Ketukan pintu membuat Rain urung untuk memasak mie instan. Pagi ini dia akan berangkat ke kantor setelah memasak dan memakan mie instan yang baru saja hendak dia buat. Namun, suara ketukan pintu yang membuat telinganya sakit mengharuskan Rain berjalan untuk melihat siapa pelakunya.
"Pagi, Rain!"
Rain tercekat saat membuka pintu malah mendapati Panji dengan sebungkus bubur ayam. Tak lupa dengan senyum lebar yang manis itu. Mau apalagi mantannya itu datang kesini?
"Ngapain lo ke rumah gue?" tanya Rain terang-terangan menunjukkan raut wajah tak sukanya.
"Mau ngajak kamu sarapan bareng," jawab Panji masih dengan senyuman yang sama.
Rain mendengus, "Mending lo pulang Nji. Muak gue liat wajah lo!" usir Rain, lalu menutup pintu. Namun, kaki Panji terulur dan menghalangi pintu itu tertutup.
"Gue mau ngomong sama lo."
"Ngomong apalagi? Nggak ada yang perlu diomongin. Mending lo pulang sana!"
Panji menghela nafas, "Gue nggak mau pulang sebelum lo ngebiarin gue masuk. Buka pintunya Rain, kasih tempat buat tamu lo ini."
Rain menggeleng kuat. Kasih tempat? Enak saja! Tidak ada lagi tempat untuk Panji bahkan di rumahnya. "Mending lo pulang. Gue nggak nerima tamu. Begitu juga rumah gue!"
Panji tersenyum miring. Kakinya masih menjadi penghalang agar pintu itu tidak tertutup. Senyuman miring itu perlahan berubah menjadi seringaian keji. Rain yang melihatnya dibuat bergidik.
"Lo buka pintu ini atau gue yang buka?!"
Sudah bertamu tanpa diundang, ngegas pula. Rain tak habis fikir dengan jalan fikiran makhluk hidup didepannya itu. Dengan terpaksa karena takut pintu kontrakannya dirusak Panji, Rain akhirnya membiarkan laki-laki itu masuk.
Dengan senyum yang kembali muncul, Panji melangkah masuk. Duduk di sofa ruang tamu sebelum Rain persilahkan. Sepertinya etika Panji perlu dipertanyakan.
"Jadi mau apa lo kesini? Gue udah muak liat wajah lo!" kesal Rain.
"Tamu adalah Raja. Jadi gue sebagai raja disini haus, butuh air. Jadi permaisuri cantik, tolong ambilkan rajamu ini air," suruh Panji seenaknya.
Rain mendengus, dengan langkah berat Rain pergi ke dapur untuk mengambilkan segelas air untuk raja tidak tahu malu yang sedang duduk di sofa rumahnya. Saat sampai di ruang tamu, mata Rain tak sengaja menangkap jarum jam dinding yang sudah mengarah pada angka tujuh. Seketika mata Rain melotot. Lima menit lagi dia akan terlambat datang ke kantor dan ini semua karena Panji.
Setelah meletakkan air putih untuk Panji diatas meja, Rain buru-buru melangkah ke kamar mandi yang berada didekat dapur. Membiarkan Panji sendirian diruang tamu. Ya, salah sendiri. Kontrakan orang sibuk didatangin, dikacanginkan jadinya.
Sementara Rain mandi, di ruang tamu Panji yang berstatus tamu malah kedatangan tamu. Pria berjas layaknya mbah di duit kaget berjalan masuk begitu saja. Pria itu terlihat sangat berwibawa. Dia menatap Panji datar dan Panji balas menatap tajam.
"Anda yang kemaren mengganggu calon istri saya kan?" tanya Jackson saat mengingat siapa yang duduk diruang tamu rumah Rain. Jackson sendiri baru mendudukkan bokongnya disebelah Panji setelah bertanya demikian.
"Asal lo tau, gue itu mantannya!" sarkas Panji seolah ingin memberitahukan hubungannya dengan Rain yang hanya sebatas mantan.
Mantan doang bangga!
"Saya tidak peduli. Yang saya mau, anda jauh-jauh dari calon istri saya," ujar Jackson datar. Ingatkan Jackson kalau ini hanya pura-pura. Dia berkata seperti itu supaya laki-laki jahat ini menjauh dari Rain. Setelah melihat kejadian kemaren, Jackson menyimpulkan kalau laki-laki disampingnya ini bukan lah orang baik-baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
JACKSON [SELESAI]
Fanfiction[Follow akun ini biar kita saling kenal] [Don't copy my story! Asal lo tau, mikirin ide sama alur ini cerita lebih susah dari rumus percintaan] Jackson, bos perusahaan di tempat Rain bekerja memintanya untuk menjadi pacar pura-pura saat menghadiri...