10. Anak adopsi

19.9K 2K 278
                                    

Syam memandang rambu lalu lintas yang baru berubah warna hijau, seketika mobil yang ditumpanginya melaju membelah jalanan yang cukup padat pada sore hari.

Saat ini Ia baru menempuh perjalanan pulang dari rumah sakit, cukup membahagiakan baginya terbebas dari ruangan berbau obat-obatan.

Ia menaiki mobil yang sama dengan Dira, Chaca dan Kinan, sedangkan para musuh bebuyutanya menaiki mobil lain yang saat ini berada dibelakang mobilnya.

Sebenernya mereka akan pulang menggunakan mobil yang sama, namun Syam menentangnya dengan alasan 'nanti kalo satu mobil, Syam kesurupan gimana?, mau tanggung jawab!' alhasil mereka menurut saja karna malas berdebat.

Sebenarnya bukan hanya mobil para musuh bebuyutanya saja yang mengikuti mobilnya, namun juga beberapa mobil yang dikendarai beberapa bodyguard juga ikut mengikuti.

Syam tahunya mereka adalah bodyguard keluarganya, namun sebenarnya mereka adalah anggota Last Eagle yang ditugaskan Vano untuk ikut memberi keamanan.

"Kenapa, ngantuk?" tanya Dira lembut saat melihat mata sayu Syam yang duduk diantara Ia dan Kinan.

Syam mengangguk, memang Ia semalam tidak bisa tidur karna tak ada guling yang menemaninya, alhasil Ia terjaga hingga pagi. Jika disuruh memilih antara Rama dan guling, sudah pasti Syam memilih guling nya.

"Sini bobo, Mamah peluk" Dira mendekap tubuh mungil Syam tanpa adanya penolakan.

"Masih lama mah?" tanya Syam dengan suara parau nya.

"Lumayan, bobo dulu aja, nanti kalo udah sampe Mamah bangunin" ujarnya sambil mengusap-usap kepala Syam.

Syam mengangguk, lalu meluruskan kakinya, tanganya memeluk Dira, menjadikanya pengganti guling. Baru saja Ia mau memejamkan matanya, namun sesuatu ditrotoar jalan berhasil menarik atensi dan menghilangkan kantuknya.

"Pak, pak berenti pak!!" teriak Syam sambil mendudukan kembali tubuhnya.

"Kenapa Syam?" tanya Kinan bingung, pasalnya itu bocah dari tadi diem aja.

"Ihh, Mamah berenti!, Pak minggir bentar Pak!" ujarnya sambil bergeser kearah jendela mobil.

Sang sopir menatap Dira dari kaca yang menghadap kebelakang, Ia segera menepikan mobilnya saat mendapat anggukan dari sang Nyonya.

Mobil berhenti tepat disamping trotoar. Syam keluar dari mobil dengan tiba-tiba, membuat Dira, Kinan dan Chaca panik, pasalnya dimana dan kapanpun musuh keluarganya selalu mengintai.

Bukan hanya mobil yang ditumpangi Syam saja yang berhenti, namun juga mobil dibelakangnya dan mobil para bodyguard. Mereka juga ikut turun untuk mengejar Syam yang berlari dengan mata berbinar ditrotoar.

Sejenak aksi kejar-kejaran mereka, menjadi tontonan gratis untuk pengguna kendaraan yang berlalu lalang dan para pedagang kaki lima, namun mereka tak peduli.

"SYAM!" teriak mereka bersamaan.

Mereka khawatir karna kehidupan mereka tak pernah terbebas dari intaian musuh, kapan dan dimana bisa saja musuh menyerang, mereka bisa menghadapi nya dengan mudah, tapi Syam? Ngeliat sapi kurban yang akan disembelih aja nangis nya paling histeris.

Syam tak memperdulikan teriakan dari mereka yang memintanya kembali, karna saat ini seluruh atensi nya jatuh pada seorang pedagang kaki lima yang menjual ana ayam warna-warni.

Sejak lama Ia sangat ingin memelihara anak ayam, namun Janna alergi terhadap bulu ayam, jadi Ia tidak mungkin memelihara makhluk yang membuat Bunda nya sakit.

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang