46. Perasaan asing

7.1K 1K 104
                                    

Seperti beberapa hari sebelum nya, suasana di meja makan tampak canggung karna masalah Ayah dan anak itu yang belum selesai. Tidak ada yang berniat membenahi hubungan di antara kedua nya, bukan hanya kedua biang masalah itu saja yang merasa canggung, namun semua anggota keluarga Galendra pun juga ikut merasa canggung.

Beruntung tidak berlangsung lama saat Syam mulai melontarkan kata-kata aneh nya, membuat beberapa anggota keluarga nya tertawa. Anak itu memang pintar mengubah suasana sekitar, tidak perduli walaupun suasana hati nya bahkan tidak bisa dikatakan baik. Hingga acara sarapan selesai diiringi dengan tawa keluarga itu.

"Mama aku pamit ya? Papay" Syam mengecup kening Dira dihadapan seluruh anggota keluarga nya yang lain.

"Tumben, kenapa kecup-kecup hem?" Ujar Dira jahil.

"Setiap waktu itu penting, kita nggak tau apa yang terjadi kedepan nya kan? Jadi, ciptakan kebahagiaan selagi ada waktu" ujar Syam santai, entah mengapa kalimat itu meluncur bebas di mulutnya.

Semua anggota keluarga itu tampak terdiam setelah perkataan Syam, namun tidak lama suara decitan kursi itu mengambil atensi mereka, Rama pergi terlebih dahulu. Syam tidak ambil pusing, diri nya segera menarik lengan kedua Abang kembar nya itu dan melambaikan tangan kepada kedua kakak nya sebelum berlalu.

Syam sedari tadi tidak berhenti tersenyum, hingga membuat kedua Abang nya yang duduk di depan merasa heran. Pasalnya adik mereka itu tengah mendapat masalah dengan sang ayah, namun entah mengapa malah terlihat bahagia.

Sedangkan yang merasa diperhatikan langsung menatap spion di depan nya. Melihat kedua Abang nya itu beberapa kali melirik nya, tepat disaat netra ketiga nya bertemu, Syam langsung menjulurkan lidah nya bermaksud mengejek. Kedua Abang nya itu langsung mendengus kemudian kembali menatap ke depan. Adik bontot mereka memang aneh.

Hari Senin, adalah salah satu hari yang Syam benci, namun tidak untuk hari ini. Pemuda itu terlihat bahagia karna akan berjumpa dengan ketiga sahabat nya itu, sejak hari Sabtu mereka bertemu. Dan dihari ini juga, Syam akan mendengarkan kondisi bunda nya itu, sebab itulah ia bahagia.

Anak itu mulai duduk dengan tidak sabar, saat mobil memasuki area parkir sekolah. Dengan semangat empat lima pemuda itu turun tepat saat mobil berhenti, inginnya segera berlari, namun pemuda itu berhenti untuk mencium tangan kedua Abang nya itu.

"Nggak usah di tolak bang, kapan lagi kan aku sopan?" Ujarnya dengan cengiran, tanpa menunggu jawaban kedua Abang nya itu Syam langsung berlari menuju kekelas.

"Adek lo.... Kenapa?" Tanya Erkan seraya menatap punggung tangan bekas bibir sang adik.

Arkan mengedikkan bahu acuh "adek lo juga" ujar nya sebelum berlalu meninggalkan Erkan yang masih dilanda kebingungan.

_____

Netra penuh binar itu mengedar mencari keberadaan para sahabat nya. Hingga perhatian nya terpusat di pojok kelas, tempat ketiga sahabat nya yang sedang duduk membicarakan sesuatu. Langkah kaki itu penuh semangat, mendekat pada ketiga sahabat nya yang langsung mendongak setelah menyadari kehadiran nya.

"Gimana?" Tanya nya seraya duduk di bangku nya, pemuda itu memutar badan menghadap meja kedua sahabat nya yang lain.

Ketiga sahabat nya itu tampak tersenyum kemudian mengangguk "berhasil, kita ketemu sama bunda kamu" ujar Adit.

"Bunda baik-baik ajakan?" Tanya Syam yang dibalas anggukan kepala oleh ketiga sahabat nya.

Syam tersenyum lebar dan mengucapkan terimakasih pada ketiga sahabat nya itu. Namun mereka menolak nya, dengan alasan bahwa mereka bersahabat, tidak ada ucapan terima kasih dan maaf dalam persahabatan.

"Andai, gua bisa nemuin bunda juga ya? Pasti seneng banget" Syam terkekeh miris, mengingat nasib nya yang terasa berat.

Romi berdiri mendekat, kemudian menunjukan layar ponsel nya dihadapan Syam, "gua kemaren minta wa bunda lo, kalo lo mau ngomong pake hp gua aja, nggak akan ketahuan sama keluarga lo juga kan?" Ujarnya.

Binar yang tadi nya meredup telah kembali lagi, bahkan lebih bercahaya dibandingkan yang tadi. Romi benar, jika Syam menggunakan ponsel Romi maka keluarga nya tidak akan ada yang tahu bukan? Sepertinya bukan ide yang buruk. Panggilan nomor tidak dikenal bersih di ponselnya, dan ia bisa menghubungi Janna disekolah. Walaupun tidak bisa merasakan pelukan Janna, setidak nya Syam sangat bersyukur bisa melihat Janna.

"Boleh Rom?"

Romi terkekeh "lo ni kek sama sapa aja, udah pake aja, paketan gua full kok jadi nggak akan ngadat" ujar nya bercanda.

Syam mengangguk kemudian melirik jam, masih ada waktu sekitar lima belas menitan sebelum bel masuk. Dengan semangat pemuda itu menghubungi nomor Janna, menggunakan fitur video call di aplikasi WhatsApp. Entah mengapa jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, mungkin tidak sabar melihat wajah sang bunda terpampang di layar ponsel.

"Gua jaga didepan kelas, takut nya Abang lo dateng tanpa diundang kan bahaya, gua nggak tau gimana mulangin nya. Kalo jailangkung tau gua" ujar Romi seraya berlalu kedepan pintu.

Syam mengangguk, hingga tak lama terdengar suara seseorang dari ponsel Romi memanggil namanya. Syam kenal suara itu, suara yang selalu mengisi masa kecil nya, suara yang selalu membimbing nya, suara yang lama tidak ia dengar kini kembali hadir, memanggil nama nya dengan isakan. Itu bunda nya.

______

Suasana malam ini tampak sunyi di ruang keluarga. Tidak ada yang membuka suara untuk menghapus keheningan diantara seluruh keluarga Galendra itu. Hingga tidak lama keheningan itu pudar bersamaan dengan seorang pemuda yang turun melalui tangga.

Pemuda itu tampak mengucek mata dan menguap beberapa kali, wajah kucel nya menandakan bahwa ia baru saja terbangun dari tidur nya. Mata nya terlihat masih mengantuk, namun pemuda itu tidak memiliki niatan untuk kembali tertidur.

Syam, pemuda itu mendekati sang Mama yang belum menyadari kehadiran nya, memeluk mama nya itu dari samping, mengabaikan tatapan para anggota keluarga nya yang lain.

"Ma, mau susu" ujar nya dengan mata setengah terbuka.

"Mama buatin dulu ya?" Dira berusaha melepaskan tangan Syam yang melingkar ditubuhnya, namun pemuda itu menolak. Alhasil ia menyuruh salah satu maid membuatkan susu untuk anak itu.

"Ma, maaf" ujar Syam membuat Dira mengernyit bingung.

"Maaf karna udah ngerepotin Mama, tenang aja nggak akan lama lagi kok" racau nya.

"Kamu ngomong apa sih sayang? Kamu nggak ngerepotin Mama sama sekali kok, kamu ngantuk kan? Tidur lagi yuk, Mama kelon?" Ujar Dira. Entah mengapa namun dirinya tidak suka mendengar racauan anak itu, ada sensasi takut di hatinya pun dengan anggota keluarga lain nya terutama Rama.

"kalau aku pergi jauh, Mama jangan sedih ya?"




_______

Menuju ending guys

Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang