Masih suasana lebaran nih, author mau minta maaf kalau selama ini ada salah ucapan atau terlalu lama buat up🙏🏻
Bicara-bicara ada niatan bagi thr ke author gak? Canda yaaaa wkwk..
Selamat membaca!❤️
©©©
Yaya dan Ling Joon berjalan ke arah ruang makan yang sudah ditunggu oleh Ming Yue. Melihat ibunya sendiri, Yaya dan Ling Joon saling berpandangan.
"Ibu, kau hanya sendiri?" Tanya Ling Joon. Yaya duduk ke kursi di dekat Ibunya.
"Ayahmu sedang mengintrogasi mata-mata yang tadi malam datang ke kediaman kita." Tangan Ming Yue menyiapkan beberapa lauk ke atas piring Yaya.
"Mata-mata? Tadi malam beneran ada mata-mata?" Yaya melihat ke arah Ling Joon dan Ming Yue bergantian. Tadi malam memang ia mendengar seorang prajurit yang menyerukan jika ada mata-mata, namun kata jendral Ling dirinya tidak perlu ikut campur, makanya dirinya tetap meneruskan permainannya bersama sebagian prajurit yang tinggal.
"Memang ada mata-mata." Kata Ling Joon dengan menyuapkan sepotong daging ke dalam mulutnya.
"Loh kita tidak menunggu ayah?"
"Jika ada urusan seperti ini, ayah akan lupa untuk makan." Kata Ling Joon lagi.
Yaya mengangguk-angguk menanggapi perkataan dari Ling Joon.
"Ya'er, sepertinya di kediaman kita ada orang berbakat yang tidak mau diketahui keberadaannya." Setelah menelan sepotong daging itu, Ling Joon kembali berbicara.
"Ha?" Yaya yang ingin menyuapkan sepotong sayur pun ia urungkan.
"Astagaaa! Kau tadi malam kemana aja? Kau tidak tau jika para prajurit menggotong tubuh dari mata-mata itu?" Gemas Ling Joon.
"Aku lihat, tapi apa hubungannya dengan orang berbakat?" Tutur Yaya.
"Huh, sebelum para prajurit itu menangkapnya, mata-mata itu sudah tergeletak di depan gerbang kediaman." Kata Ling Joon kembali tenang. Eih bukannya memulai pergibahan?
"Benarkah?" Yaya menatap Ling Joon dengan lekat. Dalam hatinya kini memikirkan pria buta itu, siapa lagi kalau bukan Wu Yang?
Mungkin mata-mata itu ketahuan oleh Wu Yang, apakah Wu Yang baik-baik saja? Ah sudahlah nanti akan ia tanyakan.
"En, mungkin itulah alasan kenapa gege dan putra mahkota datang kemari." Kata Ling Joon. Yaya terdiam, ia berharap bahwa mata-mata itu tidak membocorkan siapa yang membuatnya pingsan.
"Ibu tidak makan?" Yaya memalingkan pandangannya dari Ling Joon dan menghadap Ming Yue.
"Ibu ingin mengantarkan kue kering ini ke ayah kalian dulu." Ming Yue tersenyum lembut ke arah Ling Joon dan Yaya, yang di tanggapi anggukan oleh keduanya.
Dua manusia yang berbeda jenis itu layaknya saudara kembar namun tidak seiras sedang menikmati makanan di hadapannya.
"Gege, jika kau mempunyai orang yang kau cintai dan kau ajak makan, katakan...... kalo makan ayam mungkin ga bisa sampe ke tulang, tapi kalo sama kamu, aku mau sampe ke tulang-tulangnya." Yaya menirukan suara laki-laki yang berharap mirip dengan mas Pamungkas.
"Ha? Apakah aku pemakan manusia?" Tanya Ling joon dengan satu butir nasi dibawah bibirnya. Oh tidak anggun sekali cara makanmu nak!
Yaya mengambil nasi itu bermaksud membersihkannya, namun tindakannya membuat Ling Joon seperti saus tomat yang ada di dalam kaleng ikan sarden.
Ling Joon terpaku melihat wajah Yaya.
"Bukan gitu maksudnya, sialan!" Kesal Yaya setelah membersihkan wajah Ling Joon tanpa melihat raut wajah lawan bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
General's Daughter from Future
Historical Fiction[bukan novel terjemahan] AWAS YA KALAU PLAGIAT. ANE SANTET ONLINE NIH :) Maria Su Han. Keluarga dan teman dekat biasanya sering memanggilnya Yaya, seorang anak perempuan keturunan China-Indonesia yang merupakan mahasiswa Jurusan Ekonomi di Universi...