Jackson | Empat Puluh Lima

31 3 2
                                    

"Kamu ngapain peluk-peluk dia?" tanya Panji dengan raut wajah yang sudah tak bersahabat. Setelah menyaksikan Rain berpelukan bahkan dicium Jackson, Panji membawa perempuan itu memasuki gedung. Panji tetap tak terima dengan kedekatan Rain dan Jackson meskipun laki-laki berpenyakitan itu sebentar lagi akan menikah dengan wanita lain. Dia tetap saja cemburu secara berlebih-lebihan.

Rain memejamkan mata sembari menarik nafas dan membuangnya secara kasar. Dia menatap Panji tak habis fikir. "Emangnya kenapa? Salah?"

"Jelas salah!"

"Apanya yang salah? Dia cuma peluk gue bentar. Lagian dia juga bakal nikah hari dan nggak bakal rebut gue dari lo!" Seketika Rain naik pitam. Panji selalu berlebih-lebihan.

"Ya nggak seharusnya dia peluk calon istri orang!" balas Panji ikutan kesal.

"Nggak usah berlebihan deh, Nji. Males gue sama cowok yang cemburunya berlebihan kayak gini."

Panji tak mengubris ucapan Rain dan memilih menatap ke depan. Menatap Jackson dan Lisa yang sudah duduk di hadapan bapak penghulu. Bersiap-siap untuk melakukan akad.

Seharusnya Panji memang tak perlu cemburu. Tidak ada yang bisa merebut Rain darinya. Bahkan kekasih perempuan itu sendiri memilih menikah dengan wanita lain.

***

Jackson menatap lurus ke depan. Netranya bertemu dengan manik coklat Rain yang juga sedang menatap ke arahnya. Keduanya diam, membisu di telan jarak. Jackson disini bersama Lisa dan Rain disana bersama Panji. Agak sesak melihat betapa eratnya Panji menggenggam tangan Rain. Cukup menyakitkan karena nyatanya perempuan itu masih memiliki posisi di hati Jackson.

Ramon yang duduk di belakang Jackson menatap kedua manusia yang sudah berstatus mantan itu. Berkali-kali Ramon menatap Jackson dan Rain secara bergantian. Kedua insan itu tak berkedip, mereka seakan sedang berlomba membuka mata paling lama.

"Ja." Ramon menepuk bahu Jackson, membuat sang pengantin tersentak dan memutus kontak matanya dengan Rain. Dia menoleh, menatap Ramon datar. Sementara yang ditatap hanya cengas cenges.

"Apakah akadnya sudah bisa kita mulai?" tanya Pak Penghulu yang nampaknya sudah tak sabaran. Setelah ini dia akan menikahkan anak seorang artis ternama. Kalau tidak salah nama anaknya Foyia Aluha yang memiliki panggilan khusus yaitu Popoy.

Abraham menyenggol lengan Jackson pertanda putranya itu harus mengangguk. Dan, ya, Jackson mengangguk.

Pak Penghulu mengulurkan tangannya yang diterima oleh Jackson. Jujur, walau tau ini tidak akan jadi pernikahan sungguh, Jackson tetap deg-degan. Takut nantinya keceplosan dan para saksi itu berkata sah.

Pak Penghulu mulai membacakan akad. Jackson mulai mendengarkan dengan seksama dan di sana, dibalik layar ada Ramon yang sedang bersiap-siap dengan mic dan bongkahan rahasia yang akan dia hancurkan.

Ramon ikutan dag-dig-dug walau tugasnya hanya menempelkan rekaman suara itu ke mic.

"Semangat, Ja," bisik Sutra.

Sekarang giliran Jackson dan semoga saja Ramon tidak mengeluarkan jurus buldosernya di belakang sana.

Jackson menarik nafas, lalu menghembuskannya secara perlahan. Ayo Ja! Semangat! Akadnya pasti gagal! Jackson menyemangati dirinya sendiri.

"Saya terima nik--"

"Baiklah saudara saudari sekalian yang teramat tidak diharapkan kedatangannya. Saya disini akan menyampaikan sebuah berita yang amat cderr!"

Jackson tersenyum miring. Ramon sudah memulainya.

"Sebuah rahasia besar yang disembunyikan oleh Bambang Company,"

JACKSON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang