40. Petunjuk Susu Pisang

8.3K 1.1K 71
                                    

Rintik hujan saling berjatuhan membasahi bumi, debu-debu dijalanan terangkat bergantikan dengan petrikor yang masuk keindra penciuman. Aroma nya berbeda unik dan menenangkan.

Udara bertambah dingin, pagi belum juga berlalu dan udara hujan menambah kesan dingin. Namun tidak menghentikan Syam yang sudah membersihkan diri dikamar mandi. Walaupun dingin ia harus tetap bersih.

Langkah pemuda itu berhenti tepat di samping kasur nya, menjatuhkan dirinya hingga tubuh nya bertubrukan dengan lembutnya kasur. Tidak apa, ia tidak merasakan sakit. Justru kepalanya yang masih terasa sakit akibat kejadian beberapa jam yang lalu. Saat dimana kepalanya beradu banteng dengan meja.

Helaan nafas terdengar, tangan pemuda itu mengelus perutnya yang masih terasa kram akibat terlalu lama tertawa, keluarga nya itu menggelitik nya secara berjamaah, bahkan Kinan dan Chaca juga melumuri wajah nya dengan bedak hingga habis. Sebeb dari itu ia terpaksa mandi di saat udara dingin akibat hujan.

Netra pemuda itu menatap langit-langit kamar, lampu LED berbentuk bintang itu selalu hidup baik siang dan malam. Berkedip-kedip seperti bintang asli. Ia sungguh senang dengan hasil dekorasi Mama nya ini. Sangat pas dengan selera nya, walaupun terlihat kanak-kanak.

Rasa dahaga itu menganggu nya, Syam bangkit lalu berjalan kearah nakas, meminum air yang sudah disediakan disana. Sesuatu melintas dibenaknya. Pemuda itu membuka laci nakas setelah menaruh kembali gelas ditempat sebelumnya.

Netra hitam itu tampak menelisik setiap bagian paket yang diterimanya pagi tadi. Tidak ada yang mencurigakan, ia bingung ingin membukanya atau tidak. Karna ia tidak merasa memesan barang.

Syam tidak bisa membuka barang yang bukan miliknya, namun maid tadi berkata bahwa paket ini ditujukan padanya. Dengan acuh pemuda itu menaruh paket diatas nakas, kembali berjalan merebahkan dirinya diatas kasur.

Namun sayang, rasa penasaran mendominasi otaknya hingga akhirnya pemuda itu kembali lagi kepada paket itu. Membawa nya keatas kasur. Perlahan ia mulai merobek pembungkus paket tersebut.

"Novel?" Gumam nya saat melihat sebuah buku terlihat.

Buku berwarna kuning cerah itu membuatnya penasaran, siapa yang mengirimi ia novel seperti ini? Apa orang itu tidak tahu bahwa ia tidak suka membaca?. Pemuda itu membalik buku tersebut, membaca judul yang tertera disana.

"Susu pisang?"

Syam seperti pernah melihat buku ini, namun dimana? Buku ini terlihat familiar dimatanya. Mencoba mengingat sesuatu yang berkaitan dengan buku itu, hingga netranya membola saat serpihan kenangan dengan buku ini melintas di kepalanya.

"Mbak Nana?"

Ini adalah buku Nana, buku kesayangan Nana. Buku yang dibeli Nana saat sedang mentraktirnya di Mall. Ia ingat saat Nana melemparnya dengan sandal saat ia tidak sengaja merobek lembar terakhir buku itu.

Dengan cepat Syam membolak-balik kan buku itu, berharap ada petunjuk yang ia temukan mengenai keadaan bunda nya. Sungguh perasaannya campur aduk untuk saat ini, bahagia, takut dan sedih.

Netra pemuda itu terlihat berkaca-kaca saat melihat lembar terakhir yang sobek, membuat nya yakin bahwa ini adalah buku milik Nana. Namun ia tidak menemukan petunjuk apapun disini.

Tidak ada kertas atau surat yang terselip disini. Lalu dimana petunjuk yang diberikan Nana? Anak itu terlihat frustasi karena tidak menemukan petunjuk apapun, padahal ia sudah membolak-balik buku, memeriksanya dengan teliti.

Namun nihil ia tidak menemukannya. Syam mengerang sebelum ekor matanya melihat beberapa kata yang di coret dengan stabilo berwarna hijau. Pemuda itu mulai memeriksa setiap lembar, bukan hanya satu atau dua kata. Tapi banyak kata hingga halaman terakhir.

Pemuda itu turun dari kasur, setengah berlari kearah meja belajarnya, mengambil buku dan pena sebelum mendudukan bokongnya dimeja belajar. Netra pemuda itu menelisik setiap kata yang dicoret menggunakan stabilo, menulisnya dilembar kosong buku tulisnya.

Membuka lembar demi lembar hingga ke halaman terakhir. Setelah ia telaah lebih jauh, semua kata yang sudah ia tulis itu membentuk kalimat-kalimat panjang. Ia baru sadar bahwa ini adalah petunjuk dari Nana.

Jangan khawatir wahai manusia yang penuh dosa, aku dan dia aman. Sedikit masalah diperjalanan, namun sudah kita tuntaskan. Aku menunggu kehadiran mu wahai susu, datanglah, penuhi janji mu kepada sereal dipagi hari.

Jalan keluar sudah tertera di lembar uang terakhir. Segeralah, kita harus bergegas, menjemput susu dipagi hari.

Aku harus berbicara kepada presiden kita, agar beliau menurunkan harga susu. Susu pisang terlalu mahal, membuatku tidak mampu membelinya.

Salam basi Banana yel yelow.

Pemuda itu terisak pelan setelah membaca pesan yang dikirim mbak nya itu. Sedikit haru karna akhirnya yang ia tunggu lama kini sudah didepan mata. Namun keputusan seperti apa yang harus ia ambil?

Anak itu berdecak, tenyata Mbak nya itu tidak pernah berubah, baik disurat maupun saat berjumpa. Selalu meresahkan, ia kira Mbak nya itu akan menuliskan kalimat mellow yang membuatnya nangis histeris. Namun nyatanya malah berkebalikan.

Mbak nya itu juga tidak bisa memilih kata yang indah. Kata aneh malah yang ia coret sebagai pesan, dan apa maksudnya dengan sereal, apa Mbak nya itu menyamakan bunda nya dengan sereal?.

Belum lagi kata-kata gadis itu yang malah meminta presiden menurunkan harga susu. Dikiranya Syam peduli apa? Tentu saja iya, dirinya suka susu.

Dan maksud dari jalan keluar tertera dilembar uang terakhir apa? Otak nya terlalu pintar untuk mengartikan kata-kata seperti itu. Mbak nya itu terlalu puitis yang malah berujung autis.

Syam membuka lembar terakhir, ternyata sebuah alamat yang tercetak bersamaan dengan huruf lainya. Sekarang ia mengerti, itu adalah alamat dimana bunda dan Mbak Nana nya berada. Jalan keluar dari semua masalah nya.

Namun tidak semua jalan itu mulus, selalu ada yang berlubang dan berkerikil tajam. Bisa melukai jika kita tidak hati-hati. Lantas jalan mana yang harus ia pilih? Berjalan ditengah, dengan tangan yang saling bertautan menggandeng kedua tangan orang yang berhasil menguasai hatinya.

Tapi sayang, kedua tangan yang berbeda ia genggam, saling bertolak belakang dan tidak mengenal. Penyebab ia tidak bisa bergerak, berhenti ditengah jalan, bingung dengan keputusan yang pasti akan menyakiti salah satu pihak, dan ia tidak menginginkan itu terjadi.

Bingung, sendandika yang bisa ia lakukan saat ini, seraya mencari jalan keluar dari semua permasalahannya. Namun ia tahu, ia tidak bisa kabur begitu saja setelah menanamkan rasa nyaman kepada orang lain. Lantas yang harus ia lakukan adalah berjalan dengan baik.

Syam, akan mencoba berbicara dengan ayah nya. Ia harap ayah nya itu mengerti, bahwa ia masih membutuhkan kasih sayang Janna. Ia ingin ayah nya itu bisa memaafkan Janna dengan ikhlas. Ia tahu menyembuhkan luka itu sulit, apa lagi telah terluka selama bertahun-tahun tanpa ada yang mengobati.

Bahkan kaca yang pecah pun tidak akan bisa kembali seperti semula, jika memang bisa pasti akan terlihat cacat, tidak sesempurna dulu. Begitu juga dengan hati.

Selalu memikirkan kejadian bertahun-tahun lalu, kembali membuka masa lalu. Dan itu malah akan menyakiti hati. Berdamai dengan masa lalu adalah pilihan terbaik. Walaupun rasa nya sulit, tapi apa salah nya mencoba?

Syam akan membantu ayah nya berdamai dengan masa lalu nya, menjadi obat diluka ayah nya. Menggandeng tangan ayah nya untuk keluar dari dendam yang kian menyiksa, dan......membuat keempat Abang nya merasakan kasih sayang seorang ibu.

Namun ia harus tahu batasan. Bahwa kedua tangan itu tidak akan pernah menyatu, menjalin hubungan seperti sedia kala.



_____

Huaaa...apa yang bakalan Syam lakuin?

Kalian tahu? Aku bingung saat dipertengahan.

Kalau kalian jadi Syam, bakalan ngelakuin apa?

Satu lagi

Mulai sekarang Syam update seminggu sekali, maaf ya?

Tapi tenang aja, ada babang Rendi yang sering-sering nemenin.

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang