PO Syam tinggal lima hari lagi ya :)
____
Hari ini cukup melelahkan. Syam kembali pada diri nya yang sebelum nya, walaupun segalanya terasa sulit. Mungkin karna pemuda itu yang melakukannya dengan terpaksa agar semua nya terlihat baik-baik saja, dan itu harapannya.
Menghembuskan nafasnya berulang kali saat rasa kantuk itu datang, berharap akan hilang bersamaan dengan rasa gugup yang saat ini menyerangnya. Netra hitam itu melirik kearah jam yang menempel di dinding kamarnya, hampir tengah malam. Namun ia belum juga mendapatkan kabar dari salah satu maid di bawah sana.
Syam meminta pertolongan kepada beberapa maid yang berada dilantai bawah, agar memberitahu ia jika Rama sudah pulang, namun sampai saat ini ayah nya itu belum juga terlihat batang hidungnya. Apakah ayah nya itu tidak pulang? Begitu banyak kah pekerjaan ayah nya di kantor hingga melupakan rumah? Atau rasa kecewa nya sangatlah besar hingga ayah nya itu malas melihat nya dirumah?
Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, dan ia sudah bosan menunggu diatas kasur tanpa melakukan apapun. Pemuda itu berjalan menuju balkon, udara malam langsung meniup helaian rambut nya saat pintu balkon terbuka. Melangkah kearah pembatas balkon, lalu netranya menatap sang Dewi malam yang membentuk sabit.
Walaupun bukan kebentuk sempurna, namun sinar itu membuatnya nyaman. Samar-samar ia mendengar namanya disebut, ia langsung berbalik melihat kepintu kamar nya, namun kosong tidak ada orang disana. Suara itu juga masih terdengar, Syam kembali menghadap depan.
Bulu kuduk pemuda itu meremang seketika saat melihat pohon didepannya bergoyang heboh ditambah dengan suara yang tidak henti nya menyerukan nama dirinya. Pemuda itu sudah siap berlari namun langsung terhenti saat melihat siluet seseorang dari balkon samping nya, tepat di kamar Vino.
"Adek!" Syam menajamkan pandangannya saat orang itu melambaikan tangan padanya.
"Manusia apa setan?!" Syam juga ikut berteriak.
Orang itu tidak menjawab, berbalik masuk ke kamar Vino. Perasaan Syam jadi tidak karuan, bagiamana jika itu bukan Abang nya, melainkan psikopat seperti di film-film yang datang ingin membunuh Abang nya. Dirinya tidak ingin kehilangan Abang nya yang satu itu, walaupun Abang nya itu jelek, namun ia tetap menyayangi nya.
"Dek?"
Seperti adegan di film, Syam menolehkan kepalanya kebelakang dengan segerakan slow. Jantung nya berdegup lebih cepat saat melihat kehadiran Vino didepannya. Tubuh nya seolah beku tidak bisa digerakkan sebelum ia menghembuskan nafasnya lega saat melihat kaki Abang nya itu menyentuh lantai.
"Kamu ngapain disini? Kenapa belum tidur hah? Udah malem ini, bukannya tidur malah angin-anginan kalo masuk angin gimana?"
Vino menarik lengan sang adik agar masuk ke dalam, lalu segera menutup rapat pintu balkon. Niat awal ingin merokok, namun tidak jadi saat melihat siluet adik nya itu di balkon, tanpa mengenakan jaket atau baju hangat lainya, padahal udara malam tampak sangat kencang.
Baru saja adik nya itu ingin membuka mulut, tapi terhenti saat seseorang mengetuk pintu kamar. Netranya masih setia mengikuti setiap pergerakan sang adik, hingga kening by mengernyit bingung melihat kehadiran seorang maid. Ini sudah tengah malam, dan maid itu telah menganggu adik nya ditengah malam. Karna penasaran ia mendekat hingga bisa mendengar percakapan maid itu dan adiknya.
"Tuan besar Rama baru saja tiba, dan sekarang berada dikamar nya, tuan muda"
"Makasih buk"
Hingga maid tersebut pergi barulah Vino membuka suaranya. Ia tahu sekarang mengapa adik nya itu terjaga, padahal bisa dirinya lihat bahwa mata sang adik nampak sayu menahan kantuk. Adik nya itu menunggu ayah nya, dan seperti nya berkaitan dengan kejadian tadi pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alrasyam Galendra [Ready Versi Pdf]
FanfictionSyam terpaksa membiarkan dirinya terikat oleh rantai emas tak kasat mata milik keluarga Ayahnya, demi menyelamatkan nyawa sang Bunda. __________________ "Ikutlah dengan Ayah jika masih ingin melihat jalang itu tetap bernafas" No plagiat!