04. Sebuah keputusan

19.7K 2K 199
                                    

"Apapun yang terjadi, Syam harus tetap disamping bunda, bunda rela kehilangan nyawa, asalkan Syam ada disamping bunda disaat-saat terakhir bunda"

"Bunda apaan sih!, Syam gak suka bunda bilang kaya gitu!"

"B-bunda...hiks...j-jangn tinggalin...hiks...bunda Syam"

Syam merengkuh tubuh Janna dalam pelukanya, Syam benci situasi ini, melihat air mata dan tubuh rapuh sang bunda adalah hantaman telak buatnya.

Mengapa takdirnya seperti ini?, ayahnya sendiri berusaha memisahkan Syam dengan kebahagiaanya. Janna adalah detak jantungnya, lalu bagaimana Syam bisa hidup tanpa jantung yang berdetak.

"Bunda tenang, Syam gak akan ninggalin bunda, apapun yang terjadi Syam akan terus melindungi bunda" Syam mencoba menenangkan Janna yang terisak didekapanya.

"T-tapi gimana dengan orang gila i-itu Syam?" Nana bertanya sambil menahan isakanya.

Syam melirik Nana yang duduk dilantai sambil memeluk kedua lututnya, hatinya sakit saat melihat kedua orang yang Ia sayang menangis.

"Gimana kalo kita kabur?" tanya Syam.

Janna menggeleng kuat "percuma Syam, bunda tau keluarga Ayahmu seperti apa" ucap Janna.

"Kenapa gak kita coba dulu?"

Janna menggeleng lemah "keluarga Ayahmu bukan keluarga biasa Syam, mencari keberadaan seseorang bukanlah hal yang sulit bagi mereka"

"Terus apa yang harus kita lakukan kak?"sahut Nana.

Janna menggeleng, Ia juga bingung bagaimana menghadapi masalah yang berhubungan dengan keluarga besar Galendra.

Syam melepaskan pelukanya pada Janna lalu berjalan kearah halaman depan.

"Mau kemana Syam?" tanya Janna.

"Cari kesempatan buat kabur" ucap Syam lalu berjalan kearah pintu.

Cklek

Astaghfirullah

Syam hampir jantungan saat melihat banyak orang dihalaman depan rumahnya, Syam bingung, apa ada acara ulang tahun?, tapi tidak ada yang ulang tahun dirumahnya.

Syam berjalan mendekati salah satu orang yang paling dekat denganya, seluruh atensi mengarah padanya saat suara sandal yang Ia gunakan bergesekan dengan tanah.

"Permis Om" tanya Syam sopan.

Orang didepanya itu membungkuk kearahnya, Syam bingung dengan tingkah orang didepanya.

"Ini ada apa ya Om, rame-rame dateng kerumah saya?" tanya Syam dengan raut wajah bingung.

"Kami ditugaskan oleh Tuan Rama untuk memastikan anda tidak kabur, tuan muda" ucapnya sambil menunduk.

Setan!!

Syam mengumpat habis-habisan dalam hati, apa ayahnya seorang cenayang?,baru juga Ia mencari kesempatan untuk kabur.

"Mohon perhatianya sebentar!" ucap Syam sedikit berteriak, mereka semua menatap Syam.

Syam merasa gugup saat ditatap intens oleh orang-orang berseragam sama itu, tapi Syam mencoba untuk tetap tenang.

"Om-om sekalian, beras saya dirumah tinggal dikit, jadi gak akan cukup untuk ngasih makan kalian semua, jadi....lebih baik kalian pulang, makan dirumah masing-masing" ucapnya.

Syam mendengus kesal saat merasa diabaikan, mereka hanya menatap Syam datar, tanpa sedikitpun beranjak dari tempatnya, padahalkan Syam udah ngusir.

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang