Jackson|Dua Puluh Tujuh

45 6 0
                                    

Rain melangkah buru-buru, membawa tumpukan berkas yang harus dia serahkan pada Jackson hari ini. Dia melangkah menuju ruangan Jackson dengan langkah lebar dan cepat. Takut-takut nanti Jacksonnya malah tidak ada. Namun, saat di koridor, Rain malah menabrak tubuh seseorang--seorang perempuan cantik dengan pakaian anggunnya--membuat Rain jatuh dan perempun itu terdorong kebelakang. Beruntung perempuan itu dapat menyeimbangkan tubuhnya. Kalau tidak, dia juga pasti akan terjatuh dengan tidak epik sama halnya dengan Rain.

"Oh, sorry. Nggak liat tadi" Rain lantas berdiri lalu membungkuk sopan. Kemudian berjongkok memungut kertas yang berserakan dilantai. Saat tangannya hendak menggapai kertas yang ada didekat kaki perempuan itu, ujung sepatu yang dikenakan perempuan itu sengaja menginjak kertasnya. Lantas dia menurunkan pandangannya, menatap Rain remeh.

"Rain Cloudya. Pacar Jackson?"

Rain mendongak, bertemu tatap dengan wajah angkuh perempuan itu. Rain tidak tahu dia siapa. Rain tidak pernah melihat perempuan itu sebelumnya. Rain tidak mengenalnya. Tapi kenapa, dia tahu namanya?

"Tolong, lepaskan kertas itu dari pijakan anda" ujar Rain datar.

"Oh?" Perempuan itu menarik kakinya, membiarkan Rain memungut kertas itu.

Setelahnya Rain berdiri. Mengucapkan maaf sekali lagi lalu berlalu pergi menuju tujuan awalnya. Namun, perempuan itu bersuara, membuat langkah Rain spontan berhenti.

"Seburuk ini rupanya kekasih calon suami saya?" cemoohnya dengan wajah angkuh itu.

Rain langsung saja berbalik. Menatap balik perempuan itu. Apa maksudnya berbicara seperti itu? Sebelumnya Rain tidak ada masalah dengan perempuan asing itu. Rain juga sudah meminta maaf. Lalu apa? Apa maksudnya mengatakan Rain buruk? Dan apa maksudnya mengklaim Jackson sebagai calon suaminya?

"Sebelumnya maaf nona, kenapa anda berbicara demikian? Saya sudah meminta maaf dan seharusnya pertemuan ini selesai" Rain masih berusaha berujar sopan.

Perempuan itu tesenyum miring. Melangkah mendekati Rain. Kedua tangannya terlipat didepan dada, menatap Rain remeh. "Pertemuan ini tidak bisa selesai begitu saja jika saja anda masih menggoda calon suami saya."

"Calon suami? Jackson maksudnya?"

"Iya. Siapa lagi kalau bukan dia."

Rain terkekeh pelan. Calon suami katanya? Perempuan asing ini pasti sedang berhalu. "Hey nona! Asal anda tau, Jackson adalah pacar saya dan dia tidak memiliki calon istri kecuali saya."

Dia tertawa pelan. "Anda terlalu jauh bermimpi. Jackson tidak akan pernah menikahi perempuan rendahan seperti anda."

Mata Rain melebar tak percaya. Tangannya terkepal disisi tubuh. Tidak terima dengan ucapan perempuan itu yang tidak sepadan dengan niat hati--kalau ingin balas dendam. Ini sudah kelewatan.

"Sebenarnya apa tujuan anda datang kesini?"

"Menemui Jacksonlah. Kami ada rencana makan siang bersama" jawabnya.

"Anda kebanyakan makan bodrexin apa gimana? Siang ini Jackson ada meeting. Dia tidak bisa pergi dengan perempuan aneh seperti anda. Sebaiknya anda keluar dari kantor ini dan jauh-jauh dari Jackson" kata Rain.

"Seharusnya anda yang jauh-jauh dari Jackson, Rain, anak yang tumbuh tanpa ayah dan ibu" entengnya perempuan itu berkata.

Perempuan asing itu benar-benar berhasil membuatnya marah. Iya, Rain tau dirinya yatim piatu tapi tak usah begitu jugalah cara dia berbicara. Walau sadar tidak punya orang tua, ucapan perempuan itu tetap mampu menggores luka dihatinya.

"Mulut anda berkata seolah tidak diberi pendidikan. Iya, saya emang yatim piatu tapi tolong...jangan ungkit masalah itu didep--eh kok anda tau?" Rain seketika bingung.

JACKSON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang