"Cailahhh, anak sultan dong sekarang"
Pletak
Syam memukul kepala Romi kesal, hingga membuat sang empunya mengaduh kesakitan. Nyesel dia ceritain kehidupannya sama kedua temen sengklek nya itu. Pemikiran mereka benar-benar berbeda.
"Salah gua paan?" Tanya Romi dramatis.
"Ya lo sama sekali gak ngertiin gua, hiks....gua kan kesel njim" ujar Syam.
"Ya sorry, gua kan kaum duafa, jadi denger duit dikit langsung buyar otak gua" balas Romi.
Syam rasanya ingin memukul kepala Romi lagi, kesel banget dia tuh kalo ngomong sama Romi, bawaannya pengen bunuh orang mulu. Kaum duafa apaan coba, orang bapak nya Romi aja seneng ngoleksi mobil sport!
"Aamiin, semoga Romi jatuh miskuin" Dani yang dari tadi diem angkat bicara juga akhirnya.
"Eh, ya enggak gitu juga nyet, kok Lo malah doain gua yang jelek-jelek sih" kesal Romi.
"Bodo lah bodo, mending bantuin gua cari kelas" sungguh Syam sudah pusing mendengarnya.
Baru juga mau jalan kearah Mading, tapi kerah baju Syam ditarik duluan sama Dani. Syam menghentakkan tangan Dani dari bajunya. 'Banyak kuman' kata bang Vano.
"Gak perlu, karna kita satu kelas" ujar Dani santai.
Syam mengerut dahinya "kok bisa?" Tanya Syam heran.
"Entu tuh, si Dani nemuin kepala sekolah nya, minta satu kelas ama Lo" ujar Romi sambil menunjuk Dani menggunakan dagunya.
Dani cuman cengengesan aja "hehe abis gua gak mau pisah ama Lo" ujarnya gugup saat ditatap Syam.
Memang benar, Dani dan Romi langsung senang saat melihat nama Syam juga terdaftar sebagai salah satu siswa baru di SMA itu. Setelah itu Dani langsung menemui kepala sekolah nya untuk meminta kelas yang sama dengan Syam. Melihat Dani dan Syam satu kelas Romi pun tak mau kalah, dan jadilah mereka satu kelas.
Syam terhura mendengar "hiks....sini nak peluk Daddy..."ujar nya sambil merentangkan tangannya.
Tak memperdulikan tatapan orang lain, akhirnya mereka berpelukan ditengah koridor, banyak tatapan aneh, so sweet bahkan gak suka, tapi mereka mah bomad.
Setelah beberapa menit barulah mereka melepaskan pelukannya, Syam teringat sesuatu lalu menatap mereka intens.
"Kapan bel nya?"
______________
Syam memandang keseluruh penjuru kelas, banyak siswa siswi saling berbincang dan berkenalan. Syam sendiri mah bodo amad mau punya temen apa kagak, soalnya udah ada Dani sama Romi.
Prinsip Syam mah simpel. Mau temenan sini gak mau kesini mah yaudah gak usah temenan. Segitu simpelnya sampe ngalahin rumus perkalian satu kali satu. Karna Syam merasa tidak dirugikan tanpa teman.
Bosen juga sebenarnya Syam itu, dari tadi kebanyakan jamkos nya dari belajar, soalnya masih hari pertama sekolah, jadi gurunya belum pada masuk. Padahal kan mereka makan dari uang hasil mengajar tapi malah pada santuy dirumah makan gaji katarak.
Syam menoleh saat Dani menepuk pundaknya. Memang Syam dan Dani duduk sebangku, sedangkan Romi duduk dibelakang Syam bersama Adit, spesies pendiam yang baru Syam temuin di dunia.
"Ada masalah?" Tanya Dani. Dani memang gitu adakalanya dia bobrok tapi kadang juga berubah jadi manusia dewasa dikondisi tertentu.
Syam langsung teringat sesuatu dengan masalahnya, lalu ia memiringkan tubuhnya menghadap Dani yang otomatis juga bisa melihat Romi.
"Gua mau nanya sesuatu sama Lo berdua" Syam masang muka serius mungkin, karna menurut Syam yang mau dia tanya itu masalah serius.
