"Hm, kalau gitu, mama besok mau kerumah kamu, Rain. Mau ketemu sama kedua orang tua kamu," ujar Ria.
Oh Sh*t! Jackson melupakan itu.
Jackson menoleh ke arah Rain, perempuan itu sudah tertunduk dengan kedua tangan yang bertaut. Jackson tau, itu pasti berat. Disaat orang lain sedang enak-enaknya mengecap rasa kasih sayang dan cinta dari orang tua, Rain hanya bisa merasakan itu lewat do'a dan mimpi.
"Ma, Jaja bawa Rain dulu, buat dikenalin ke teman-teman," ujar Jackson. Dia tidak bisa membiarkan Rain terlalu lama disini. Pertanyaan kedua orang tuanya pasti akan lebih jauh nantinya.
"Yah, padahal mama belum sempet cerita banyak sama Rain," Ria mendesah kecewa.
"Kapan-kapan Rain bakal main kesini lagi," ujar Jackson lalu menarik tangan Rain untuk pergi.
Keduanya berjalan meninggalkan ruang utama. Jackson membawa Rain ke taman disamping rumahnya. Jika suasana didalam membuat Rain tidak nyaman, setidaknya sepoian angin malam mampu membuat Rain kembali tersenyum. Jackson lihat-lihat, semenjak mamanya mengatakan ingin bertemu dengan kedua orang tua Rain, wajah perempuan itu berubah muram.
Jackson mengajak Rain duduk di sebuah kursi kayu yang terletak di bawah pohon palem. Rain menurut, duduk disamping laki-laki itu.
Lima menit berlalu, keduanya tetap saling diam. Tidak ada yang berniat mengeluarkan suara, keduanya sibuk dengan pemikiran masing-masing. Bahkan jangkrik yang biasanya berisik, kini hanya diam menatap sepasang manusia itu dari atas pohon palem.
"Jadi, kapan saya bisa berhenti jadi pacar pura-pura bapak?" Rain akhirnya buka suara.
Jackson menoleh, menatap Rain yang tengah menatap langit malam yang bertabur bintang."Terserah kamu. Mulai malam ini juga bisa," jawab Jackson.
Rain menghela nafas, "Saya lelah, Pak. Hidup ini kayaknya terlalu rumit buat saya."
"Mati aja kalau gitu," celetuk Jackson dengan tampang datarnya.
"Saya juga nggak mau mati, Pak," ujar Rain lesu.
"Benar, kamu itu rumit. Hidup nggak mau mati nggak mau. Terus mau kamu apa?"
"Bahagia."
"Dengan saya," imbuh Jackson.
Rain mendengus, menoleh ke arah Jackson yang sedang menatap lurus ke depan. Sederet bunga matahari yang tertanam rapi. "Saya mau bahagia, tapi bukan sama bapak."
Jackson menampilkan smirk nya, "Terserah kamu, asalkan kamu bahagia."
"Cielah, Pak. Udah kayak judul lagunya Deni Cagur aja," cibir Rain.
"Itu lagu Armada, bukan Deni Cagur," koreksi Jackson.
Detik berikutnya mereka kembali diliputi keheningan malam. Jackson mendongak, menatap taburan bintang yang bersinar menemani rembulan yang hanya sendirian. Mereka berbeda, tetapi bisa bekerja sama, membuat langit malam yang kelam bercahaya. Bahkan cahayanya mampu menembus bumi, menyinari Jackson dan Rain yang mulai hanyut dalam lamunan panjang, hingga suara seseorang menarik keduanya kembali ke alam sadar.
"Diem-diem bae lo berdua." Itu suara Ramon, sahabat Jackson.
Jackson menoleh, mendapati Ramon dengan kaos oblong dan celana pendek, sendal swallow warna biru yang menjadi alas kakinya, serta topi berwarna hitam yang menutupi rambut berwarna abu-abunya. Tak lupa, sepiring burger, kentang goreng dan ayam goreng yang mengisi tangan kirinya.
"Lo mau kemana?" tanya Jackson heran melihat penampilan sahabatnya itu.
"Gue di undang Sutra buat dateng ke acara pertunangan lo," jawab Ramon lalu memakan burger yang ada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACKSON [SELESAI]
Fanfiction[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jackson, bos perusahaan di tempat Rain bekerja memintanya untuk menjadi pacar pura-pura saat menghadiri...