Gara-gara Vibra, Rain menolak ajakan makan siang yang ditawarkan Jackson. Perempuan itu marah karena Jackson telah berbohong perihal meminum obat. Dan sekarang, Rain melangkah dengan wajah cemberut, meninggalkan Jackson yang masih berusaha membujuk dibelakang.
"Rain, saya minta maaf. Saya nggak ada niat buat bohongin kamu. Saya bicara gitu supaya kamu nggak khawatir. Saya bakal baik-baik aja kok kalau telat minum obatnya. Saya nggak bakal mati cuma karena lupa minum obat itu" jelas Jackson.
Langkah Rain terhenti. Dia berbalik, menatap Jackson tajam. "Nggak bakal mati kalau lupa minum obat?" Rain terkekeh. "Kamu sadar diri dong, Ja. Penyakit kamu itu parah. Iya, kamu nggak bakal mati sekarang kalau lupa minum obat. Tapi, gimana besoknya? Gimana sama penyakit kamu? Gimana kalau penyakitnya tambah parah karena lupa minum obat? Gimana, Ja?!"
Jackson hanya diam. Menyimak omelan Rain dan memasang tampang sok bersalah. Sebenarnya sih memang salah tapi Jackson tidak merasa bersalah. Berbohong adalah jalan ninjanya supaya Rain tidak terlalu khawatir. Dan menurutnya, berbohong demi kebaikan tidaklah salah.
"Aku tuh mau kamu sembuh, Ja. Aku mau kita sama-sama sampe tua."
"Berarti nikah dong?" Kalau boleh jujur, raut wajah Jackson saat mengatakan itu terlihat menyebalkan.
Rain gugup sendiri. Dia memalingkan wajahnya ke samping, enggan menatap Jackson.
"Kamu yang ngomong kok kamu yang malu?" tanya Jackson terkekeh pelan.
"Nggak maksud ngomong gitu tadi" jawab Rain.
"Oo, jadi nggak bermaksud sampe tua sama saya?"
"Bukan gitu juga!!" Rain kesal sendiri.
Jackson menaikkan kedua alisnya. "Lah? Terus?"
"Ya gitu."
"Gitu apa?"
"Aku mau kamu sembuh supaya kamu bisa sama aku sampe tua. Sampai kita jadi buyut" terang Rain.
Dia terlihat menggemaskan, membuat tangan Jackson terulur mencubit pipi perempuan itu. "Ciee yang aku kamu"
"Ih, apaansih?!"
Jackson sangat mahir merusak suasana. Padahal amarah Rain sudah mereda eh dia malah membuat perempuan itu kembali kesal.
Jackson tertawa pelan. "Gemesin. Jadi makan nggak?"
"Iya. Traktir tapi"
"Untung saya punya banyak duit" Jackson berkata jumawa.
"Yaudah. Bayar sendiri-sendiri aja kalau gitu" ujar Rain.
"Nggak usah. Simpen aja duitnya buat nyekolahin anak kita nanti."
"Aminn!" Rain mengusap wajahnya dengan kedua tangan serta senyum lebar.
Alis Jackson terangkat sebelah. "Apa yang diaminin?"
"Anak kita."
"Emang ada?"
"Kan nanti."
"Nanti kapan?"
Rain mendengus. "Kalau udah nikah Jaja!"
"Jadi kamu mau nikah sama saya?" Jackson menaikturunkan kedua alisnya dengan tatapan jahil.
"Ish! Nggak tau lah!"
Jackson tertawa lalu melangkah mendekati Rain, melingkarkan tangannya dibahu perempuan itu, merangkul Rain. "Yaudah, ayo makan."
"Ayo" ketus Rain, membuat Jackson kembali tertawa.
Rain, perempuan yang berhasil membuat Jackson tertawa lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACKSON [SELESAI]
Fanfiction[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jackson, bos perusahaan di tempat Rain bekerja memintanya untuk menjadi pacar pura-pura saat menghadiri...