Jackson|Sembilan

93 12 2
                                    

"Kamu selesaikan berkas-berkas ini. Sebelum jam makan siang, semuanya harus beres," ujar Jackson memberikan tumpukan berkas pada Rain. Setelahnya laki-laki itu pergi begitu saja.

Rain mendengus. Baru juga sampai, sudah disuruh-suruh. Jadi ini alasan dibalik traktiran bubur ayam tadi. Benar-benar ya Jackson ini, kalau baik cuma lagi ada maunya.

"Rain!"

"Sorry, gue nggak kaget," ujar Rain lalu mulai duduk dikursinya. Tangannya mulai bergerak mengerjakan berkas-berkas yang diberikan Jackson.

Windi berdecak melihat Rain yang tidak peduli dengan kehadirannya. Tera yang kebetulan baru selesai membuat teh ikut bergabung dengan Windi dan Rain yang mulai hanyut dengan tumpukan berkas setinggi gunung merapi.

"Tumben lo dateng bareng Pak Jackson. Udah jadi pacarnya dia lo?" tanya Tera sembari menyeruput tehnya.

Sontak gerakan tangan Rain yang sedang membolak balik kertas terhenti, dia menoleh, menatap Tera dengan tatapan bingung. "Tau dari mana lo?"

"Lo kudu inget Rain. Gue ini punya dua mata. Ya jelas gue liat lah lo nya keluar dari mobil Pak Jackson."

"What!" Windi memekik membuat Edwin dan samsul yang berada tak jauh dari mereka menoleh.

"Tolong, Win. Jangan teriak-teriak."

Windi hanya nyengir, "Gue cuma kaget dengernya. Kalau lo udah berangkat bareng Pak Jackson, berarti lo udah jadian dong sama dia."

"Mulut lo minta di jahit ya, Win. Gue nggak jadian sama dia," dumel Rain.

"Terus, kenapa bisa berangkat bareng?" tanya Tera, kepo. Bibit-bibit kekepoan Windi sepertinya sudah menulari Tera.

Rain menutup berkas yang sedang dia amati, kemudian menghela nafas, menatap Windi dan Tera secara bergantian. "Gue tadi nggak sengaja ketemu dia di jalan."

"Terus?"

"Ya dia nebengin gue karena kasihan."

"Oooo" ujar Tera, Windi, Edwin dan Samsul yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah Rain.

Rain menoleh kemudian tersentak, kaget dengan kehadiran dua manusia itu. "Lo berdua nguping ya?!"

"Nggak nguping. Cuma kepo aja," jawan Edwin yang mendapat jitakan dari Samsul.

"Kita kebetulan lewat, tapi pas denger nama Pak Jackson di sebut-sebut, kita jadi berhenti deh buat dengerin," aku Samsul.

Rain memutar bola matanya malas. Kalau Edwin, Samsul dan Windi sudah dipersatukan, bisa nggak selesai kerjaan Rain. Aksi gibah menggibah ketiga netizen itu dapat menarik orang lain untuk bergabung karena kepo. Contohnya saja Tera, perempuan yang terkadang suka bodo amat itu malah ikut nimbrung dengan percakapan Windi.

"Kok lo bisa tahu kalau Sutra itu sepupunya Pak Jackson?" tanya Tera sembari menyeruput tehnya.

"Gue liat di instagramnya Pak Jackson. Grup lambe kantor juga lagi sibuk muji-muji kegantengan  si Sutra itu," jawab Windi.

"Dia emang ganteng," celetuk Tera. Tak lama setelah mengatakan itu, Tera senyum-senyum sendiri.

Edwin yang melihat itu reflek geleng-geleng kepala. "Wah, kesurupan nih anak pake acara senyum-senyum segala."

"Lo suka sama si Sutra itu?" tanya Samsul to the point.

Tera mengangguk, membuat semua makhluk yang kasat dan tak kasat mata yang berada di dekat Tera terkejut, minus Rain. Perempuan itu masih sibuk dengan tumpukan berkas di mejanya.

JACKSON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang