"Ma–maaf Pangeran, kami hanya menceritakan apa yang kami dapatkan," bela kedua prajurit itu untuk dirinya sendiri.

Han Yu Xia terdiam, jadi siapa sebenarnya Ling Yaya? Bahkan kediaman Ling juga tidak mengetahui asal-usul dari wanita itu. Dari ucapan prajurit bayangannya itu tidak mungkin bohong, ia sendiri pernah menjumpai wanita itu bermain permainan aneh dengan para prajurit. Rambutnya yang pendek, tidak ada yang berani memotong rambutnya di dunia ini. Apalagi, barang-barang yang Yaya berikan padanya.

"Keluar!" perintah Han Yu Xia. Kedua prajurit itu segera menghilang agar tidak lagi diamuk oleh tuannya yang berhati es.

Memikirkan asal usul Ling Yaya membuat otaknya panas, hal ini lebih rumit dari belajar strategi perang, juga lebih sulit dari mengatur prajurit di medan perang. Semakin dipikirkan lagi, Han Yu Xia terlihat linglung. Lihat saja, pria itu hanya terdiam kaku duduk di meja belajarnya.

©©©

"Ibu, ada apa kau mencari ku?" Han Fu Zhu memasuki kediaman Selir Xu Tia Rong dengan tergesa-gesa. Jika ibunya sudah memanggilnya, maka ada hal yang penting untuk dilaksanakan.

"Duduk!" perintah Selir Xu.

"Ibu—"

"Kau sudah dewasa, kenapa kau masih bersikap seperti bocah? Pantas saja kau selalu kalah dengan Han Yu Xia." Xu Tia Rong memarahi anaknya.

"Pangeran Fu Zhu, di istana ini banyak pangeran yang bersaing untuk menggulingkan kedudukan Han Yu Xia. Walaupun mereka hanya diam di belakang layar, mereka sudah menyiapkan strategi untuk siap bersaing. Sedangkan kau? Kau hanya bermain-main dengan hewan peliharaan mu!" Lanjut ibu dari Han Fu Zhu.

"Ibu, sebenarnya aku harus berbuat apa?" Han Fu Zhu memasang muka sedihnya. Ibunya selalu saja memarahinya, padahal Ibu Permaisuri yang bukan ibu kandungnya tidak pernah marah-marah seperti ini. Dirinya sudah melaksanakan rencana yang ibunya suruh, walaupun semuanya gagal. Namun, dia juga sudah berusaha bersaing dengan Han Yu Xia.

"Dekati Nona Ling!" ucap Selir Xu. Jari-jari lentiknya memegang cangkir berukiran bunga Plum, ukiran yang cantik di dukung bahan yang bagus sangat cocok digunakan oleh wanita itu.

"Ibu, Nona Ling tidak sebodoh gadis lain yang mendekati Han Yu Xia. Dia tidak tergiur akan identitas ku sebagai Pangeran Kedua."

"Apakah kau tertarik untuk memilikinya?" tawar Selir Xu, di dalam kepalanya sudah muncul beberapa ide untuk melumpuhkan kepercayaan diri dari Nona Kediaman Ling.

"Apa ibu punya rencana? Aku takut ini tidak akan berhasil." Han Fu Zhu merasa jika semua rencana ibunya sangatlah buruk. Bahkan prajurit-prajurit yang dikirim ke kediaman Ling maupun ke perbatasan sangatlah payah, sehingga dirinya harus menerima kekalahan.

"Tentu akan berhasil. Jika kau takut Han Yu Xia akan menghalanginya, itu tidak akan terjadi lagi. Statusnya yang sudah menjadi mantan tunangan Pangeran Mahkota membuat perempuan itu tidak ada pilihan lagi untuk menolak ajakan mu menikah." Selir Xu memoles bibirnya dengan kertas pewarna bibir dengan lemah gemulai.

"Jika dia tetap tidak ingin menikah denganku?"

"Ajaklah dia minum teh." Selir Xu meletakkan sebotol ramuan di depan Pangeran Han Fu Zhu.

"Ibu, ini apa?"

"Ini obat pengendali tubuh, letakkan ini di atas bibir cangkir. Selanjutnya, kau bisa melakukan apapun terhadap tubuhnya." Ibu dari Han Fu Zhu itu tersenyum penuh arti ke arah putranya.

Pangeran Kedua mengangguk. Meraih botol yang diberikan ibunya, serta pergi dari kediaman selir dengan kepercayaan diri. Jika Ling Yaya jatuh ke tangannya, bukankah kekuatan Jendral Ling juga akan di genggamannya? Dirinya tinggal mengatur waktu yang pas memberikan obat itu pada nona Ling.

Kondisi hati yang sangat puas pada Pangeran Kedua kekaisaran Han, berbanding dengan kondisi hati pada Jendral Ling. Pria tua itu terus saja berdoa terhadap dewa keberuntungan supaya melindungi putri angkatnya, semoga saja para dewa masih membiarkan dirinya untuk memiliki seorang putri yang menjadi nona muda di kediaman Ling.

"Tuan, kau tidak bisa melewati jalan ini!" seru salah satu warga. Jendral Ling menghentikan kudanya. Dia menatap pria jangkung yang menghentikan jalannya itu.

"Kenapa?"

"Jembatan di depan sana tidak bisa dilalui. Tadi ada pria aneh yang melalui jembatan itu, lalu dia teriak-teriak di tengah jembatan." Warga itu menggaruk kepalanya, sebenarnya dia juga tidak yakin apakah dengan berteriak-teriak akan bisa merobohkan sebuah jembatan.

"En? Berteriak-teriak lalu ambruk?" Jendral Ling semakin menaruh curiga dengan pria di depannya.

"Demi Dewa, aku tidak akan membohongimu, Tuan. Pria itu berteriak dengan keras dan mengeluarkan cahaya aneh dari tubuhnya." Pria itu bergetar ketakutan.

"Apakah kau saat itu di sana?"

"En, aku di sana. Pri-pria aneh itu berteriak jika di dinasti ini akan ada keberuntungan dan kesengsaraan."

Jendral Ling terdiam. Bukankah setiap manusia akan ada saatnya mengalami untung serta kerugian?

"Baiklah, aku akan melewati hutan. Terima kasih, Tuan." Jendral Ling putar balik arah menuju jalan hutan.

Beberapa jam lagi matahari akan sepenuhnya tenggelam di ujung barat, kemungkinan besar dirinya akan kesusahan untuk berjalan di dalam hutan.

Sekali lagi dirinya mengutuk kondisi tata letak kekaisaran Han. Di sisi utara penuh dengan hutan-hutan, biasanya hutan ini berguna untuk perlindungan ketika melakukan penyerangan terhadap pemberontak. Sehingga, kekaisaran tidak akan mengizinkan penduduk untuk membangun pedesaan di sana. Di sisi selatan, penuh dengan rumah warga. Tidak salah kaisar lebih berat melakukan pembangunan di sisi ini. Namun, berbeda dengan dataran utara yang landai. Sisi selatan penuh dengan jurang-jurang yang harus dibangun sebuah jembatan untuk penghubung antar desa.

"Kau butuh bantuan?"

___________________

Hallo, Bestie!
Gimana-gimana? Ulangannya lancar, kan?
Jangan ngeluh, kalian sudah melakukan yang terbaik!❤️😌

Eh, Yaya and Wu Yang gak ada?
Bentar, ya! Mereka berdua baru beli jagung di pasar. Jadi, nantikan kehadiran mereka beberapa hari ke depan! Bye-bye!

General's Daughter from FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang