Arkan mengerjapkan matanya pelan, netranya terbuka sempurna saat menyadari posisi nya tertidur didepan kamar Syam, keningnya mengernyit saat melihat pintu kamar Syam terbuka.
Apa tuh bocil dah keluar?
Kepalanya menoleh kearah kembaranya yang juga tertidur tepat disampingnya, pantas saja bahunya terasa berat, ternyata kepala Erkan bertumpu dipundaknya.
Arkan menjauhkan bahunya dengan tiba-tiba, menyebabkan kepala Erkan terhuyung membentur lantai, membuat empunya merasa terganggu dan terbangun dari tidurnya.
"Gempa ya?" tanya Erkan datar dengan suara serak nya.
"Iya"
Erkan hanya mengangguk saja, lalu netranya melirik kearah pintu kamar Syam yang terbuka.
"Udah keluar?" tanyanya, Arkan menggeleng tidak tahu.
Keduanya bangkit dari lantai dan berjalan kearah kamar Syam, kening keduanya mengernyit sat tak melihat keberadaan Syam, juga pintu kamar mandi yang terbuka, namun tak ada yang menggunakannya.
"Sapa tau dah dibawah" ujar Arkan lalu segera turun keruang keluarga diikuti Erkan dibelakangnya.
Netranya menangkap kehadiran sosok Rana, Vino dan Adam yang sedang duduk santai di sofa, mereka semua sedang libur bekerja mengingat bahwan hari ini adalah hari minggu.
Kecuali Vano dan Aldo yang memang tak pernah libur untuk bertransaksi ilegal, karna dunia kemafiaan tak ada yang namanya libur.
Dira datang dari dapur dengan membawa beberapa gelas kopi, segelas susu dan beberapa camilan untuk keluarganya.
"Mamah, liat geh bagus gak, Kinan mau beliin ini buat Adek, bagusnya warna yang mana Mah?" tanya Kinan yang baru keluar lift, diikuti Chaca dibelakangnya.
Dira menaruh nampan lalu melihat kegambar kaos kaki bermotof kartun yang ditunjukan Kinan di ponselnya.
"Yang kuning lucu nih, biru juga bagus deng" jawab Dira.
"Beli semua warna ajalah, buat ganti-ganti juga" ujar Kinan berbinar.
"Bentar, Mamah mau manggil adek dulu, dia kan belum makan dari semalem" ujar Dira sebelum bersiap melangkah kearah lift.
Arkan dan Erkan mengernyit bingung "Syam gak ada dikamarnya mah, Erkan kira dia udah turun"
Jawaban yang diberikan Erkan mampu membuat semua keluarga bingung, pasalnya mereka sudah sedari pagi duduk disitu, namun tidak melihat Syam turun.
"Loh, kita dari tadi gak ngeliat dia turun kok, kalo Adek gak ada dikamarnya terus dimana?"ujar Chaca panik, yang membuat keluarga lainya juga ikut panik.
Dira menoleh kearah Rana "suami?, gimana ini, cepet mikir dong" ujarnya pada Rana.
Rana memutar bola matanya malas kemudian menunjukan laptopnya "CCTV " ujarnya.
Yang lainya mengangguk mengerti kemudian mendekat kerah Rana untuk melihat rekaman CCTV lantai tiga.
Netra mereka mengikuti pergerakan Syam yang baru keluar kamar, lalu berhenti sebentar untuk melihat Arkan dan Erkan, kemudian melanjutkan jalanya, namun berhenti lagi didekat ruang kerja Rama.
Mereka saling menatap satu sama lain saat Syam memasuki ruang kerja Rama yang masih terang, namun mereka tak melihat Syam keluar dari ruangan Rama hingga jam dilayar menunjukan pukul delapan pagi.
Mereka gusar, apakah Syam dan Rama bertengkar hebat lagi, hingga sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.
"Kita cek" ujar Rana, yang lainya mengangguk dan menaiki lift bersamaan. Liftnya sudah dijamin aman, meiliki ruang yang luas dan bisa dinaiki sepuluh hingga lima belas orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!