"Paan?" Tanya Romi lalu mendekat kearah Syam.
Syam melirik Adit yang sedang membaca buku disamping Romi, bermaksud memberi tahu kedua temanya kalau kalimat yang akan keluar dari mulut Syam bersifat pribadi.
"Ngomong aja, gua gak denger, gak penting" seru Adit tiba-tiba.
Syam menatap Adit kaget "l-lo gak bisu, Lo bisa ngomong?" Tanya Syam.
Adit menurunkan bukunya "Lo kira gua bisu?" Tanya Adit datar.
Syam mengangguk-anggukan kepalanya. Adit menghela nafas, agak gemes juga waktu liat Syam nanggepin dia nya kek bocah.
Karena takut kelepasan, akhirnya Adit gak nanggepin Syam lagi, terus lanjutin baca bukunya.
Syam yang ngeliat itu pun mendengus kesal, terus dia lanjutin aja ngomong ama Dani dan Romi.
"Lo orang pernah lewat rumah gua gak sekitar dua minggu yang lalu?" tanya Syam serius.
Dani sama Romi cuman ngangguk "pernah sih, sekitar seminggu yang lalu, emang Napa?"tanya Romi.
"Bunda gua, Lo berdua liat bunda gua gak dirumah itu?" Tanya Syam.
"Enggak, rumah Lo tutupan, emang napa sih?" Tanya Dani kesal.
Syam menghela nafas "gua sama bunda punya rencana kabur dari keluar ayah gua" ujar Syam pelan.
Dani dan Romi melotot kaget, Adit yang mendengarnya pun juga sedikit kaget, walaupun dia gak tau masalah apa yang terjadi ama bocah didepannya.
"Kenapa? Lo udah jadi anak sultan Syam" ujar Romi.
"He'e, gak bener ini, mending diem aja nikmatin duitnya, kalo perlu pelorotin harta keluarga lo" tambah Dani.
Syam menghela nafas kesal "Lo orang bisa gak sih gak mikirin duit dulu!" Ujar Syam kesal.
Dani langsung menggaruk dahinya yang tidak gatal "ya maap" ujarnya.
"Emang kenapa, kenapa Lo mau kabur?" Tanya Dani yang udah berubah dewasa.
Syam menghela nafas untuk yang kesekian kalinya "gua gak mungkin ninggalin bunda sendirian, gua udah janji sama bunda bakal kabur nyusul bunda setelah nerima pesan" Syam menghentikan ucapannya sejenak.
"Gua gak tau harus gimana, disatu sisi gua udah nerima Ayah, gua juga gak mau Ayah jadi pihak yang tersakiti untuk yang kesekian kalinya, tapi gua juga gak bisa ninggalin bunda, gimana pun juga bunda yang udah besarin gua, gua juga udah janji sama bunda bakal selalu sama bunda, jaga bunda, ngelindungin bunda, dan selalu disisi bunda sampe hari tua nya nanti" lanjut Syam.
Syam menundukkan kepalanya, menghalau air mata yang mendesak ingin keluar, lalu ia mendongak menatap kedua temannya.
"Sekarang gua harus gimana?" Tanyanya putus asa.
Dani dan Romi diam, mereka juga bingung harus memberi jawaban yang seperti apa, karna mereka tak menyangka masalah Syam yang serumit ini.
Adit menaruh bukunya diatasi meja, hingga sedikit menimbulkan bunyi.
"Gua minta maap karna gak sengaja dengerin omongan Lo semua, gua cuman mau ngasih saran, nggak semua pihak yang sakit harus selalu tersakiti, dan gak selalu pihak yang menyesal harus selalu tersungkur kedalam jurang penyesalan, gua memang gak tau masalah Lo, tapi saran terbaik itu apa yang berasal dari hati" ujar Adit panjang lebar.
Dani dan Romi melongo mendengarnya, sedangkan Syam masih berusaha mencermati perkataan Adit dengan baik.
"Thanks" ucap Syam tulus dengan mata yang berkaca-kaca.
Adit yang melihatnya gemes sendiri, lalu ia mengusap kepala Syam "sama-sama" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!