Netranya memperhatikan rumah yang Ia tinggali selama lima belas tahun, tak mudah baginya untuk meninggalkan rumah yang sudah membuatnya nyaman, rumah yang menjadi saksi bisu kehangatan keluarga kecilnya.
"Ayok pulang Syam!"
Suara berat Rana berhasil membuyarkan lamunanya, Ia mengangguk pasrah.
Vino manarik tangan Syam untuk naik kemobil yang akan dinaiki keluarga Galendra, namun Syam menyentak tanganya hingga terlepas.
"Saya mau ikut, tapi saya gak bilang mau satu mobil dengan kalian"Ucap Syam.
"Saya mau bareng mobil bodyguard yang lain aja" lanjutnya.
Mereka memandang Syam datar, Syam melangkahkan kakinya kearah salah satu mobil yang berjejer didepanya, namun pergerakanya dihentikan karna cekalan ditanganya.
"Siapa yang ngizinin kamu, ikut abang!" Vano menarik Syam kearah mobil keluarganya.
Syam menyentak tanganya sekali lagi, berhasil, Vano tidak mencekal tanganya kuat karna tidak mau menyakiti Syam.
"Saya gak mau!" ucap Syam.
"Berhenti memban---"
"Udah bang, gak papa, yang penting dia mau ikut pulang" sahut Adam datar.
Mereka akhirnya menghela napas sabar, tidak ada yang berani membantah mereka kecuali Syam.
"Kamu boleh gak satu mobil sama kita, tapi harus naik mobil yang itu" Vino menunjuk mobil berwarna silver yang posisinya tepat dibelakang mobil yang akan mereka naiki.
Tanpa membalas ucapan Vino, Syam langsung melangkahkan kakinya kedalam mobil silver yang ditunjuk Vino tadi.
Vino menatap Syam datar, Vino sengaja menyuruh Syam naik dimobil silver bukan tanpa alasan. Mobil silver itu berisikan para anggota Last Eagle, jadi Syam aman didalamya, karna berisi anggota profesional.
Keamanan nomor satu bagi mereka, mengingat musuh keluarganya selalu mengintai dimana-mana, menjadi anggota mafia bukanlah hal yang biasa, karna berisikan orang-orang licik didalamnya, ditambah persaingan perusahaan lewat jalur kotor.
Keluarga mereka sudah biasa mengatasinya, bahkan Chaca, Kinan dan Dira yang notabe nya adalah perempuan, mereka bisa menghadapi nya dengan mudah, namun Syam, Ia belum terbiasa, bahkan Syam tak bisa beladiri.
Syam menatap keluar jendela mobil, berharap bundanya berdiri didepan pintu melambaikan tangan untuknya.
Tolong, untuk kali ini saja.
Biarkan Syam melihat bundanya sekali saja untuk yang terakhir kali sebelum memulai permainan, peperangan takdir yang berhasil megendalikan perasaanya.
Hingga mobil berjalan meninggalkan rumahnya, Syam tidak melihat bundanya, Syam meremat piyama pororonya untuk menahan air mata.
Tepukan dibahunya membuat Ia mendongak mentap sang pelaku, seseorang yang duduk disampingnya sedang menatapnya.
"Nangis aja, gak usah ditahan" ucap pria tersebut.
Syam menggeleng, Ia sudah berjanji pada bundanya untuk menghadapi masalah ini tanpa air mata.
"Yaudah kalo gak mau nangis, tidur aja, saya tau kamu gak tidur semalaman" ucap pria itu lagi, lagian perjalanan mereka membutuhkan waktu yang lumayan.
Syam mengangguk membenarkan, rasa kantuk tengah menyerangnya, Ia berharap dapat bertemu bundanya dialam mimpi.
Tanganya beralih memeluk orang disampingnya, Ia tau orang disampingnya adalah orang yang baik, tidak seperti bodyguard lainya, Ia tida bisa tidur tanpa guling, itu faktanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!