32. Persiapan Kemah

8.5K 1.2K 91
                                    

Petrikor masuk ke Indra penciuman seorang pemuda. Terdengar suara gemuruh dari payoda mendung. Bagaskara tidak terlihat namun tetap memancarkan cahaya nya walaupun terhalang awan hitam.

Sarayu saling bersahutan, menghasilkan udara dingin dipagi hari. Hari ini diawali oleh hujan gerimis, namun tak menghalangi para makhluk hidup untuk melakukan aktivitas seperti biasanya.

Syam telah sampai disekolah tepat lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi. Rasa malas menyerangnya tadi, namun mengingat hari ini adalah pembagian kelompok kemah, maka dengan berat hati Syam harus masuk sekolah tepat waktu.

Harsa menggelung hatinya setelah mendapatkan izin dari Rama. Akhirnya ia bisa ikut berkemah dalam sekali seumur hidup. Walaupun ia tidak yakin bisa mengikuti nya atau tidak.

Masalah nya terakhir kali ia ikut berkemah, ia menangis meminta Janna menjemputnya, saat teman-teman nya bertanya mengapa ia pulang duluan, ia menjawab sakit perut. Padahal tidak, ia hanya tidak bisa jauh dari Janna.

Karna merasa malu dan takut diledek teman-temannya, sebab itu ia berbohong.

"Woe, diizinin nggak?" Tanya Dani yang baru saja datang. Pemuda itu tadinya ingin menepuk pundak Syam, namun ia teringat kejadian kemarin dan menarik kembali tangannya.

Syam mengangguk senang "pasti, babang kau gitu loh" ujar nya seraya menepuk dada nya bangga.

"Heleh, taikk"

"Perhatian bagi semua siswa kelas sepuluh, untuk segera mengumpulkan surat persetujuan orang tua di ruang OSIS. Bagi yang tidak mengikuti kegiatan persami yang akan dilaksanakan besok silahkan lapor ke pak Tris selaku ketua pelaksanaan. Sekian terima kasih"

"Suara bapak nya merdu ya coy?" Ujar Syam antusias.

"Merusak dunia? Iya?"

"Nggak usah mulai deh, lebih baik kita ngumpul nih surat, abistu ngantin, gua laper" ujar Romi menengahi.

Keempat pemuda itu segera berjalan keruang OSIS seperti yang diarahkan. Namun sayang ruangan itu terlihat ramai anak kelas sepuluh yang juga ingin mengumpulkan berkas. Mau tidak mau mereka harus menunggu giliran.

"Bang Nanda!" Syam sedikit berteriak memanggil musuh sang Abang sedang mengobrol dengan teman-teman nya didepan ruang BK yang memang bersebelahan dengan ruang OSIS.

"Lo orang tunggu sini bentar ya, gua ada urusan, penting!" Syam langsung berlari meninggalkan ketiga temannya yang memanggil-manggil namanya.

"Paan dah, bocil minggir, gua nggak ada urusan ama lo" ujar Nanda malas.

Syam mengerucut kan bibirnya sebal, mengapa orang-orang disekitarnya tidak ada yang waras sedikit saja? Atau justru kebalikannya, dia lah yang tidak waras?.

"Tapi gua punya urusan ama lo bang!" Ujar Syam.

Nanda berdecak kesal dengan anak kecil didepannya ini. Bukannya apa ia sedang tidak ingin mencari masalah, baru kemarin kedua Abang nya anak itu menghancurkan markas nya. Baru saja ia ingin pergi dari tempat itu sebelum anak itu menahan tangannya.

"Bang, dengerin gua dulu ih" Syam sedikit merengek, sebenarnya ia kesal karna pemuda itu tidak mau mendengarkannya.

"Huft, paan bocah?"

Syam tersenyum senang "Abang kenap----"

"Syam!"

Syam memejamkan matanya, tubuh nya terasa membeku, perlahan ia membalik tubuhnya menghadap kedua Abang nya yang mengeluarkan aura mengerikan, tatapan kedua Abang nya itu menajam.

