Jackson|satu

405 34 19
                                    


Kantin akan selalu ramai jika jam makan siang tiba. Semua staf dan karyawan datang untuk mengisi perut mereka. Begitu juga dengan Rain dan kedua temannya. Niat mereka yang semulanya ke kantin untuk makan malah berubah menjadi ajang gibah dadakan saat melihat pria berpakaian santai yang diduga bos perusahaan datang ke kantin. Kejadian langka, bos mereka sangat jarang makan siang dikantor. Biasanya dia akan makan diluar bersama rekan-rekannya yang lain.

"Pak Jackson ke kantin! Demi apa woi!" teriak Windi heboh.

Tera menepuk pelan punggung temannya. Mengingatkan bahwa mereka sekarang berada di kantin, bukan hutan. "Jangan teriak-teriak, malu diliatin orang."

Windi tak menghiraukan. Dia menyenggol lengan Rain, "Liat Rain, Pak Jackson ganteng banget,"

Rain yang sibuk memainkan ponsel mengangkat kepalanya. Menatap ke arah Pak Jackson yang duduk tak jauh dari mejanya.

Rain menatapnya begitu lekat. Ah, bosnya itu memang tampan. Hanya dia satu-satunya bos perusahaan yang boleh memakai pakaian santai ke kantor. Pakaian tanpa jas dan sepatu kulit. Hanya kaos hitam, dan celana bahan berwarna senada.

Tanpa sadar, Rain menatap pria itu sambil menyunggingkan senyuman. Bahkan mengubah posisinya sambil bertopang dagu.

Namun, itu tak berlangsung lama saat pria itu menoleh. Menatap Rain yang juga sedang menatapnya. Ais, Rain tertangkap basah karena telah memperhatikan bosnya.

Tau kalau dia sudah ketahuan, Rain masih enggan mengalihkan pandangannya. Bahkan dia mengangguk-angguk tidak jelas. Sedangkan Jackson, dia menatap Rain dengan raut wajah bingung sebelum akhirnya dia memberikan senyuman.

Deg! Manis ya allah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deg! Manis ya allah. Rain langsung mengalihkan pandangannya, menatap kedua temannya yang sedang asik berbicara.

"Lo kenapa Rain?" tanya Tera menyadari perubahan raut wajah Rain. Dia pucat.

"Hah?"

"Lo sakit? Wajah lo pucet banget," ujar Tera mulai cemas.

Rain menggeleng. Efek dari senyuman Jackson begitu hebat bagi tubuh Rain. Wajahnya berubah pucat dan jantungnya berdebar-debar.

"Lo beneran nggak papa?" Tera kembali bertanya.

Rain mengangguk. Dia kembali menoleh ke arah meja yang ditempati Jackson. Pria itu sudah tidak lagi disana.

Merasa yang dilihat tak ada lagi ditempatnya, Rain mengalihkan pandangannya. "Subahanallah!"

Rain terkejut saat Jackson tiba-tiba saja sudah duduk disebelahnya. Dan kedua temannya sudah pindah ke meja lain yang jaraknya hanya terhalang satu meja.

Sekarang, Tera dan Windi sibuk berbicara, menghiraukan tatapan tajam Rain. Lihat saja, pulang nanti Rain akan memberikan mereka pelajaran yang berharga.

Yang terpenting sekarang, dia harus meladeni Jackson. Pria itu sibuk dengan makanannya. Rain merasa tak nyaman jika duduk semeja dengan bosnya. Dia berniat hendak pindah duduk saja atau dia harus pergi meninggalkan kantin.

"Kok pergi?"

Langkah Rain terhenti karena ucapan Jackson. Dia berbicara tanpa mengalihkan pandangannya dari sepiring nasi goreng yang sedang dia makan.

"Ayo duduk, makanan kamu juga belum habis." Jackson menoleh membuat Rain gugup seketika.

Rain mengangguk lalu kembali duduk. Menyantap makanannya yang belum disentuh sama sekali.

Rain mencoba bersikap biasa saja. Setelah makanan itu habis dia akan langsung tancap gas meninggalkan kantin.

