Bagaskara baru saja menampakkan wujudnya. Penyebab bulan dan bintang menyingkir dari pandangan mata manusia. Walau begitu sinarnya sangat berarti bagi kehidupan. Sebagai simbol pergantian hari.
Sinar sang Surya masuk kedalam sebuah Mansion melalui celah-celah udara. Menerangi setiap sudut nya, berbaur dengan oksigen yang mengisi.
Hingga membuat pemuda tampan itu terusik karna silau yang menembus kelopak matanya yang tertutup. Perlahan kelopak mata itu mengerjap pelan, hingga akhirnya terbuka dengan sempurna. Kening nya terlihat mengerut bingung dengan keadaan disekitarnya yang tidak seperti biasanya.
Hingga pemuda itu sadar bahwa ia dan seluruh anggota keluarga nya tidur di ruang keluarga bersama-sama akibat terlalu mengantuk untuk berjalan kekamar masing-masing.
Kegiatan bakar-bakar kemarin malam selesai pada jam sebelas malam. Syam mengajak mereka semua untuk tidur bersama di ruang keluarga. Dengan dilapisi kasur tipis namun hangat akhirnya mereka semua tidur bersama disana.
Acara kemarin malam membekas dipikiran Syam. Pemuda itu merasa bahagia karna telah menjadi bagian dari keluarga Galendra. Semalaman ia habiskan dengan tertawa karena lelucon yang dibuat Chaca dan Kinan.
Sebenarnya lelucon yang dibuat kedua gadis itu sangat lah garing. Dan yang membuat Syam tertawa bukan karena lelucon itu, namun reaksi yang diberikan para Abang nya itu kepada kedua kakak nya.
Kedua kakak nya itu tidak bisa berkata-kata saat para Abang nya sudah angkat bicara. Ditambah perlakuan hangat mereka mampu membuat nya merasa nyaman, jika bisa Syam ingin terus bersama keluarga ini.
"Tuan muda"
Kepala pemuda itu terangkat menatap seorang maid yang menyodorkan sesuatu kepadanya. Syam bangkit dari posisi berbaring nya, menggelengkan kepalanya saat melihat anggota keluarga nya itu tidur dengan posisi yang tidak elit.
Mereka semua masih tertidur pulas, mungkin karna kelelahan setelah acara malam tadi yang memang cukup membutuhkan banyak tenaga. Belum ada yang bangkit, hanya dirinya lah yang sudah terbangun. Seperti nya ia harus membangunkan paksa mereka.
"Ada paket untuk anda"
Syam kembali menghadap kearah maid, ia baru ingat jika ada orang lain yang sadar disini.
"Dari siapa Bu?" Tanya Syam sopan.
Maid itu menggeleng tidak tahu. Syam langsung mengambil paket yang terbungkus kertas coklat itu. Kening nya mengernyit bingung saat tidak ada nama pengirim. Dirinya juga tidak memesan apapun, lalu paket siapa ini?.
Maid itu sedikit membungkuk sebelum berlalu dari hadapan tuan muda nya itu. Meninggalkan Syam yang di penuhi kebingungan. Namun tak lama pemuda itu kembali acuh, berjalan menuju kamar nya. Ia akan membuka paket itu nanti, sekarang yang harus ia lakukan adalah membangunkan keluarga nya, karna tidak ada maid yang berani membangunkan mereka.
Ia yakin keluarga nya itu pasti harus bergegas untuk bekerja. Sedangkan ia hari ini diliburkan, pihak sekolah memberikan waktu libur tiga hari bagi peserta yang mengikuti kemah tempo hari. Begitu juga dengan Arkan dan Erkan yang memang panitia kemah.
Syam meletakan paket tersebut dilaci nakas samping tempat tidurnya, karna ukuran paket tersebut tidak terlalu besar, jadi muat untuk diletakkan disana. Setelah nya pemuda tersebut mengambil bedak bayi yang dibelikan Dira untuk nya.
Langkah nya kembali keruang keluarga, dimana para anggota keluarga nya tengah tertidur pulas. Bagaimana pun juga mereka harus bangun tepat waktu, mereka harus bergegas menjemput rezeki dari pagi hari.
"Aku lagi haid jadi nggak bisa shalat dulu ya Allah, besok aku akan datang memenuhi panggilanmu melalui adzan" gumamnya setelah ingat bahwa ia jarang menjalankan shalat. Biasanya ia akan melaksanakan kewajiban itu saat Janna sudah memegang panci diambang pintu, memaksa nya shalat walaupun ia tidak mau.
Pemuda itu berdiri dihadapan para manusia yang tergolek tak berdaya, memandang miris kepala Adam yang terselip di ketiak Vino. Menggelengkan kepala nya pelan saat melihat kedua kakak perempuannya yang tidur tidak memenuhi standar periketiduran.
Chaca dan Kinan tidur dengan posisi yang sudah berputar dengan kaki yang diatas bantal, sedangkan kepalanya menjulang kelantai. Dira, Mama nya itu terlihat damai tidur diatas bahu Rana dan Rana tampak memeluknya dari samping.
Bahkan dalam posisi tidur, Abang nya itu, Vano dan Aldo tidur dengan penuh kharisma. Jari jemari mereka saling bertautan masing-masing lalu diletakkan diatas perutnya.
Arkan dan Erkan, tidur dengan salah satu tangan yang menutupi mata dan satu nya lagi dijadikan bantal. Netra Syam bergeser kearah sang Ayah.
Miris.
Ayah nya itu seperti gelandangan yang benar-benar kesepian. Tidur tak beraturan sambil memeluk guling miliknya yang berbentuk tayo pemberian Adam beberapa hari yang lalu, padahal semalam ayah nya itu menjadikan dirinya guling, dan sekarang posisi nya sudah berubah lagi. Memang dasar duda kesepian.
Pemuda itu tersenyum miring seraya menatap bedak ditangannya. Mendekati para anggota keluarga nya lalu menaburkan bedak itu diwajah mereka. Para maid dan anggota Last Eagle yang melihat kejadian itu menahan tawanya karna kejahilan tuan muda mereka.
Hatchiim
Tubuh Syam tersentak mundur, saat ia menaburkan bedak di wajah Vano yang sengaja sedikit masuk ke lubang hidung pemuda itu. Hingga Abang nya itu bersin tepat didepan wajah nya. Walaupun tidak bau namun tetap saja bersin itu mengeluarkan bakteri.
Syam panik saat melihat netra Abang nya itu mengerjap pelan, dengan gerakan cepat pemuda itu berlari dan bersembunyi di bawah meja yang ada diruang keluarga, namun sebelum itu tangannya sempat menyambar cake coklat yang berada diatas meja. Berdiam diri akan membuatnya bosan, jadi ia harus mengalihkan ras bosannya bukan?.
Ia menyuapkan potongan cake coklat itu kemulutnya, seraya telinganya menguping apa yang terjadi. Suara ribut, ia yakin keluarga nya itu terbangun, sedikit tersentak saat mendengar jeritan ketiga wanita disana. Ia yakin mereka sudah menyadari rupa mereka saat ini.
Pemuda itu terkikik pelan, suara disana makin riuh, masuk ke Indra pendengaran nya hingga menggelitik perut. Walau begitu tangannya tak mau berhenti memasukan potongan demi potongan cake kemulutnya, hingga krim nya belepotan disekitar mulut karna gerakan tawa.
Cake habis bersamaan dengan bahu pemuda itu yang meluruh, namun tak apa setidak nya ia tidak merasa bosan karena suara riuh diluar sana. Keluarga nya itu tengah berdebat atau membicarakan sesuatu, ia tidak tahu karna tidak terdengar terlalu jelas dari posisi nya.
Namun tak lama keningnya mengernyit, suara itu hilang bergantikan dengan sunyi yang mengisi. Entah mengapa namun jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, apa ia sakit jantung? Atau....
Ini lah yang dinamakan cinta? Tapi dengan siapa?
Semua pertanyaan tidak masuk akal itu masuk kedalam benaknya, namun semua nya terhenti saat taplak meja itu terbuka tiba-tiba, menampilkan seluruh anggota keluarga nya dengan wajah berdempul sepuluh senti.
"Aaaaa!!!!"
Karna kaget pemuda itu berdiri dengan tiba-tiba menyebabkan kepalanya terbentur dengan keras hingga menyebabkan meja besar itu sedikit bergeser. Reflek pemuda itu kembali membungkuk seraya memegangi kepalanya. Tidak lama tubuh nya ditarik seseorang keluar dari bawah meja.
"You okay?" Tanya Rama seraya memeriksa kepala anak nya.
"Ayah, kayaknya aku geger otak?"
________
Jangan lupa voment and follow.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!