"Lo? Gua udah pernah bilang kan sama lo? Jauhin adek gua, urusan lo sama gua, nggak usah jadi pengecut yang beraninya nyerang belakang!" Desis Erkan.

"Apaan setan! Adek lo sendiri yang dateng ke gua! Nggak usah nuduh sembarangan, tanya sendiri ama adek lo napa ngikutin gua mulu njing!"

Arkan dan Erkan langsung mengalihkan tatapannya kepada sang adik. Menghembuskan nafas kasar saat melihat adik nya itu hanya cengengesan tidak jelas seraya menunjukan jari tengah dan telunjuknya.

"Kamu ngapain disini? Bukannya suruh ngumpul surat itu? Atau kamu berubah pikiran buat nggak ikut kemah?" Tanya Erkan dengan nada sinis nya.

Syam mendengus sebal, abang nya itu benar-benar pemarah. Ia tidak tahu ngidam apa bunda nya dulu hingga menghasilkan anak sebuluk Arkan dan Erkan. Sungguh menyebalkan.

"Iya-iya ini mau ngumpul" ujar nya.

Syam menoleh sebentar kearah Nanda. Mendekati pemuda itu perlahan lalu membisikan sesuatu di telinganya sebelum lengannya ditarik Erkan menjauh.

"Kalo mau baku hantam di ring tinju aja bang, biar ditonton banyak orang"

______

"Gua bawa kompor aja lah" ujar Dani.

"Heh, enak aja gas nya gimana? Lo kira kompor bisa idup tanpa gas?" Romi berkacak pinggang menatap Dani sinis.

"Lo kira gua nggak bisa buat gas? Bawa tabung Elpiji susah, mending pake gas yang ini aja lah."

Tut

"Bangsad! Minim akhlak lo ya Dan!" Geram Adit, sahabat nya itu memang tidak mempunyai otak. Bisa-bisanya ia ngentut ditempat umum seperti ini.

"Goblok bau tolol, lo makan endog ya? Ngalahin aroma sepatu gua yang nggak dicuci setahun" cecar Romi, seperti nya pemuda itu keracunan gas beracun disekitarnya.

"Kok lo lama-lama tambah tolol sih Dan? Lo tau nggak paru-paru gua tercemar karna kentut lo? Bukan cuman mulut lo doang yang bau, kentut lo lebih parah bangsad! Gua bilangin bang Arkan nih biar lo diopname pake karbon monoksida!" Ujar Syam kesal.

"Eh, ya Allah, salah gua apa? Gua kan cuman nunjukin kalo kita nggak perlu bawa gas, karna kita juga bisa menghasilkan gas" ujar Dani menatap satu persatu sahabatnya itu.

"Ya nggak gitu konteks nya goblok!" Sentak Romi.

Dani menunduk dengan mata yang berkaca-kaca, perlahan kepala itu mendongak dengan air mata yang membasahi pipi nya. Pemuda itu tersenyum tipis.

"Iya, gue memang goblok" Dani pergi meninggalkan ketiga sahabatnya itu yang kebingungan.

"Napa dah tuh anak?" Tanya Syam, tidak biasanya sahabatnya yang satu itu mudah tersinggung, apa lagi cara mereka bercanda memang selalu seperti itu.

"Ntah, pms kali" jawab Adit.

Ketiga pemuda itu mengangkat bahu nya acuh, kemudian segera berlalu meninggalkan kantin sebelum suara seseorang menghentikan mereka.

"WOI LO ORANG NGGAK ADA NIATAN MAU NGEJER GUA?!"

Ketiga pemuda yang lainnya hanya mengelus dada sabar, mereka kira sahabat nya yang satu itu memang benar-benar marah dan ngambek. Namun nyata nya tidak.

Sebenarnya mereka bingung apa yang ada dipikiran sahabatnya itu. Apa Dani kira sedang syuting film India yang harus dikejar-kejar, lalu begitu tertangkap langsung menari-nari?

Dasar drama!

_______

Gimana part kali ini.

JANGAN lupa voment and follow.

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang