31. Izin Ayah

9.5K 1.3K 107
                                    

Persami, perkemahan Sabtu-Minggu akan diadakan di SMA Galaksi. Bukan untuk merayakan hari. Acara ini diadakan untuk mengganti kegiatan Mpls sebelum nya yang terlewatkan.

Sebenarnya acara Mpls kemarin akan diadakan perkemahan Sabtu-Minggu disekolah, namun karna ada sedikit masalah sekolah dengan beberapa siswa dan kepolisian, hingga menimbulkan efek yang cukup berdampak, banyak wartawan yang berdatangan ke sekolah.

Terpaksa acara Mpls diundur hingga hari yang ditentukan. Pihak sekolah sudah mengumumkan jika kegiatan persami akan dilanjutkan dua hari lagi, tepat dihari Sabtu dan Minggu.

Sedikit terlambat memang, namun juga sangat membantu agar para murid bisa saling mengenal dengan murid lainnya yang berbeda kelas. Sebab oleh itu, kelompok akan dibagi sama rata tanpa ada yang boleh menetapkan anggota nya.

Perkemahan dua hari itu akan dilaksanakan didalam sekolah, mengingat acara ini diadakan karna Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah teruntuk para siswa baru yang sudah menjabat sebagai murid SMA Galaksi selama delapan hari sebelumnya.

Mpls yang disatukan dengan kegiatan Pramuka ini di wajibkan untuk melakukan semua nya sendiri. Seperti, memasak makanan sendiri hingga para peserta diwajibkan membawa peralatan memasak, dan lampu sebagai penerangan. Ketentuan ini bertujuan agar para murid bisa mandiri untuk kedepannya.

Dalam melakukan kegiatan, para peserta dilarang membawa barang elektronik. Bertujuan agar lebih mendekatkan murid dengan lingkungan sekitar, dan lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan yang akan diadakan.

Bahan makanan sudah disiapkan dari sekolah, para murid hanya diwajibkan untuk mempersiapkan alat-alat masak dan memasaknya sendiri.

Namun, sebelum kegiatan dapat terlaksana tanpa halangan, restu orang tua murid juga sangat dibutuhkan. Sebab itu, para murid diberikan selembar kertas yang harus diisi dengan tanda tangan wali murid sebagai persetujuan.

Murid yang tidak diizinkan oleh walinya diharuskan melapor kepada ketua pelaksana kegiatan, tentu saja ada masalah bagi murid yang tidak ikut. Murid yang tidak ikut kegiatan tidak akan mendapat nilai tambahan serta penurunan nilai kepramukaan.

Dan Syam tidak akan membiarkan nilainya turun dengan mudah. Ia akan berusaha keras walaupun sebelumnya sang ayah sudah mengucapkan kata 'tidak' padanya.

Pemuda itu menatap pantulan dirinya sendiri didepan cermin. Alis menukik tajam dengan tekad yang kuat, bola mata yang bersinar terang dengan semangat, bibir tertutup rapat dengan pantang menyerah.

Tekad nya sudah bulat, apapun yang terjadi ia harus ikut kegiatan itu. Sudah cukup saat SMP ia tidak bisa mengambil bagian acara perkemahan dulu. Itu semua terjadi karena ia yang tidak bisa lepas dari Janna sedikitpun.

Dengan alasan sakit perut Syam meminta izin untuk pulang, dan Janna menjemputnya. Padahal hari itu ia belum sempat menginap sama sekali. Namun dulu ia sangatlah menempel pada Janna, tidak akan bisa tidur tanpa Janna.

Kali ini berbeda, ia sudah terbiasa tidur tanpa Janna. Dan ia tidak akan melewatkan momen yang katanya kesenangan anak SMA ini. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya berkemah.

Udara dingin ditengah malam, tidur bersama teman, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menguras tenaga, ia ingin merasakan itu semua sebelum lulus nantinya.

Jika ia tidak ikut kegiatan itu bagaimana ia bisa mendapatkan pengalaman? Dan apa yang akan ia ceritakan kelak kepada anak nya nanti? Sungguh tidak bisa dibiarkan.

Pemuda itu melangkahkan kaki nya menuju ruang keluarga. Tempat dimana biasanya keluarga nya itu berkumpul setelah makan malam. Ia sudah sempat membicarakan ini sebelum nya pada Rama, namun belum menjelaskan semuanya Rama sudah mengatakan 'tidak'.

"Ayah..."

Pemuda itu mendekati sang ayah yang saat ini tengah berkutat dengan laptop dipangkuan nya. Ayah nya itu terlihat sangat serius, mata nya bergulir kesana kemari mengikuti ketukan jarinya pada papan keyboard.

"Ayahhh..." Syam mulai merengek, mengabaikan tatapan tak biasa yang ditujukan untuk nya.

"Kenapa sih dek?" Tanya Aldo.

Syam menatapnya sekilas "sorry ya, kita udah end" ujar nya lalu kembali menatap sang ayah, mengabaikan Kinan dan Chaca yang menahan tawanya.

Cup

Rama langsung mengalihkan perhatian nya dari laptop ke wajah sang anak, yang baru saja mencium pipi nya. Sedikit terkejut namun tak ayal hatinya merasa senang. Masalah kantor yang menganggu nya terasa menguap begitu saja.

"Kenapa hem?" Tanyanha lembut. Ia menarik sang anak agar duduk di pangkuannya, namun sang anak segera bergeser duduk disebelahnya.

"Aku minta tanda tangan ayah ya?" Ujar Syam.

Rama mengangkat salah satu alisnya tanda tak mengerti, sedangkan keluarga yang lainnya langsung mengalihkan atensi kepada anak itu. Sejak anak itu keluar dari dalam lift memang mereka sudah tidak bisa lagi konsen dengan pekerjaan masing-masing.

"Aku butuh tanda tangan ayah untuk persetujuan surat kemah"

Rama menghembuskan nafasnya kemudian melengos menatap arah lain "ayah udah bilang kan kalau ayah nggak akan ngizinin kamu ikut acara begituan?" Ujarnya datar.

Syam mengerucut kan bibirnya kesal, ia hanya ingin ikut berkemah, lalu apa susah nya memberikan ia tanda tangan Rama? Ia bukan fans Rama. Ia hanya ingin berkemah, itu saja!

"Ayah, please lah, kali ini aja, ini kegiatan kemah terakhir aku di sekolah" ujarnya.

"Nggak, ayah bilang enggak ya enggak, lagian kamar kamu lebih nyaman"

"Ayah kan pernah jadi pelajar, pasti udah ngalamin hal kayak gini juga kan, aku juga mau biar banyak pengalaman"

"Kamu nggak perlu pengalaman kaya gitu, masa depan kamu terjamin"

"Ayah, gimana nanti kalo aku diculik terus dibuang ditengah hutan, kan aku harus tau gimana caranya buat api, masak Aer, nipu ikan, berteman sama harimau, jinakin uler, aku harus tau ayah"

Perkataan Syam membuat semua ruangan keluarga itu hening. Entah ada apa namun perkataan Syam itu benar-benar menganggu mereka, ada perasaan aneh yang melanda hati mereka, terasa sangat tak tenang.

"Apa yang kamu katakan? Jangan pernah berbicara seperti itu, ayah nggak suka!"

"Kamu nggak akan ngalamin hal kaya gitu dek, Abang jamin!" Ujar Adam.

Syam mengerucutkan bibirnya kesal "ya kan aku cuman ngomong mas bro!"

"Izinin aja yah" ujar Arkan tiba-tiba.

Seluruh keluarga langsung menatap kearah Arkan, mereka bingung apa yang dikatakan anak itu. Padahal mereka tahu resiko yang akan mereka hadapi jika melepas Syam berlama-lama diluar rumah, apalagi ini dia hari.

"Aku dan Arkan juga hadir disitu, kami panitia " sahut Erkan yang sedari tadi diam menyimak.

"Oke, ayah izinkan, tapi ingat, jangan pernah jauh-jauh dari kedua Abang mu barang selabgkah saja. Dan kalian berdua, jaga adik kalian" ujar Rama pada akhirnya.

Pemuda kembar itu hanya mengangguk berbeda dengan sang adik yang tampak sangat gembira hingga meloncat-loncat bak tupai melompat dari sofa satu kesofa lainnya.

"MAMA, MANA AKU MAU NGASIH TAU MAMA!!"  Syam teriak seraya terus melompat disofa yang diduduki Vino.

"Mama masih mantau butik" ujar Kinan, tangan gadis itu memegang ponsel, mengarah kan kamera nya pada sang adik yang tengah melompat.

"Syam berhenti! Kamu bisa jatuh nanti!" Ujar Vano yang hanya dianggap angin lalu oleh sang adik.

Bruk

"SYAM!!"

"Asu..."

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang