Jackson|Lima Belas

64 10 1
                                    

"Alena, tugas kamu sebagai sekretaris digantikan oleh Rain. Semua jadwal saya biar dia yang handle--

Alena yang mendengar itu langsung terbelalak. Sontak dia langsung memotong ucapan Jackson dengan raut wajah tak terima. "Saya dipecat Pak?"

"Jangan potong ucapan saya," tegas Jackson menatap Alena tajam. Seketika perempuan muda itu langsung menunduk.

"Untuk hari ini, semua tugas sekretaris akan di handle oleh Rain, termasuk menemani saya bertemu dengan klien siang ini. Jadi Alena, tolong beritahu Rain apa-apa saja tugas yang akan dia lakukan. Untuk kamu, hari ini kamu boleh istirahat atau sebaiknya pulang kerumah. Jika kamu khawatir gaji kamu akan dipotong, saya tidak akan melakukan itu," jelas Jackson dengan gaya ciri khasnya.

"Baik, Pak," jawab Alena, menurut. Syukur, gajinya tidak dipotong atau dirinya tidak dipecat.

"Kalau begitu, kalian berdua silahkan keluar dari ruangan saya," ujar Jackson datar.

Rain dan Alena mengangguk. Setelah mengucapkan permisi, keduanya melangkah meninggalkan ruangan Jackson, menuju meja masing-masing---ralat, menuju ruangan Alena.

Kini keduanya berada di ruangan Alena. Rain sedikit tidak percaya dengan apa yang diucapkan Jackson. Kenapa tiba-tiba pria itu memintanya menggantikan posisi Alena? Seharian pula. Bukannya tidak senang atau apa, Rain hanya lelah menghadapi sikap Jackson yang aneh. Terkadang misterius, galak, romantis dadakan dan--pokoknya Jackson itu labil.

"Ini Rain, catatan jadwal Pak Jackson hari ini." Alena memberikan sebuah buku yang berisi kegiatan yang akan dilakukan Jackson dan pada pukul berapa kegiatan itu akan dilakukan.

Rain meraih buku yang disodorkan Alena. Dia bernafas lega, ternyata kegiatan Jackson hari ini tidak banyak. Bertemu klien dan meeting dengan Pak Bondan dari perusahaan sahabat. 

"Lo beruntung Rain, jadwalnya nggak padet-padet amat," ujar Alena lalu menjatuhkan tubuhnya disofa.

"Iya, beruntung gue."

Alena menghela nafas, "Selama dia meeting, hp nya lo yang megang. Bukan hp doang sih, semua keperluan dia lo yang megang. Jangan sampai kegiatan dia terganggu. Kalau sampai itu terjadi, lo siap-siap aja sama resikonya."

"Iya, iya. Gue jamin semuanya aman," ujar Rain lantas berdiri, membawa buku yang diberikan Alena.

"Tapi, lo juga harus hati-hati sama Pak Jackson Rain," pesan Alena.

Rain mengerutkan dahinya. Rain merasa pernah mendengar kata-kata seperti itu, tapi lupa dengan siapa yang mengatakannya. "Hati-hati kenapa? Emangnya Pak Jackson bahaya?"

"Bahaya banget! Kalau dia tuh udah make setelan ala-ala CEO, gantengnya nambah, bikin jantung gue berdetak secara overdosis," ujar Alena hiperbola.

"Alah, lo nya aja yang kagak pernah liat orang ganteng. Makanya kayak gitu," cibir Rain.

Alena berdecak, "Lo rasain sendiri sensasinya, Ra."

"Dahlah, gue cabut." Rain melangkah keluar dari ruangan Alena. Melangkah menuju ke ruang kerjanya.

"Ya ya."

***

"Eh Rain, gue kemarin liat berita di tv kalau upin ipin udah ada rambutnya," ujar Windi sembari mengemili snack milik Tera. Mulut perempuan itu berbicara pada Rain tetapi matanya fokus pada layar komputer yang sedang menampilkan film Vincenzo.

Tera menoleh dengan tatapan aneh hanya untuk melihat rekan sepermainannya berteriak tidak jelas saat si Song Joki melindungi si perempuan yang hendak di tampar.

JACKSON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang