Syam masih meratapi kaki nya yang memerah, rasanya sakit bukan gatal. Dia pernah melihat semut sejenis itu yang biasanya nangkring di pohon rambutan atau pohon berbuah manis sejenisnya. Mungkin karna Syam manis mangkanya semut itu menggigit nya.
"Masih sakit?" Tanya Adam yang baru saja membaluri kaki Syam dengan minyak kayu putih.
Syam mengangguk, kemudian menatap Adam intens "Abang" panggilnya.
Adam mendongak, masih berjongkok didepan sang adik yang duduk dipangkuan Vano.
"Bentar lagi juga ilang sakitnya" ucap Adam.
Syam tidak menanggapi "kalo semut itu bisa dipelihara gak bang?" Tanya Syam.
Para abang nya Syam langsung pada menatap nya, begitu juga dengan ketiga sahabat abangnya. Mereka heran dengan pertanyaan yang keluar dari mulut bocah itu.
"Kalo bisa, aku mau melihara juga dong bang" ujarnya antusias
Hening, tak ada yang menjawab, mereka bingung ingin menjawab apa. Apa tak cukup, ayam dan anak monyet yang kemarin baru dibelikan Rama?.
"Nggak bisa dek, kan kemaren udah ada hewan baru" jawab Adam.
Syam menggeleng "tapi kan yang spesies kecil kaya gini belum punya, lagian Abang liat deh"
Syam menunjukan seekor semut yang diberada diatas telapak tangannya, semut itu sudah tak bergerak lagi semenjak Syam mengangkatnya dari atas rumput.
Para Abang nya itupun langsung melihat ke arah semut yang sudah wafat itu.
"Lucu ya, nurut lagi, tadi aku suruh tidur langsung tidur semut nya, aku kan jadi mau melihara hewan yang penurut kaya dia" ujar Syam polos.
Radit, Satya dan Adam langsung menepuk dahinya setelah mendengar ucapan bocah didepannya.
"Itu bukan tidur dek, tapi mati" ujar Erkan.
Syam terbelalak, dirinya menatap satu persatu para manusia didepannya bermaksud mencari kebohongan, dan sepertinya mereka terlihat serius dengan ucapannya.
Namun Syam tak juga menyerah, dirinya mendongakkan wajah nya menatap Vano, dan anggukan yang ia terima.
Kepalanya kembali menunduk, menatap jenazah semut itu dengan mata yang berkaca-kaca, dirinya kira semut itu hanya tertidur sesuai perintahnya.
Syam masih tak menyangka, mencoba menerka-nerka apa yang membuat semut itu inalilahi. Namun otak cerdasnya tak dapat menarik kesimpulan.
Kepalanya terangkat untuk menyapa para manusia didepannya "kenapa semut nya bisa mati, kena serangan jantung ya?" Tanya nya dengan mata yang mulai berair.
Satya tergelak mendengar penuturan bocah didepannya, semut, kena serangan jantung? Yang benar saja.
"Eng----"
"Kepencet tangan Lo bocil" Satya dengan lantangnya memotong perkataan Arkan.
Ucapan Satya barusan membuat tatapan para Abang nya Syam menajam, saat melihat bola mata itu mulai meneteskan air.
Para Abang nya itu tau, Syam akan menangis jika bocah itu tau bahwa dirinya sendiri lah penyebab kematian semut itu.
"Hiks...."
Mereka semua langsung memusatkan perhatian kepada bocah yang mulai terisak dipangkuan Vano.
Tanpa ditanya pun mereka tau apa penyebab adiknya itu menangis. Pasti bocah itu tengah dilanda rasa bersalah karena telah menjadi penyebab kematian semut itu.
Syam itu memang manusia yang tidak tegaan, bahkan bocah itu pernah menangis saat melihat Nana melakukan aksi sulap, sebelum nya Syam sangat antusias melihat Nana yang akan menunjukan aksinya, namun ending nya membuat Syam menangis sejadi-jadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!