22. Penghancur perasaan

13.2K 1.6K 174
                                    

"Em.....nyam nyam nyam..."

Syam menutup matanya, semakin meresapi bumbu-bunbu yang membaluri paha ayam. Dengan mulut yang sedari tadi mengeluarkan suara aneh, membuat Arkan dan Erkan gemas sendiri melihatnya.

"Kalo makan jangan sambil ngomong" ujar Erkan yang tengah menatap ponselnya.

Syam menghentikan sejenak aksi endorse paha ayam nya, menatap Erkan sinis "iri? Bilang bos..." sahutnya.

"Papale papale pa-----"

"Berisik!"

Satya, sahabat kembar vertikal yang baru saja memasuki rooftop bersama Galang dan Radit, itupun menghentikan nyanyian syahdu nya, niat nya sih ingin melanjutkan aksi Syam.

Satya menunjukan gigi rapihnya, namun langsung berubah datar saat Radit dan Syam menjulurkan lidah nya bersamaan.

"Eh, kok nih bocil lo ajak bolos sih?" tanya Radit penasaran saat melihat Syam mengigit paha ayam ditangan nya.

"Belum sarapan" ujar Arkan.

Radit hanya mengangguk tanda mengerti, padahal dia kemari ingin menghilangkan rasa kecut dimulutnya dengan rokok. Namun sepertinya harus ia urungkan karna kehadiran bocil dibawah umur, dari pada kena depak abangnya.

Galang duduk disamping Syam "enak banget ya, sampe belepotan?" ujar Galang seraya membersihkan noda makanan disekitar bibir Syam.

Syam mengangguk "enak banget, Abang mau?" ujarnya sambil menyodorkan paha ayam yang sudah ia gigit.

Galang menggeleng, entah mengapa melihat bocah itu makan sudah membuat nya kenyang sendiri, netranya menatap si kembar yang memasang wajah datar, namun apa pedulinya?

Memang sejak kejadian dikantin waktu itu, Syam dan ketiga sahabat Abang nya itu menjadi dekat, suasana nya pun sudah tak secanggung saat pertama kali bertemu.

Syam mengangguk, lalu melanjutkan memakan makanan yang dikirim Dira. Mama nya yang satu itu memang pengertian, padahal Dira tidak ada dirumah tadi pagi.

"Gue nggak ditawarin cil?" Tanya Satya, padahal dia sedari tadi menunggu Syam menawarinya seperti Galang.

Syam menatap Satya, kembali menatap ayam dikotak bekalnya. Sumpah demi apapun Syam tidak ikhlas, tadi dia hanya basa basi saja pada Galang, sudah pasti dalam hatinya berdoa agar Galang tidak menerima tawarannya.

"Abang mau?" Tanya Syam, bukannya apa Syam hanya tidak tega melihat wajah Satya yang sepertinya memang lapar.

Menghembuskan nafasnya sebentar, Syam menyodorkan kotak bekalnya, namun seseorang menahannya.

"Jangan, abisin aja, biar nanti Satya beli makanan dikantin"

Ah Syam harus berterima kasih pada Erkan, sepertinya Abang nya yang satu itu memang pengertian, Abang nya itu tahu kalau Syam belum siap melepas ayam itu ketangan Satya.

"Tapi ba-----"

"Udah gak papa, nanti abang beli makan dikantin aja, tadi Abang cuman becanda kok" ujar Satya, sebenarnya Satya memang kepingin, namun tatapan tajam Arkan, Erkan dan Galang menghilangkan rasa laparnya.

Syam mengangguk ria saja, lalu melanjutkan makannya. Persetan dengan bel yang sudah bunyi sekitar sejam yang lalu.

___________

"Hiks....gue sedih, kenapa ending nya harus gini sih?" Romi memukul bahu Syam pelan.

"Sikamprett itu kurang karma, pokoknya gue gak terima!" Dani mengigit pena nya hingga patah.

"Siapa sih sutradara nya, mau gue temuin, suruh rubah endingnya"

Syam berdecak kesal "namanya film, lagian kalian baper banget sih, yang mati kan bapak nya tuh anak, Napa Lo orang yang sedih?" Ujar Syam kesal.

"Tau tuh, baper kek cewek"cibir Adit.

Saat ini Syam dan ketiga sahabat nya itu tengah berada diruang kelas, posisi belakang paling pojok, dengan beberapa cemilan diatas meja dan laptop yang menyala menampilkan sebuah drama Korea.

Sejak sehabis jam istirahat, guru belum masuk, bukan hanya dikelas mereka saja namun seluruh kelas jamkos. Guru-guru sedang pada rapat, entah mengapa para murid tidak dipulangkan saja.

Padahal kan Syam bisa menghabiskan waktu lebih lama untuk menemani kedua anak nya bermain, sekalian mengawasi bagaimana pergaulan kedua anak gadisnya itu.

"Ada apa sih rame-rame?" Tanya Romi saat melihat para murid berlarian menuju lapangan basket.

Keempat pemuda itu mengalihkan atensinya yang semula dari laptop. Dani bertanya pada salah satu murid kelas nya yang juga akan pergi menuju lapangan.

"Oh itu, rombongan kak Arkan bakalan tanding basket sama rombongan kak Nanda" ujar Siwa tersebut.

"Yaudah, thanks ya informasi nya" siswa tersebut mengangguk lalu berjalan keluar kelas.

"Kok gue ngga tau sih?" Tanya Adit.

"Gue juga gak tau, pasangan kalkun itu kok ngga ngasih tau adek nya sendiri sih?" Ujar Syam.

"Sabar, adek tiri mah beda" Dani menepuk-nepuk pundak Syam.

Syam memasang wajah datar. Tidak tahu kah Dani jika mengeluarkan kata-kata seperti itu didepan keluarga Galendra, maka ucapkan selamat pada dunia.

"Kuy lah nonton!" Ajak Romi antusias.

Ketiganya mengangguk lalu berjalan menuju lapangan basket, kapan lagi melihat perang dunia dua disekolahan.

Sesampainya mereka disana, lapangan sudah ramai dikerubungi murid, jangan lupakan teriakan histeris para siswi saat melihat ABS para pemain basket.

Jujur

Syam iri melihat ABS nya tak seindah milik kedua abangnya.

Teriakan para siswi semakin histeris tatkala Erkan memasukan bola kedalam ring. Syam dan para sahabatnya bukan hanya mendengar suara teriakan siswi tapi juga bisa merasakan aura mencekam antara dua team tersebut.

"HUHU AYO BANG!!!" Seketika satu sekolahan menoleh kearah Syam yang heboh sendiri, pasalnya Syam teriak saat keadaan sedang hening.

"ABANG!! ABANG!" Syam terus teriak tanpa rasa malu, bahkan ketiga sahabatnya pun menutup muka dengan tangan masing-masing.

Disisi lain, Arkan dan Erkan tersenyum mendengarnya, adik nya itu menyemangati mereka, lalu alasan apa yang akan membuat mereka kalah, sudah pasti semangat mereka semakin membara mendengar teriakan penyemangat sang adik.

Ah rasanya Arkan dan Erkan ingin terbang mendengarnya, menghentikan waktu sejenak untuk merasakan hati yang menghangat, kedua nya sangat bahagia. Para sahabat kembar vertikal pun sama, semakin semangat mencari celah.

"AYO BANG NANDA, GAS POL JANGAN KASIH KENDORRR"

"KALAHKAN TIM KADAL ITU BANG NANDA, SEMANGAT!!!"

Tau apa itu hal menyakitkan?, Ketika kita terbang tinggi hingga menembus awan ketujuh, namun kejatuhan meteor dan kembali jatuh kebumi dengan batu meteor  diatas kita.

Sangat sakit!

Seperti apa yang dirasakan Erkan dan Arkan, harapan, kebahagiaan, kehangatan yang baru saja mereka rasakan hilang begitu saja. Adiknya itu, menghentikan euphoria secara paksa.

Adiknya itu, menghancurkan semangat keduanya, hingga tak sadar bahwa team musuh memasukan bola kedalam ring.

Dan untuk pertama kalinya Team Arkan dikalahkan Team Nanda, hanya karna adiknya.

"Kerja bagus bocil" seru Nanda.

___________


Maap kan dua hari gak update nya, muehehh.

Jangan lupa voment and follow author.

Makasih buat yang udah setia menunggu cerita author.

And see you next time :)

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang