"Pasien koma."
***
Ramon menatap Jackson yang masih terbaring. Tidurnya nyenyak sekali sehingga tak mau bangun padahal sudah tidur dari kemaren. Disebelah Ramon ada Sutra yang setia menunggu. Kedua bujangan itu belum pulang ke rumah, badanpun sudah bau keringat karena tak mandi.
"Masih hidupkan?" tanya Sutra pada Ramon.
"Ya masihlah!" sahut Ramon agak jengkel. Bisa-bisanya manusia itu bertanya demikian.
Sutra menghela nafas panjang. Matanya menatap Jackson miris. Kasihan sekali dengan bujangan tampan yang dikhianati kekasih hatinya itu. Andai saja Jackson tau, Rain juga ada di rumah sakit ini. Sama rapuhnya dengan keadaan Jackson. "Do'i lo kecelakaan, Ki." bisik Sutra.
"Gimana ya keadannya Rain?" tanya Ramon.
Sutra menoleh. Baru saja dirinya ingin bersedih-sedih dengan keadaan Jackson, Ramon malah mengganggu. "Ya mana gue tau! Gue kan disini dari abad kemaren!"
"Jenguk kuy?" ajak Ramon.
Sutra berdecak. "Sohib lagi sakratul, eh malah ngajak ngebesuk orang lain. Tungguin dulu si Jackson bangun. Ntar soal urusan ngebesuk si Rain bisa dipertimbangkan."
"Emang Rain kenapa?"
"Kecelakaan. Mobilnya jatuh ke sungai," jawab Sutra.
"Terus?"
"Nggak ada terusannya. Gue sendiri nggak tau keadaan dia kayak apa. Gue disini dari kemaren nemenin Jackson. Kan tadi udah gue bilang. Lo kagak den--"
Sutra tak lagi melanjutkan ucapannya kala sadar mulut Ramon mengatup rapat. Tak ada pergerakan yang menghasilkan suara. Mata Ramon melotot, kemudian bergerak ke arah brangkar yang ditiduri Jackson. Lantas Sutra menoleh dan ikutan membelalak ketika si empu yang digandang-gandang akan koma selama sekian hari membuka matanya, menatap Sutra datar seperti biasanya.
"Ki? Ini beneran lo, Ki?" Sutra memegang lengan Jackson. Memastikan bahwa makhluk ganteng yang kini menatap dirinya dengan sorot datar adalah Jackson, bukan setan rumah sakit yang menjelma menjadi laki-laki itu.
"Gimana, Ja? Ada yang sakit?" tanya Ramon.
Jackson menggeleng pelan. Kepalanya agak pusing dan seluruh tubuhnya terasa sakit. Tidur seharian efeknya ternyata seperti sehabis angkat besi 50 kg.
"Yaudah. Lo istirahat aja dulu kalau gitu. Gue panggilin tante Riya dulu," kata Ramon kemudian berlalu meninggalkan ruangan itu. Menyisakan adik kakak sepupu yang selalu merasa kalau mereka itu sebaya. Padahal nyatanya Jackson lebih tua sedikit dari Sutra.
Jackson mengangguk lemah. Matanya melirik Sutra yang memilih duduk disebelahnya. Laki-laki itu sibuk menatap tetesan cairan ifus yang meluncur melalui selang dan berakhir di jarum yang menancap di punggung tangan Jackson. Sutra masih Sutra. Tidak berubah walau sudah Jackson tinggal tidur sehari semalam.
Awalnya Jackson kira dia terbangun di masa depan. Rasanya sudah lama sekali Jackson memejamkan mata. Namun ternyata, dia tertidur selama 24 jam. Seharusnya agak lebih lama, biar Jackson tau siapa saja manusia yang sedih karena dirinya tak mau bangun. Apa masih ada manusia yang peduli pada Jackson? Dan jawabannya, ya! Ramon dan Sutra. Dan juga keluarganya.
Jackson memilih untuk memejamkan mata. Dia tak mau pernyataan Sutra atas pertanyaannya tadi membayang-bayangi pikiran Jackson yang baru pulih. Dia ingin beristirahat sejenak dari kisah cintanya yang kusut. Berbelit-belit dengan segenap rasa yang melilit. Tak mau bersama, tetapi juga tak mau kehilangan. Ada rasa yang tersembunyi dan berhasil di tutupi oleh gengsi yang meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACKSON [SELESAI]
Fanfiction[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jackson, bos perusahaan di tempat Rain bekerja memintanya untuk menjadi pacar pura-pura saat menghadiri...