"Yang entu tu, body nya woii, aduhai" Romi menggerakkan tangannya membentuk tubuh seseorang.
Syam meringis mendengarnya "Lo, mentang-mentang kelamaan jomblo jangan sampe turun selera Rom" ujar Syam, sedangkan Adit hanya tersenyum tipis.
Setelah Adit memberikan saran kepada Syam, mereka berempat menjadi teman, ya walaupun sifat nya Adit yang pendiam bertolak belakang dengan Syam Dkk.
"Assalamualaikum, babang tamvan datang" ujar Dani yang baru datang memesan makanan.
Saat ini mereka tengah duduk dikantin, KBM sudah selesai sepuluh menit yang lalu, namun mereka baru kekantin sekarang karna sibuk menulis materi yang diberikan guru fisika dihari pertama. Padahal jam istirahat sebentar lagi habis.
Syam berbinar melihat bakso didepannya, udah lama sekali ia tidak menyentuh makanan bernama bakso. Syam suka banget sama yang namanya bakso, dulu dia sering bantuin bundanya buat bakso.
"Suka banget sama bakso ya?" Adit sekarang udah gak seberapa pendiem lagi, entah kenapa dia juga gak tau.
Syam ngangguk-ngangguk "kenapa, mau nraktir gua ya?" Tanya Syam antusias.
Adit cuman senyum tipis "iya laen kali gua traktir" ujarnya.
Syam menarik semangkuk bakso jatahnya, ia menambahkan kecap secukupnya dan tak lupa beberapa sendok sambal. Rasa pedas udah melekat di lidah orang Indonesia, begitu juga Syam yang terobsesi ama Chili.
"Jangan terlalu pedes, gak baik buat pencernaan" seru Adit. Tapi Syam mah bodo amad.
Syam mengendorkan kuah bakso kedalam mulutnya, namun dicegah seseorang.
"Doa dulu wahai kaum kafir" ujar Dani yang menahan gerakan makannya.
Syam cuman nyengir gak jelas, abistu dia ngangkat tangannya tinggi-tinggi kedepam muka, sambil baca doa makan. Doa selesai dan acara makan dilanjutkan.
Slurrpp
"Ahh, enak banget ya Allah" ujar Syam yang baru myeruput kuah baksonya pake suara, ketiga temannya hanya menggelengkan kepala melihat Syam.
Keempatnya melanjutkan makannya hingga habis sampai ke tetesan kuah terakhir. Kantin masih rame walaupun bentar lagi masuk, rame anak bad, soalnya kantinnya berisik banget.
Ada yang nyanyi-nyanyi sambil bawa gitar, ada yang konser diatas meja, bahkan teriak-teriak gak jelas. Tapi entah kenapa orang kantin gak ada yang berhentiin mereka.
"Udah bayar belum?" Tanya Syam, Dani mengangguk.
"Nanti ah balik nya, nurunin bakso dulu, biar turun kelambung" ujar Romi sambil menepuk-nepuk perutnya.
Ketiga temannya itupun hanya mengangguk, mereka juga males mau jalan kekelas karna kekenyangan.
Keempat siswa baru itu menatap heran murid-murid yang tadi nya kaya peliharaan lepas, sekarang berubah jadi pendiem, bahkan yang tadi konser diatas meja langsung duduk di kursi masing-masing.
Arah pandang seluruh murid itu terarah kearah pintu masuk kantin, kecuali segerombolan siswa yang masih melanjutkan aksinya dipojok meja kantin.
Sontak keempat sahabat itu menoleh kearah pintu kantin, karna posisi mereka membelakanginya. Kening Syam berkerut.
Nggak ada apa-apa kok, cuman Abang doang.
"Kenapa sih mereka?" Bisik Syam, pada ketiga sahabatnya.
Dani dan Romi mengedikkan bahunya tanda tak tau "Lo semua bisa lihat dua siswa itu?" Ujar Adit menunjuk kearah Arkan dan Erkan.
Ketiganya mengangguk "mereka itu siswa paling ditakutin disekolah ini, gak ada yang berani sama dua orang itu kecuali mereka" ujar Adit sambil menunjuk segerombolan siswa yang duduk dipojok kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!