12. Membuka hati

17.8K 1.8K 188
                                    

Jika ada manusia paling bodoh, maka Syam termasuk kedalamnya, Syam egois, Syam buta dengan arah, Syam adalah manusia buruk, benar-benar buruk, menurut nya sendiri.

Ia tahu bahwa apa yang Ia lakukan salah, namun Ia tak mampu membenahinya. Yang bisa Ia lakukan hanyalah menangis dan menyesalinya.

Ia tau kebenaran Ayahnya namun bukanya meluruskan masalah Ia justru berlari menghindarinya

Ia sadar, apa yang Ia lakukan sangatlah buruk, sama sepertinya. Ia hanya mementingkan egonya tanpa mau memikirkan perasaan orang.

Ia ingin meminta maaf dengan Rama, namun justru Ia berlari kekamarnya, Ia bodoh karna kalah dengan ego nya. Namun apakah Ia salah karna telah membela ibunya, bahkan Ia pun telah berjanji untuk selalu bersama Janna.

Syam sangat menyayangi Janna, namun rasa sayang itu yang membutakan pengihatanya terhadap Rama.

Matanya membengkak karna terus menangis, bahkan Ia tak makan malam karna sudah terlanjur berlari kekamarnya setelah mendengarkan pembelaan keluarganya mengenai sang Ayah.

Syam bingung apa yang harus Ia lakukan, haruskah Ia terus membenci sang Ayah walaupun sudah tau seberapa keras perjuangannya, lalu bagaimana dengan ibunya.

Syam takut jika Ia membuka hati untuk Rama akan memberatkan langkahnya untuk menepati janjinya kepada Janna, namun Ia juga tak ingin Rama merasakan sakit lebih dalam lagi.

Syam berdecak kesal karna rasa haus menghampiri tenggoroka nya, netranya menoleh kearah jam yang tertempel didinding kamar nya, pukul dua malam.

Dengan berat hati Syam turun dari kasurnya, mendorong lemari yang mengganjal pintu kamarnya, tanganya membuka pintu perlahan.

Netranya menangkap siluet Arkan dan Erkan yang duduk dengan mata terpejam didepan kamarnya. Keluarganya memang memaksanya untuk keluar dan makan, namun Ia tidak mau dan mengurung dirinya dikamar.

Kenapa malah tidur disini coba, kek orang miskuinn

Langkahnya dibawa perlahan agar tak menimbulkan bunyi yang akan membangunkan keduanya, Ia tak perlu turun kebawah karna disetiap lantai terdapat dapur.

Syam melangkahkan kakinya perlahan agar tak menimbulkan bunyi dan menyebabkan dirinya ketahuan oleh bodyguard yang berjaga.

Namun dirinya berhenti tepat didekat ruang kerja Ayahnya, memang kamar anak-anak dan ruang kerja keluarganya berada dilantai tiga, sedangkan kamar orang dewasa berada dilantai dua.

Syam mengernyit bingung saat netranya melihat pintu ruang kerja Ayahnya sedikit terbuka dengan lampu yang masih menyala, sedangkan ruang kerja yang lainya sudah tertutup rapat dan gelap.

Apa Ayah masih kerja?

Peduli setan, Syam melanjutkan langkahnya menuju dapur, namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat mendengar suara isakan dari ruang kerja Ayahnya.

Syam mendekat kearah pintu karna penasaran, bersamaan dengan suara isakan yang semakin terdengar.

Ia sedikit mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, disana, Ia melihat Ayahnya sedang duduk dilantai sambil menangis, tanganya memeluk sebuah pigura kecil.

"Ayah sayang kamu...."telinganya mendegar apa yang diucapkan Rama disela-sela isakanya.

Syam memasang mata dan telinga dengan baik, apakah Ayahnya sedang jatuh cinta, dan sekarang sedang galau?.

Tubuhnya mematung saat melihat siapa yang ada difoto tersebut, itu foto dirinya yang sedang tertidur, bagaimana Rama bisa mendapatkan fotonya.

