"Enggak mau pake yang itu kakak, malu..." Syam menolak kaus kaki bergambar Tayo yang dipegang Kinan.
"Yang ini bahannya tebel loh dek, jadi bisa ngangetin kaki kamu" Kinan memaksa kaus kaki itu masuk kekaki Syam.
Mau sebagus apapun bahannya, mau seberapa mahal harganya, tapi kalo modelnya begitu mah nggak pantes kalo dipake sekolah!
Dari tadi Syam coba kasih pengertian ke Kakaknya itu kalo dia mau berangkat sekolah, bukan main ayunan ditaman, tapi tetep Kakaknya itu gak mau tau, pokoknya Syam harus pake kaus kaki pilihan dia.
Syam kan kesel, nanti kalo dia diketawain temen barunya gimana?, malu woi udah pake seragam putih abu-abu, tapi kaus kakinya masih gambar Tayo.
"Yaampun, belum selesai, ini udah siang loh dek" ucap Dira yang baru aja masuk kamar Syam.
Syam mah diem aja, Mamanya itu amnesia apa gimana, yang buat dia lamakan juga Mama nya, yang ngajak debat harus pake minyak telon dulu siapa, terus pake bedak bayi biar kulitnya gak iritasi, Syam ini udah SMA woe!.
"Pake minyak rambut dulu ya, biar tambah ganteng anak Mama" nah kan, baru juga diomong!.
"Mah ini apaan?" Syam nanya ke Dira waktu cium bau minyak rambutnya.
"Ini minyak rambut bayi dek, biar rambut adek makin tebel terus lembut"
Astaghfirullah..
Bunuh gua wahai medusa!
"Mama baunya gak enak Ma.." rengek Syam, demi apa, baunya enak, tapi dia gak mau bau bayi melekat dibadannya.
"Ini wangi loh dek, Mama pilih yang wangi ini" ujar Dira.
Syam cuman bisa pasrah kalo Dira udah ngomong kaya gitu, gak bisa dibantah pokoknya.
"Uhhh gantengnya adek Kakak"
_______
"Kemarin udah Vino selesain sampe akarnya" ujar Vino.
Rana mengangguk "bagus, Papa suka cara kerja kamu" ujarnya.
Kemudian hening, mereka masih menunggu para anggota wanita dan Syam yang belum turun kemeja makan, sibuk memperhatikan ponsel masing-masing dengan pembicaraan singkat adalah hal yang biasa bagi mereka.
Aldo berdehem singkat "masalah sekolah Syam, Aldo udah perketat penjagaan disekitar sekolah, hanya beberapa yang bisa masuk" ujarnya.
Mereka mengangguk "nggak usah khawatir Arkan sama Erkan bisa jaga didalem sekolah" ujar Arkan.
"Satu lagi, bantu pantau musuh kita, Erkan gak mau Syam jadi objek bales dendam" ujar Erkan.
Mereka mengangguk mengerti, keadaan mulai hening hingga suaraa lift berdenting mengambil alih atensi mereka.
Disana terlihat Dira yang berjalan sambil menggandeng tangan kanan Syam, diikuti Kinan dan Chaca yang mengobrol dibelakangnya. Namun yang lebih mencolok dari mereka adalah wajah kusut Syam.
Mereka menduduki tempat masing-masing, dengan Syam yang duduk diantara Rama dan Vano, karna memang hanya itu saja tempat yang kosong.
Mereka menghirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan matanya, bau bayi itu sangat menyengat ketika Syam melewati mereka.
Rama mengusak rambut Syam "wangi banget bayi Ayah" ujarnya, yang buat Syam kesal bukan main.
"Kenapa sih dek, kusut amat mukaknya" tanya Adam, sekarang Adam sudah tak sedingin dulu, sejak kejadian ruqyah dirumah sakit, topeng dingin diwajahnya sudah benar-benar hilang karna mantra yang dibaca Syam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!