"Bapak ngapain saya?!" pekik Rain lalu mendorong tubuh Jackson agar menjauh dari tubuhnya.Buru-buru Rain berdiri tegak, menatap Jackson horor. Sedangkan yang ditatap sibuk mengibas-ngibaskan tangannya di jas hitam yang sedikit terkena debu.
"Bapak ternyata mesum ya. Untung saya cuma jadi pacar pura-pura bapak, kalau jadi pacar beneran, nggak tau lagi nasib saya gimana," cerocos Rain menatap Jackson yang nampak tak peduli dengan ucapannya.
"Kamu cuma liat saat saya tindih tubuh kamu tanpa tau apa yang terjadi sebelum itu," ujar Jackson datar, menatap Rain dengan wajah yang juga begitu datar.
Rain tiba-tiba gelagapan. Dia tertidur dan tak tau apa yang terjadi selama dia tidur. Jadi wajar kan kalau Rain curiga saat kedua bibir mereka hampir bertemu?
"Saya duluan." Jackson berlalu pergi menuju mobilnya.
"Hati-hati, Pak. Makasih udah nganterin saya pulang!" teriak Rain namun tak didengar karena mobil Jackson sudah melesat jauh.
***
Jackson melepas jas yang membalut tubuhnya lalu melempar jas itu asal. Melangkah menuju tangga, Sutra tiba-tiba menghadang langkah Jackson. Acaranya sudah selesai, kenapa Sutra tidak pulang saja. Jackson muak melihat sepupunya itu.
"Minggir!"
Sutra dengan setoples peyek kacang menggeser tubuhnya, memberi jalan untuk Jackson.
"Itu apaan?" tanya Jackson sebelum berjalan menaiki tangga. Melihat nikmatnya Sutra mengunyah makanan itu membuat Jackson sedikit tertarik dan tergiur.
"It is peyek," jawab Sutra sembari menunjukkan peyek yang tinggal setengah itu pada Jackson.
Peyek? Apa itu? Makanan dari zaman kapan? Jackson tidak tahu dan tak pernah mendengar nama makanan itu. Entah Sutra yang terlalu melestarikan budaya lokal, entah Jackson yang terlalu kudet.
"Lo mau?" tawar Sutra. "Rasanya enak, Ki."
Jackson mengambil satu peyek dari dalam toples kaca yang dipeluk Sutra. Menggigit sedikit, mencoba merasai rasa peyek kacang itu. Satu gigitan belum mengeluarkan rasa, mungkin satu kali gigitan lagi, kenikmatan yang tersembunyi itu akan keluar. Kunyah, kunyah dan telan. Rasanya benar-benar nikmat. "Bagi."
Sutra mendengus lalu memberikan satu peyek lagi pada Jackson. "Enak kan? Makanya tuh lidah jangan makan daging mulu."
Jackson tak mengubris ucapan Sutra. Dia sibuk menikmati peyek kacangnya. Makanan itu tak kalah enak dari makanan yang dijual restoran. Saking enaknya, Jackson ingin tambah lagi. Niat yang ingin ke kamar untuk beristirahat terhenti ditengah tangga karena peyek kacang Sutra. "Lo dapet ini dari mana?" tanya Jackson lalu mengambil alih toples kaca berisi peyek kacang itu dari pelukan erat Sutra.
Sutra menatap tak terima, tapi apalah daya. Kalau melawan, bisa-bisa dia ditendang Jackson dan berakhir dengan berguling-guling menuruni tangga. Sutra masih sayang badan dari pada setoples peyek kacang itu. Peyek kacang bisa dibeli lagi, kalau nyawa, mau cari dimana?
"Itu dibeli Tante Ria tadi dipasar."
Jackson manggut-manggut lalu melangkah menaiki tangga membawa setoples peyek kacang. Sedangkan Sutra hanya bisa menatap ratap Jackson yang hampir hilang dari pandangannya. Tak apalah peyek itu dibawa Jackson, didapur seperti masih ada. Sutra berbalik lalu berlari menuju dapur untuk menyembunyikan semua stok peyek kacang dari Jackson.
Sementara di kamarnya, Jackson sibuk mengunyah peyek kacang itu. Bahkan toples yang tadinya berisi penuh kini tinggal setengah. Sutra saja baru makan tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACKSON [SELESAI]
Fanfic[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jackson, bos perusahaan di tempat Rain bekerja memintanya untuk menjadi pacar pura-pura saat menghadiri...