Syam memandang kesal orang-orang didepannya, dia sudah telat kesekolah dan sekarang dia malah dipaksa untuk sarapan. Kedua Abang nya itu, si Arkan dan Erkan bangsat sudah berangkat duluan.
Bilangnya Abang tapi adik nya terancam masalah bukannya diiringi malah ditinggalkan. Abang macam apa itu!
Dan entah kenapa Syam bisa telat, padahal tadi dia udah masuk kedalam kamar mandi, tapi tiba-tiba dia pindah didalam bathup. Sungguh Syam tidak mengerti.
Syam ingat dia sudah bersiap mandi, tiba-tiba dia merasa seperti bangun tidur, bahkan ada keluarga nya juga disana.
Semuanya seperti ilusi!
Eh.
Dan yang paling memperburuk keadaan adalah para pria keluarga Galendra, Mama dan kedua kakak nya sudah tidak terlihat, mungkin sudah memulai aktivitas diluar.
"Udah Ayah, aku udah telat" Syam mendorong piring yang masih terisi banyak.
Rama menghembuskan nafas, putra nya ini lupa atau bagaimana, sekolah itu berada dibawah naungan nya jadi tidak akan ada yang berani menghukum pemuda itu.
"Habiskan!" Seru Vano yang sedari tadi diam.
"Ah gak seru, aku belum poop, nanti kalo kebanyakan makan malah poop disekolah" ujar Syam.
Memang bagi Syam, buang air besar dipagi hari adalah kebiasaan, bahkan rutinitas yang harus Syam laksanakan. Syam tidak suka poop disekolah, tidak nyaman katanya.
"Adek mak----"
"Ayah...."rengek Syam, oh ayolah tidak sarapan pagi tidak akan membuatnya meninggoy, apalagi dia sudah makan beberapa suap tadi. Ayah nya ini terlalu lebay, apa lagi Syam adalah seorang pria.
Rama menghela nafas, putranya ini sangat keras kepala sama seperti kakek nya dulu. Yang membedakan hanya yang ini memiliki wajah imut.
"Yaudah, nanti jangan lupa disekolah makan lagi" Syam mengangguk.
Syam berdiri dari tempatnya, hari ini seperti kemarin Vano dan Aldo yang akan mengantarnya, namun kali ini ada Vino juga Adam yang juga menumpang di mobil yang sama
"Jangan jajan sembarangan kalo gak mau diseret Abang mu lagi" Syam menoleh kearah Rana, dari mana Papa nya ini tau masalah itu.
Padahal kan Syam ceritanya sama Rama bukan Rana.
"Udah berangkat sana, katanya udah telat" ucapan Rama mampu menyadarkan Syam dari lamunannya.
"Yaudah aku berangkat, papay" Syam melambaikan tangannya kearah Rama dan Rana, persis seperti bocah TK yang ditinggal ibunya.
____________
"Abang!"
Keempat orang itu menoleh bersamaan saat sang adik mengucapkan kata Abang yang entah ditujukan pada siapa.
"Dih ge'er, orang aku manggil bang Adam kok" cibir Syam, membuat Vano, Vino dan Aldo mengalihkan pandangan dengan rasa malu, maklum ego mereka sangatlah tinggi.
"Kenapa?" Tanya Adam.
Syam kembali menatap Adam "bang..."panggilnya sekali lagi.
"Hem?"
"Abang"
"Apa?
"Bang Adam..."
"Kenapa sih dek?"
Syam menatap Adam polos, sedangkan ketiga pemuda lainnya hanya diam memasang telinga, ingin tahu apa yang akan dibicarakan oleh bungsu itu.
"Mau tanya..." Ujar Syam.
"Apa?" Adam sabar, untung sayang
"Em....upil Dugong itu bentuknya gimana?" Tanya Syam polos.
Adam menjatuhkan rahangnya, Vino melepaskan tablet ditangannya Aldo menatap lurus ke depan dengan mulut terbuka, sedangkan Vano yang duduk dibelakang kemudi reflek menginjak rem nya saat mendengar pertanyaan adiknya.
Syam hampir terjungkal ke depan saat mobil yang dia naiki berhenti mendadak, untung Vino dan Adam yang duduk disampingnya dengan sigap menahan tubuhnya. Syam memang tidak memakai sabuk pengaman.
"Abang gimana sih, gak bisa nyetir ya?!" Syam kesal soalnya tatanan rambutnya terancam berantakan. Juga sangat bahaya berhenti mendadak, untung dibelakang sedang tidak ada kendaraan lain.
"Abang!" Panggil Syam lagi, soalnya keempat Abang nya itu hanya diam dengan mulut terbuka.
"E-eh, kamu gak papa dek?" Tanya Vino.
Syam mengangguk "kenapa sih?kok pada kayak orang tolol?" Tanya Syam bingung.
"Jaga bahasa kamu, jangan terbiasa berbicara menggunakan bahasa kasar" ujar Aldo.
Syam mengangguk, bersamaan dengan mobil yang kembali melaju menuju sekolahnya. Syam pun tak tahu apa penyebab Vano menginjak rem secara mendadak.
Mungkin kucing lewat atau mereka melihat setan nyebrang secara bersamaan, hingga membuat keempat Abang nya cengo seketika.
"Em...bang, jawab pertanyaan aku tadi dong, aku penasaran banget"
__________
Syam berjalan dikoridor sambil menghentak-hentakkan kakinya, dia kesel bukan main, tadi dia tanya beneran karna dia penasaran bentuk upil Dugong, tapi bukannya dijawab malah dia kena marah sama si Vano, Aldo setan.
Dia juga udah tanya Mbah Google, tapi yang keluar malah gambar Dugong nya. Kemarin juga Syam udah coba mengamati upil dirinya sendiri, apa mirip ya sama upil Dugong?
Sampai sekarang masih jadi misteri, sebelum Syam masukin jari kelingkingnya kedalam lubang hidung induk Dugong. Ah mungkin itu jalan keluarnya.
"Bang Nanda!!" Syam teriak saat melihat sosok pemuda yang merupakan musuh bebuyutan kedua abangnya.
Yang dipanggil pun berhenti lalu berbalik melihat adik dari musuhnya, ia mendengus lalu ingin segera melanjutkan langkahnya sebelum bocah itu menghalangi jalannya.
"Apaan lo bocil!"
Syam mendengus "biasa aja kali bang gak usah ngegas juga, lagi gak bawa motor kan?"ujar Syam.
Nanda hanya memandang bocah itu malas, tidak kakak tidak adik kerjaannya merusak ketenangan hidupnya saja.
"Apa?" Tanya Nanda pelan, saat melihat wajah pemuda itu lebih dekat. Imut kesan pertama yang tertanam diotak nya.
"Gue mau ngajak Abang kerja sama, gimana?" Tanya Syam antusias.
Nanda mengangkat salah satu alisnya, terlampau gemas dengan keantusaisan pemuda pendek dihadapannya.
"Gue mau aban----"
"Syam!!"
Kedua nya menoleh bersamaan kearah ujung koridor. Disana Arkan dan Erkan yang menatap tajam Nanda. Keduanya berjalan mendekat, menghampiri sang adik dan musuh bebuyutan nya.
"Jangan pernah Lo berani-beraninya deketin adek gue, abis Lo!" Erkan menarik tangan Syam pergi dari sana setelah mengucapkan kalimat itu.
Sedangakan Syam memilih diam, males debat.
Arkan menatap Nanda tajam yang dibalas tatapan datar dari sang empu "gue peringatan sama Lo, sekali lagi gue liat Lo disekitar adek gue, gue bakar markas Lo!" Ancam Arkan kemudian pergi menyusul kedua saudaranya.
"Salah gua apa?" Tanya Nanda pada dirinya sendiri.
___________
Jangan lupa voment and follow.
Terima aja kalo ceritanya gak nyambung, maklum soalnya sering ketuker ide sama cerita yang lain, kurang fokus juga sama satu cerita. Dan alur cerita berjalan sesuai tangan yang bergerak diatas papan keyboard.
Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
Fiksi PenggemarSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!