Bola matanya mengikuti pergerakan Rama, yang menaruh foto tersebut didinding, sekali lagi Ia terkejut karna banyak fotonya yang tertempel didinding, foto ketika Ia sedang tersenyum, foto Syam saat berusia lima tahun, foto saat Ia tertawa lepas, dan foto saat Ia masih mengemut empeng.

Syam tidak mengerti sebnarnya apa yang dilakakukan Ayahnya dengan mengoleksi fotonya, dan dari mana Ayahnya bisa mendapatkan fotonya.

"Maafin Ayah karna banyak ngekukain hati kamu, maaf karna Ayah sudah egois karna misahin kamu sama bundamu, tapi Ayah cuman mau kamu ngerasain figur seorang Ayah, dan Ayah minta maaf karna belum bisa maafin bunda kamu, terlalu banyak luka yang dia torehkan dihati Ayah" Syam melihat Rama berbicara dengan foto-fotonya.

Sekarang Ia melihat Rama dari sisi yang berbeda, tidak ada Rama yang egois, kejam dan dingin, tapi Ia melihat sisi rapuh Rama.

Ayah juga manusia Syam, kadang dia merasa lelah, tapi buat ngeluhpun dia gak bisa, ada empat putra yang harus dia topang biar gak rubuh

Benar kata Vano, Rama hanya bisa meluapkan kerapuhanya saat tengah malam, dimana semua orang tertidur, namun justru Rama terbangun untuk kembali menguatkan hatinya.

Syam egois, seharusnya Ia mengetahui seberapa besar kasih sayang Rama untuknya, Ia hanya dapat menerima kasih sayang Janna, tapi tidak dengan Rama.

Kalo Syam saja bisa memaafkan Janna, lalu kenapa Syam tidak bisa berdamai dengan Rama, yang justru pihak paling tersakiti.

Syam sadar, selama ini apa yang Ia lakukan hanyalah menambahkan luka Rama, luka yang bahkan belum kering.

Syam memandang Rama dengan mata yang berkaca-kaca, tanganya meraih knop pintu dan membukanya perlahan, hingga tak menimbulkam bunyi.

"Ayah..." panggil Syam pelan.

Ia melihat tubuh Ayahnya yang menegang mendengar suaranya, kemudia tubuh itu berbalik kearahnya.

Syam langsung berlari kearah Rama dan memeluknya erat, kenyamanan yang seharusnya Ia rasakan dari dulu, sekarang baru terasa.

"Maaf Ayah, S-syam egois..." ucapnya sambil terisak tangis.

"Kamu kenapa?" tanya Rama bingung.

"Maafin Syam, maaf Ayah..." isaknya.

Rama membalas pelukan Syam dengan rasa haru, setelah penantian yang membuat nya harus ekstra sabar sekarang telah membuahkan hasil yang sangat luar biasa.

Rama menangis dalam diam sambil mendekap Syam erat, rasanya ribuan panah yang menusuk hatinya, terangkat dengan mudah tanpa menyebabkan luka.

"Ayah maafin, semuanya.." ujar Rama pelan sambil menggigit bibir bawahnya.

"Seharusnya Syam gak nambahin luka dihati Ayah..."ucap Syam dengan suara parau.

"Tapi kamu obat ampuh buat luka dihati Ayah" balas Rama.

"Syam jahat, Syam egois karna gak bisa liat kasih sayang Ayah"

"Syam malaikat Ayah, Syam yang terbaik buat Ayah" balas Rama.

"Maaf Ayah, karna udah bersikap buruk sama Ayah.."

"Terima kasih, karna kamu jadi putra Ayah, Ayah merasa jadi manusia yang paling beruntung"

"Tapi Syam buruk, Ayah..."

"Syam yang terbaik"

"Sayang Ayah.."

"Sayang Syam banyak-banyak.."

Syam melepaskan pelukanya, netranya menatap Rama lekat, entah kenapa hatinya sangat merasa bahagia.

"Tidur yuk, udah malem, sini Ayah kelonin"

________

Banyak yang koment tentang nama Ayamnya Syam kan?...

Yang sebenernya adalah.

Enciss and Encuss itu nama kucing author.

Mueheeheh

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang