35. Kemah (2)

7.1K 1.1K 91
                                    

Syam merebahkan tubuh nya diatas karpet yang sudah dialasi kasur tipis pemberian Erkan tadi sore. Tubuh nya butuh diistirahatkan setelah seharian melakukan kegiatan kepramukaan.

Ternyata benar kata ayah nya, kegiatan seperti ini memang membutuhkan banyak tenaga. Terlebih memasak sendiri juga sedikit menghambat waktu istirahatnya. Walaupun begitu, ia senang karena bisa menjadi bagian dari acara ini.

Setelah makan siang tadi, kegiatan dilanjutkan dengan latihan baris berbaris. Selain melatih kemampuan, pihak sekolah juga dapat melihat potensi di diri para murid dalam baris berbaris.

Kegiatan dilaksanakan hingga waktu mandi, para murid disuruh untuk membersihkan diri di toilet yang sudah disediakan. Sekaligus istirahat sebelum kembali memulai kegiatan.

Dan pada jam sembilan malam barulah para murid bisa beristirahat dengan tenang. Sama seperti Syam hang sudah tepar diatas kasur, Abang nya itu memang perhatian, padahal seharusnya tidak diperbolehkan membawa peralatan tidur selain selimut dan bantal.

"Dek..."

Syam menoleh kearah pintu masuk tenda, disana terdapat kedua Abang nya yang baru saja masuk. Kepalanya langsung meliar mencari keberadaan para anggota kelompoknya yang lain, namun ia tidak menemukan mereka. Ia baru sadar jika ia sendiri didalam tenda.

"Capek?" Tanya Erkan. Syam mengangguk, ia tidak bohong jika tubuhnya merasa lelah.

Arkan dan Erkan mendekat, duduk disebelah sang adik yang masih berbaring. Tanpa aba-aba kedua pemuda itu memijat kaki sang adik, membuat sang empu nya merasa tidak enak sekaligus durhaka dalam satu waktu.

"Abang ngapain?" Syam bangkit dari posisi berbaring nya, lalu menjauhkan kaki nya dari jangkauan kedua Abang nya itu.

"Kamu capek kan? Biar Abang pijitin" ujar Erkan lalu menarik tubuh sang adik sedikit mendekat.

"Nggak, nggak usah, nggak sopan tau" ujar Syam.

"Dek!" Arkan menggeram, adik nya itu sangat susah disuruh menurut. Padahal Arkan hanya tidak ingin adik nya itu kelelahan karna besok akan lebih banyak kegiatan, sekaligus malam puncak.

"Nurut sama Abang atau kita pulang sekarang!" Ancam nya.

Syam mendengus sebal "nggak sopan bang, lagian Abang juga pasti capek kan seharian ngurus kegiatan?"ujar Syam.

"Syam!" Erkan berdesis rendah. Adik nya itu sangat keras kepala, apa susah nya menuruti perintahnya?.

"Besok malem api unggun, ayah sama yang lainnya bakal dateng. Kalo ayah tau kamu kecapean mungkin kamu nggak akan boleh lagi ikut acara sekolah" ujar Arkan.

Syam menggeleng dengan cepat "nggak bisa gitu dong bang, aku kan siswa teladan" ujar nya.

"Nurut, jadi nanti kamu nggak terlalu kelihatan lelah"

Syam mengangguk masam, lalu meluruskan kaki nya yang langsung dipijat oleh kedua Abang nya. Dari pada ia tidak diperbolehkan lagi ikut acara sekolah lebih baik ia menjadi adik durhaka sehari. Lagian kan kedua Abang nya itu yang memaksanya.

Jadi tidak apalah menikmati hidup sejenak. Pijatan Abang nya lumayan enak, membuat tubuh nya sedikit rileks. Namun mata nya masih tidak bisa tertutup, seperti ada yang kurang namun ia tidak tahu apa itu.

"Abang, mau susu"

Erkan mengangguk lalu keluar dari tenda. Entah kemana pemuda itu, yang pasti memenuhi perintah sang adik. Sedikit yang ia tahu, jika adik nya itu susah tidur, maka susu adalah obatnya, tanpa perlu obat tidur atau obat bius dosis rendah.