Tapi masalahnya, bagaimana cara nya Rain makan kalau Jackson terus-terusan menatapnya.

Rain salting.

Dan sekarang jantungnya berdetak tak karuan. Beberapa kali Rain mencoba mengatur nafasnya. Menarik nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan seperti ibu hamil yang akan melahirkan.

"Kamu punya penyakit asma?"

Bodoh! Rain tak menghiraukan pertanyaan bosnya itu. Jelas-jelas dia salting karena Jackson. Eh malah dikatain asma.

Bukannya apa-apa. Kita bisa saja menganggap Rain lebay. Disenyumin aja gayanya udah kayak mabok balsem.

Jackson jarang terlihat dikantor. Dia hanya datang ke kantor jika ada berkepentingan saja. Oleh karena itu, kejadian langka bagi Rain saat Jackson tersenyum padanya. Bahkan atasannya itu duduk disebelahnya.

Rain dapat dibilang menyukai bosnya. Padahal, Rain sudah memiliki pacar.

Tapi tak apa. Rain hanya menyukainya, belum jatuh cinta.

Rain menoleh saat Jackson menepuk pelan pundaknya. "Saya duluan. Jangan lupa berkas yang saya suruh tadi pagi diselesaikan. Dan antarkan keruangan saya dua jam lagi."

Setelah mengatakan itu, Jackson pergi. Jadi ini alasannya duduk disebelah Rain. Mengingatkan Rain pada pekerjaannya yang belum selesai. Baik sekali bosnya itu. Tapi itu tidak baik bagi Rain. Dia hanya diberikan waktu dua jam untuk menyelesaikan berkas yang bertumpuk setinggi cucian piring di rumahnya. Yang benar saja.

Tangan Rain hanya dua. Dia belum sempat menyentuh berkas-berkas itu. Ah, sepertinya dia akan pulang malam hari ini.

Rain tersentak saat ponselnya berbunyi. Panji, nama pacarnya tertera disana. Buru-buru dia mengangkatnya.

"Hallo, Nji"

"Hai, Ra. Ntar pulangnya aku jemput ya. Sekalian temenin aku ke toko sepatu,"

"Iya,"

"Yaudah, telvonnya aku tutup."

"Ya," dan sambunganpun putus.

Rain menatap ponsel yang ada di genggamannya. Panji, laki-laki yang resmi menjadi pacarnya semenjak dua tahun yang lalu. Sifat dan sikapnya tak pernah berubah. Hanya menghubungi Rain seperlunya. Hanya bertemu ketika mood laki-laki itu baik. Jika dalam sebulan mood Panji buruk, Rain harus terima nasib menanggung rasa rindu sendirian.

Bahkan, Panji sangat jarang menanyakan kabar Rain. Meskipun begitu, Rain tak ada niatan untuk putus dengan Panji. Dia terlalu cinta dengan laki-laki itu walau sikapnya membuat hati Rain sakit.

"Nggak ada gunanya juga gue miki--"

"Kamu jangan bengong. Pekerjaan kamu banyak. Jangan lupa dua jam lagi," seru Jackson dari pintu kantin.

Rain mendengus. Gumamannya terpotong karena seruan Jackson. Tanpa diingatkanpun, Rain pasti ingat dengan pekerjaannya. Huh, kenapa tiba-tiba sikap laki-laki itu jadi menyebalkan?

Nimbrung di kantor hanya sekali setahun, sekalinya nimbrung langsung membuat Rain kesal. Meskipun begitu, Rain tetap menyukai Jackson.

"Kalau kamu diam, gaji kamu bakal saya potong." Jackson kembali berseru.

Rain menghela nafas. Laki-laki itu belum pergi rupanya. Dengan malas Rain menyahut, "Iya!"

Setelahnya Rain beranjak pergi dari kantin. Menghiraukan kedua temannya yang nampak terkejut saat Rain tak menoleh pada keduanya.

Bagian terpenting yang harus segera Rain selesaikan adalah pekerjaannya. Dalam waktu dua jam.

Selamat Datang di cerita pertama gue!
Semoga suka ya!

Next~~>


~SatuJanuari~

JACKSON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang