30. Tukang Ngadu

9.5K 1.4K 130
                                    

Semakin banyak voment, semakin cepet aku up :)









Gigi putih itu nampak rapih, menambah manis pemuda yang menunjukan nya. Dimple tipis dipipi sebelah kanan terlihat saat cengiran itu ditunjukan.

Syam, pemuda itu menatap kedua sahabat nya yang saat ini menatap nya garang. Seakan ingin memakannya dengan sekali telan, entah setan apa yang merasuki kedua temannya itu.

"Nggak usah cengar-cengir lo tompel!" Sungut Dani, pemuda itu memutar bola mata nya malas.

"Btw, gua nggak punya tompel loh" balas Syam.

"Bodok, Syam, serah lo yang penting lo bahagia" sahut Romi malas.

Sedari ketiga pemuda itu saling melemparkan tatapan aneh nya. Sedang kan salah satu temannya yang lain hanya menatap ketiga nya jengah, pasalnya sudah dari tadi drama itu terjadi.

Setelah upacara selesai, Romi dan Dani sibuk mencerca Syam habis-habisan karna sudah menjadi penyebab kedua pemuda itu baris sendiri ditengah lapangan. Menjadi tontonan kakak kelas lainnya. Tentu saja mereka malu dan semua itu terjadi karena sahabat nya sendiri.

"Hah, udah, lagian juga udah terjadi kan, kita nggak bisa ngilangin lagi untuk perbaikin" ujar Adit jengah.

Ketiga orang itu hanya diam tidak membalas perkataan temannya itu. Terlampau sudah malas karna sedari tadi berdebat tanpa henti.

"Ehem, btw kira-kira kelompok kemah nya bisa milih sendiri nggak ya?" Tanya Dani.

"Moga-moga aja boleh, soalnya gua nggak bisa masak coy, nanti kalo gua dapet kelompok yang nggak bisa masak juga gimana? Masa iya gua bawa piring buat minta nasi disetiap tenda?" balas Romi.

"Ane, ane bisa masak!" Syam mengangkat jari telunjuk nya dengan semangat.

"Nah, good job, gua bantuin nonton aja sama doa lah" ujar Dani santai.

Pletak

Dani meringis memegang kepalanya yang mendapatkan geplakan sayang dari Romi untuk yang kesekian kali nya. Seperti nya Romi memiliki obsesi untuk selalu mendengar suara geplakan kepalanya.

"Astaghfirullah, Rom, please lama-lama gua gegar otak gara-gara lo kdrt mulu, tolong lah Jan maen tangan, gua masih mau hidup normal, gua nggak mau ya sampe bangun tidur tiba-tiba bilang 'aku dimana, kamu siapa, nama aku siapa, istri aku mana' please Rom, gua masih mau hidup normal" Dani menatap sahabat nya itu dengan tatapan permohonan, ia tidak mau baku hantam dengan teman sendiri.

"Iya Rom, lo nggak kasian ama ni anak? Gua nggak mau sampe baca koran yang tulisannya 'seorang anak mengalami amnesia akut dengan tiba-tiba, disebabkan oleh geplakan tangan temannya sendiri. Tolong perhatian untuk semua pelajar di Indonesia agar tidak bermain-main dengan kewarasan. Maka dari itu, kami menyarankan salah satu produk yang dapat mengempeskan bisul dengan cepat dan am----"

Pletak

Tak

"Anjing! Lo berdua apaan sih?!" Sentak Syam ditengah ringisan nya. Dahi nya sedikit sakit sekarang karna mendapat geplakan dari Romi dan sentilan dari Dani. Sungguh ia tidak habis fikir kedua temannya itu ringan tangan.

"Lo yang apaan! Lo ngapain endorse obat bisul kampret!!"

"Dah lah males gua pokok nya, pusing debat gak berfaedah ama nih anak"

"Ya kan nggak perlu---- mukul juga, dikira nggak sakit apa! Gua bilangin Abang gua ni!" Ujar Syam yang masih setia memegang keningnya memerah. Pemuda itu tampak menahan tangis, kedua temannya itu sungguh tak berotak, dikira tidak sakit apa.

"Eh? Jangan dong Syam, kita kan cuman bercanda tadi, yaelah gitu doang ngadu lo mah, nggak asik" Romi mencoba membujuk anak itu, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan nya nanti jika Syam benar-benar mengadu kepada kedua Abang nya itu.

Pasalnya Romi dan Dani sangat hafal dengan sifat temannya itu. Dulu, saat anak itu diganggu oleh teman SMP mereka yang memang sedikit nakal, Syam langsung membawa Janna kesekolah keesokan hari nya. Syam itu selalu mengadu jika diganggu teman sekolah nya dulu pada Janna. Dan Janna selalu datang kesekolah karena anak itu.

"Ya maap Syam, lain kali enggak main geplakan lagi deh, tapi jangan bilangin Abang lo ya, please" Dani dan Romi menatap Syam dengan wajah memelas nya. Namun sayang Syam tidak mendengarkan.

Kedua netra itu sedikit berbinar melihat kedua orang pemuda yang memiliki ikatan darah dengannya itu tengah celingak-celingukan mencari dirinya yang duduk dimeja kantin paling ujung. Tanpa pikir panjang Syam menjerit dengan sangat kuat hingga seluruh atensi mata yang ada dikantin menuju padanya.

"ABANG!!"

_______

"Lain kali jangan pernah menggunakan tangan kotor mu itu hem?"

Dani dan Romi mengangguk terbata-bata mendengar nya. Dalam hati mereka berjanji untuk tidak menyentuh sahabat nya itu sedikit saja. Mereka menyesal karna telah melakukannya, padahal maksud mereka hanyalah bercanda.

Dua pasang mata tajam itu tidak beralih sedikit pun dari kedua pemuda didepannya. Mengabaikan sang adik yang saat ini tengah bergelayut manja di lengan sang Abang, sesekali menjulurkan lidah nya kearah dua sahabatnya yang sedang terkena ocehan Medusa.

"Apakah kalian akan mengulangi nya lagi?" Tanya Arkan.

Romi dan Dani menggeleng dan dengan cepat. Mereka tidak akan memukul Syam kembali, jika tidak nyawa mereka adalah taruhannya. Berhadapan dengan kedua Abang nya Syam memang sangat membutuhkan banyak tenaga.

Mereka benar-benar tidak menyangka jika Syam akan mengadu kepada kedua Abang nya itu, kedua nya kira Syam hanya lah bercanda. Namun sayang, ucapan anak itu benar-benar dilakukan.

Arkan dan Erkan langsung menggeret kedua nya menuju rooftop yang sudah dulu diduduki oleh para sahabat Abang nya Syam itu. Kedua nya tahu, sangat tahu jika Abang nya Syam adalah berandal yang sangat ditakuti seantero sekolah.

Bahkan Adit pun tidak ada niatan untuk membela kedua temannya itu. Pemuda itu hanya diam menonton temannya dieksekusi oleh si kembar vertikal. Dan yang membuat mereka tidak bisa berkata-kata adalah sahabatnya sendiri yang menjerumuskan mereka kekandang singa.

"Kenapa? Kenapa lo ngaduin ke Abang lo?" Adit menatap Syam penasaran.

Syam tersenyum manis kemudian mendekati Adit dan ikut berbisik, "gua cuman mau mereka nggak saling pukul lagi, siapa tau kan abis ini mereka tobat, kalo nggak gini mereka nggak akan bisa kompak" ujarnya.

Adit tersenyum, ternyata tujuan Syam itu baik. Pemuda itu hanya tidak ingin kedua temannya itu sering bertengkar, apa lagi dengan mengunakan fisik. Ia tidak menyangka Syam akan melibatkan kedua Abang nya itu dalam rencana nya sendiri.

"Jujur ya, gua nggak suka ngeliat mereka bertengkar, gua lebih suka ngeliat mereka baku hantam langsung"





________

Dasar bocil ngaduan ih.

Aku nggak suka gelay

Jangan lupa voment and follow.

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang