Matahari sudah berpindah tempat, bahkan sinar nya sudah cukup terik. Mampu membuat makeup para siswi luntur ditempat, merusak keindahan yang sudah ditata sedemikian rupa. Namun berbeda dengan para siswa yang nampak lebih macho dengan keringat dipelipis yang berjatuhan.
Tidak untuk Syam. Pemuda itu terlihat sangat malas berdiri lebih lama lagi. Jika bukan karna kewajiban seorang murid, mana mau ia panas-panasan hanya untuk berbaris ditengah lapangan. Mendengar wejangan guru yang isinya tidak pernah berubah.
"Masih lama enggak sih? Gua nanti bau kecut, sia-sia dong Mama beliin bedak" ujarnya.
Ketiga sahabat nya itu hanya memutar bola mata nya malas, sedari tadi anak itu terus mengeluh. Tidak kah anak itu tahu bahwa bukan dia saja yang tersiksa disini?.
"Pura-pura pingsan aja yok!" Usul Dani yang langsung mendapat geplakan dari Romi.
"Nggak usah sesat setan!"
"Santai dong, nggak udah nggeplak palak gua juga njing!"
Bugh
"Babi lo ya, baku hantam aja ayok, nggak usah maen belakang!" Dani menatap nyalang kearah Romi yang baru saja menendang bokong nya.
"Dih apaan? Kan lo tadi bilang nggak boleh geplak palak, yaudah gua ganti sepak bokong lo aja" ujar Romi santai.
"Lanjut kuy, depan sana, biar langsung trending topik" usul Syam menunjuk tengah lapangan.
"Diam Syam, gua lagi emosi" ujar Dani dengan dada yang bergemuruh menahan ledakan emosi.
"Dih, emosi bilang-bilang lo" ledek Romi.
"Kok lo nambah ngelunjak sih njing! Gua kurang sabar apa dari tadi nggak nonjok lo, kalo gua mau udah gua buat lo bonyok dari tadi"
"Wah, lo ki----"
"Astaghfirullah, kalian ini malah bertengkar, nggak boleh tau, kita tuh sesama makhluk Allah dilarang untuk bertengkar dengan sesama umat nya, lebih baik kalian maaf-maafan, damai itu indah. Kalo ada masalah ya diselesaikan baik-baik, udah Ayuk maafan gih" ujar Syam seraya merangkul kedua pundak temannya yang tadi sedang bertengkar itu.
"Lo apaan sih Syam!" Hardik Romi seraya melepaskan rangkulan sahabat nya itu.
"Lo gila ya! Kenapa sih! Nggak usah ikut campur masalah gua ama ni kadal!" Dani menghentakkan tangan Syam yang bertengger santai dipundaknya.
Syam mengusap dada nya dramatis, mengabaikan Adit yang saat ini sedang menahan tawa nya.
"Kalian nggak boleh gitu, gua kan cuman ngingetin hal yang baik" ujar nya.
Kedua pemuda itu mengernyit heran menatap sang sahabat. Tidak biasanya sahabat nya itu menasihati mereka seperti itu. Apa lagi yang memulai perdebatan ya Syam duluan, lalu mengapa sekarang anak itu berubah?. Bahkan tadi anak itu menyuruh mereka melanjutkan aksinya didepan kan, lalu mengapa pemuda itu sekarang mengatakan hal yang berkebalikan?.
"Diem ah, gua ngeri denger lo ngomong gitu!"
"Iya, gua juga, mending lo diem, gua takut lo kerasukan!"
Syam nampak menyeringai dalam diam nya, sedangkan Adit berusaha menahan tawa nya saat mengerti apa yang akan dilakukan Syam. Adit sampai terperangah melihat tingkah anak itu.
"Udah, saya udah ngingetin pak, tapi nggak dihargain, kaya sahabat saya Rendi yang nggak pernah ngehrgain cewek pak" ujar Syam menatap pria yang sudah sedari tadi berdiri dibelakang Dani dan Romi.
Sontak Romi dan Dani membalik tubuhnya, terkejut dengan pemandangan yang pertama kali mereka lihat. Ternyata Syam itu benar-benar sesat, menjerumuskan kedua teman nya kekandang singa.
"Masih mau bertengkar hem?" Suara bariton itu mampu membuat Dani dan Romi menelan air liurnya sendiri.
Kedua tersangka itu hanya bisa menunjukan cengiran nya, gigi putih itu berjejer rapih, sesekali tangan kedua pemuda itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hehe, enggak pak, tadi cuman becanda aja pak, suerrr dah" ujar Dani seraya mengangkat kedua jarinya.
"Padahal tadi kan aku udah ingetin biar nggak berantem, kalian ngeyel sih" sahut Syam dengan nada sesal.
Romi menatap Syam sinis. Sahabat nya itu pintar sekali berdrama, otak polos tingkah bangsat. Dasar Syam, sahabat terlaknat yang pernah ia temui, spesies manusia seperti Syam itu langka didunia.
"Diem, Syam, gua tau ini cuman akal-akalan lo doang kan!" Ujar nya sinis.
Syam menyeringai saat melihat guru nya itu mendekat kearah kedua sahabatnya itu. Tak lama suara jeritan kedua temannya itu terdengar saat jari-jari gurunya itu menarik kedua telinga kedua nya.
Ia puas, dramanya berhasil. Tadinya ia sangat mendukung kedua temannya itu baku hantam, namun saat melihat kehadiran guru killer nya itu, ia terpaksa harus berdrama menjadi anak baik. Semoga saja kedua temannya itu bisa melanjutkan acara baku hantam nya.
"Kalau temannya mengingatkan hal baik itu diikuti, bukannya dimaki. Kalian ini sekolah untuk mencari ilmu, bukan malah sok jagoan. Dapat apa kalian dengan berantem hah? Tidak kah kalian merasa kasihan dengan kedua orang tua kalian yang bekerja keras demi menyekolahkan anak nya?"
"Mau jadi apa kalian berdua? Kalian ini masih muda, seharusnya merancang masa depan kalian dari dini, bukan malah merusak nya. Mau jadi tukang parkir hah? Kalian disekolahkan supaya bisa mengangkat derajat kedua orang tua kalian menjadi lebih baik, bukan malah mempermalukan nama kedua orang tua kalian dengan sikap berandal kalian yang seperti ini!"
Syam menggosok telinganya kasar. Ia sedikit menyesal karna telah melakukan drama, kenyataan nya tidak sebagus perkiraannya. Ia fikir gurunya itu akan menarik kedua temannya itu ketengah lapangan, lalu menyuruh keduanya baku hantam ditengah-tengah upacara.
Namun nyatanya tidak, justru ia juga malah mendegar nasihat handal gurunya itu. Urat dileher gurunya itu tampak menonjol keluar, dengan wajah yang memerah menahan emosi. Ia sedikit takut, takut gurunya itu tiba-tiba pingsan karena darah tinggi.
"Kalian berdua, berbaris ditengah lapangan!" Ujar guru tersebut.
Dengan berat hati Dani dan Romi mengikuti perintah sang guru. Dalam hati mereka tidak henti-hentinya memaki Syam karna tingkahnya yang berhasil menyeret mereka ketengah lapangan.
Ekor mata kedua pemuda itu nampak melirik Syam yang tengah melambaikan tangannya seraya tersenyum pongah. Mereka berjanji akan membalas apa yang dilakukan anak itu.
Hem.
Mungkin mendorongnya dari atas rooftop merupakan hukuman yang setimpal.
_________
Jangan lupa voment and follow.
Update kilattt, voment juga kilat yahh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!