"Berbaring dulu"Syam mengangguk mengikuti perintah Arkan. Berbaring diposisi sebelumnya sebelum Arkan dan Erkan datang.

"Bang temen-temen aku mana?" Tanya Syam. Tentu saja ia harus tahu, teman-teman nya itu hilang tanpa dirinya.

"Tidur ditenda lain"

"Lah, kok?"

"Ayah udah minta izin sama pihak sekolah, biar kamu tidur sama Abang"

"Hah, orang kaya mah bebas"

_______

Hari ini adalah hari terakhir kegiatan Mpls, dan malam nanti adalah puncak nya. Api unggun yang ditunggu-tunggu sedang dipersiapkan oleh para panitia.

Sedangkan peserta nya mengikuti kegiatan seperti kemarin. Sebelum Bagaskara keluar kegiatan sudah dilaksanakan. Setelah shalat subuh berjamaah di mushola sekolah kegiatan dilanjutkan dengan senam bersama dihalaman sekolah.

Hingga sang Surya muncul sepenuhnya baru senam dihentikan, dilanjutkan dengan mandi dan memasak. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota. Karna waktu untuk mandi dan memasak ditentukan, satu kelompok harus pintar membagi waktu dan tugas.

Seperti saat ini, Syam dan Adit memasak, sedangkan Bayu dan Agus mandi terlebih dahulu. Setelah kedua pemuda itu selesai barulah Adit dan Syam yang mandi, dan memasak dilanjutkan oleh Bayu dan Agus. Selain bekerja sama mereka juga harus disiplin dan tepat waktu.

Jika waktu yang diberikan untuk memasak dan mandi habis, maka murid yang belum menyelesaikan kegiatannya akan diberikan hukuman. Tidak terlalu berat, hanya menyanyi ditengah kegiatan selanjutnya.

Tak jarang murid yang dihukum karena tidak disiplin pada waktu. Seperti Syam dan Adit yang baru saja memasuki kamar mandi setelah antri lama, namun sayang suara mic terdengar, membuat keduanya kalang kabut di bilik yang berbeda, padahal kedua nya baru saja membuka baju, belum menyentuh air sama sekali.

Suara ketua pembina acara menyuruh agar para murid segera berkumpul di lapangan. Memeriksa murid yang menepati waktu sebelum makan siang dimulai. Dan menyiapkan hukuman kepada murid yang terlambat.

"Adit, gimana ini?!" Teriak Syam dari bilik sebelah kanan.

"Pake baju lo, kita keluar dulu, masalah mandi nanti aja!"

Syam dengan secepat kilat memakai kembali baju Pramuka nya. Terlihat sangat berantakan karena terlalu terburu-buru. Pemuda itu bertambah panik saat mendengar suara ketua pembina itu mulai menghitung mundur. Dengan tak berperikemanusiaan Syam mendobrak pintu toilet nya hingga terbanting kencang.

Mengabaikan raut wajah Adit yang nampak kaget, seperti nya pemuda itu juga baru saja keluar dari bilik toilet nya. Tanpa aba-aba pemuda itu menarik tangan Syam dan membawanya berlarian kearah lapangan yang belum terlihat dimata.

"Adit, gua nggak mau nyanyi didepan umum" ujar Syam.

"Iya gua juga nggak mau, mangka nya lari yang kenceng"

Lapangan sudah didepan mata, ramai murid yang tengah mengatur nafas, seperti nya bukan mereka saja yang berlari, namun ramai.

"Satu!"

Adit dan Syam berhenti berlari, mengatur nafas dengan susah payah. Setelah lelah berlari-larian, akhirnya mereka gagal. Ketua pembina mengucapkan angka satu tepat saat mereka masih berada dibibir lapangan. Dan sialnya para murid yang lain menatap kearah kedua pemuda itu dengan miris.

"Kita gagal?" Tanya Syam.

Adit mengangguk sebagai jawaban "kita gagal" ujar nya.

"Wah, seperti nya ada dua murid yang tidak bisa menepati waktu nih. Siap dengan hukuman kalian adik-adik?"

__________

Jangan lupa voment and follow.


Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang